Hai, akhirnya bisa up part terakhir. Tarik napas dulu yuk, biar tenang. 😁
Untuk J.M get well soon ya kesayangan. Semangat buat sehat.
.
.
.Keadaan ternyata tidak menjadi lebih baik. Yeorin pikir keadaan akan menjadi lebih mudah — meski lukanya takkan pernah sembuh.
Tapi sejak Jimin mengantarnya naik pesawat, rasa sakitnya tidak mereda. Rasa sakit itu terus menggerogotinya. Kalau Yeorin bisa melupakan rasa sakitnya pada siang hari ketika melatih Yunwo, pasien barunya, rasa sakit itu kembali dengan kekuatan penuh saat dia hendak tidur dan berbaring sendirian.
Paju bertolak belakang dengan Daegok, atau seperti itu kelihatannya. Dalam hitungan beberapa jam saja Yeorin mengalami perubahan cuaca dari menghadapi cuaca sejuk menjadi menghadapi salju setebal beberapa kaki, dan tubuhnya tidak bisa hangat.
Keluarga Kang baik, ramah, serta resah ingin membantu Yeorin melatih Yunwo semampu mereka. Yunwo juga pasien yang menyenangkan, tapi dia bukan Jimin. Tangan kanak-kanak yang memeluk Yeorin begitu spontan, tidak memuaskan kebutuhan Yeorin untuk merasakan tangan yang kokoh dan maskulin. Ciuman penuh sayang yang Yunwo dan Eunbyul, adik perempuannya, berikan kepada Yeorin juga tidak bisa membuat Yeorin melupakan ciuman-ciuman yang menenggelamkannya di lautan kenikmatan.
Yeorin tidak pernah mengira akan merindukan pertengkarannya dengan Jimin, saling bantah dengan suara keras dan gaduh, tapi itu yang terjadi. Dia merindukan segala sesuatu tentang Jimin, mulai dari kebiasaan pria itu marah-marah tiap pagi hingga senyum jail yang membuat wajah Jimin bercahaya saat menggodanya.
Dengan perasaan putus asa yang bodoh, Yeorin berharap percintaan terakhir mereka membuahkan bayi. Malam itu Jimin tidak memakai pengaman, dan selama tiga minggu Yeorin bisa berkhayal, bisa berpura-pura. Lalu dia sadar itu tak mungkin terjadi, dan dunianya menjadi semakin gelap.
Ketika Yeorin menerima surat berisi cek bernominal besar, yang pengirimannya diteruskan Dr. Choi Seokjin, Yeorin berjuang sekuat tenaga supaya tidak menjerit kuat-kuat karena hatinya sakit melihat tanda tangan Jimin. Dia ingin merobek cek itu, tapi tidak bisa. Cek itu berisi uang yang sudah disepakati sebelumnya. Dia menyusurkan jemari di tulisan tebal bersiku-siku itu. Ini seperti yang sudah Yeorin ketahui akan terjadi; begitu jauh dari Jimin, dia hanya menjadi bagian masa lalu Jimin. Yeorin sudah melakukan yang terbaik untuk Jimin, tapi tidak menduga dia terpaksa menjalani sisa hidupnya di bibir jurang kemeranaan.
Dengan tekad berselubung kepedihan, Yeorin mulai bersiap membangun kembali tembok yang pernah dia runtuhkan. Dia harus membangun tembok untuk menghalau rasa sakit dan kenangannya, untuk mencegah kegelapan menyelimutinya.
Suatu hari, pikir Yeorin sambil menatap langit kelabu musim dingin, dia akan kembali menemukan kenikmatan menjalani hidup. Suatu hari mentari pasti bersinar lagi.
.
.
.Tepat satu bulan Yeorin tinggal bersama keluarga Kang saat menerima panggilan telepon. Sambil mengernyit bingung, Yeorin memberikan buku mewarnai dan krayon pada Yunwo supaya pasiennya itu memiliki kesibukan sampai dia kembali, lalu menuju lorong untuk menerima telepon.
“Peneleponnya laki-laki,” bisik nyonya Kang sambil tersenyum gembira pada Yeorin, kemudian pergi untuk mencari tahu apa yang membuat Eunbyul tiba-tiba menjerit seperti dikuliti.
Yeorin menempelkan telepon ke telinga.
“Halo,” sapanya dengan hati-hati.
“Aku takkan menggigitmu,” kata satu suara berat dan empuk dengan nada geli.
Yeorin bersandar lemas ke dinding ketika lututnya terancam menekuk.
“Jimin!” bisik Yeorin.
“Kau sudah sebulan di sana,” kata Jimin. “Apakah pasienmu sudah jatuh cinta kepadamu?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Lie To Me
Romance(Completed) Kecelakaan mengerikan membuat Han Jimin lumpuh, dan kehilangan semangat hidup. Ia pesimis akan pulih kembali dan menolak semua bentuk terapi yang disarankan. Sebagai terapis andal, Kim Yeorin yang ditawari pekerjaan untuk membantu memul...