Aroma roti yang baru dipanggang mengudara dari toko roti Euijoo. Jalanan Kota Shin juga masih sama ramainya. Suara orang yang berbincang, gelak tawa, serta ketukan sepatu-sepatu kuda memenuhi jalan utama kota yang dijuluki sebagai kota suci itu.
Lonceng yang terpasang di atas pintu berbunyi, membuat Niki menolehkan kepalanya untuk menyapa pelanggan yang baru saja masuk. Niki mengucapkan 'Selamat datang' setelah beberapa saat dia lalui dalam keterdiaman. Lima tahun Niki tinggal di Klan Penjaga Kuil dan itu membuatnya mengenal hampir semua orang di kota ini. Akan tetapi, pria yang baru masuk ke tokonya terasa asing.
Jari-jari Niki bergerak sedikit. Indranya masih tajam seperti dulu. Dia tahu bahwa orang ini bukanlah warga Stalzr biasa yang berkunjung untuk berdoa, pun bukan anggota klan juga. Namun di sisi lain, Niki juga tidak merasa bahwa dia membawa niat buruk, maka Niki turunkan tangannya yang hendak meraih pisau di dekat meja kasir.
"Ada yang bisa ku bantu?" tanya Niki.
Orang itu bertubuh tinggi, rambutnya berwarna lavender –aneh di mata Niki. Matanya terus menyapu seisi toko, "Aku mencium aroma yang enak dari dalam sini. Aku tidak begitu paham makanan manusia jaman sekarang, jadi bisakah kau rekomendasikan aku beberapa menu?"
"Tentu saja. Apa ada sesuatu yang kau sukai? Maksudku suka manis atau asin? Mungkin kebetulan bila kau juga pecinta daging, kami punya menu yang enak."
Tidak langsung menjawab, pria itu mengintip ke etalase berisi jajaran kue tart besar yang dihiasi oleh boneka dan krim warna-warni. Dia menunjuk salah satunya sambil tersenyum, "Aku mau benda bagus ini dan segelas kopi. Ku pikir aku ingin memakannya di sini juga."
Dahi Niki berkerut. Ingin sekali dia bertanya perihal pesanannya, tapi dia urung. Bukan urusannya juga selama orang itu membayar, "Apa kau ingin memotongnya? Lalu, membawa pulang sisanya?"
"Tentu! Terima kasih."
"Kebetulan kami punya servis khusus. Kami bisa menuliskan nama di kue itu sesuai permintaan dan ada lilin gratis juga bila mau," kata Niki sambil mengambil satu kue berukuran sedang dari rak etalase.
"Nama, ya?" orang itu tampak berpikir. "Aku tidak yakin apa aku punya nama... Oh! Aku punya satu, tapi ku rasa itu tidak perlu. Lagipula itu akan dimakan pada akhirnya."
Lagi-lagi, Niki ingin bertanya, tapi untuk ke sekian kalinya Niki juga merasa tak butuh menanyakannya, "Baiklah, kau bisa tunggu di meja itu selagi aku memotongnya."
Awalnya, toko roti Euijoo hanyalah toko dengan roti yang bisa dibeli dari etalase lalu dibawa pulang. Namun, seiring perkembangan bisnisnya, Euijoo memperluas tokonya jadi semacam rumah makan juga. Dia menyediakan kursi dan meja apabila pelanggannya ingin menikmati kue selagi mencium aroma roti yang baru masak dari oven.
Toko roti Euijoo termasuk sepi di hari biasa, tapi sangat ramai hingga dia perlu meminta bantuan Jake dan Sunoo untuk melayani pelanggan pada hari libur. Heeseung berulang kali menyarankan Euijoo untuk membuka lowongan pekerjaan, tapi Niki masih enggan untuk bergaul dengan orang baru dan Euijoo takut itu akan mengganggu pekerjaannya apabila dia membawa satu orang lagi ke dalam toko.
"Aku menyelipkan lilinnya di dalam kotak dan beberapa permen hias juga," Niki mengantar satu potong kue di atas piring kecil beserta segelas kopi dan sebuah kotak kardus sedang berwarna putih.
"Baik sekali. Terima kasih."
Seharusnya Niki segera pergi, tapi dia malah berdiri di sana. Ragu-ragu dia bertanya, "Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Tanyakan saja."
"Ada apa dengan rambutmu? Apa kau mewarnainya?" terakhir kali Niki bertemu dengan manusia berambut aneh itu adalah Yeonjun –ayah iblis Sunoo yang berambut merah. Jadi, menurutnya bukan tidak mungkin kalau manusia berambut ungu ini juga salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLANS: Tale of Warriors| ENHYPEN
FanfictionCLANS SERIES BOOK #3 Kisah itu bukanlah sebuah saga, bukan pula dongeng yang bahagia. Semua yang terjadi di masa lalu tidak lebih dari tragedi. !baku! AU Fantasy