4. Tansy

341 50 1
                                    

"Maaf bu, apa ibu memanggil saya?" tanya Lia sopan.

"Iya, tolong suruh Melati buatkan saya sama Aster kopi. Oh ya kopi yang buat Aster yang pait ya, jangan di kasih gula" ucap Mawar.

Lia mengangguk, "Baik bu, kalau begitu saya permisi dulu" Mawar hanya mengangguk saja, setelah itu Lia pergi.

Aster menatap heran sahabat sekaligus bosnya itu, "Kenapa kopi buat gue yang pait?" herannya.

Mawar tersenyum penuh arti, "Liat aja nanti" ucapnya. Aster curiga kalau Mawar sedang merencanakan sesuatu. Ia menatap Mawar dengan penuh selidik.

"Kenapa lo natap gue kek gitu?" tanya Mawar yang tidak senang di tatap seperti itu oleh Aster.

"Lo pasti mau ngerjain Melati kan? Ngaku lo?" sepertinya tebakan Aster sangat tepat. Itu terbukti Mawar tertawa, "Tepat sekali" tanpa dosa Mawar berujar seperti itu. Mengerjai Melati sekarang sudah menjadi hobby nya. Sehari tanpa mengerjainya pasti seperti ada yang kurang dalam hidupnya. Entah kenapa ia sangat suka sekali mengerjai salah satu karyawannya itu.








'Took tokkk'


"Masuk" ucap Mawar. Melati masuk sambil membawa pesanan Mawar.

"Ini mau di taruh di mana bu?" tanyanya.

"Di taruh di mejalah, yakali mau di taruh di lantai. Kamu ini bagaimana sih?!" Melati mencoba tetap sabar menghadapi bosnya yang sangat menyebalkan itu. Ia lalu meletakkan pesanan Mawar di meja Mawar.

Mawar dan Aster segera meminumnya di depan Melati.

"Huek, pait banget" Aster bergidik. Sudah tahu kopinya pahit tapi ia masih mau meminumnya juga.

"Kamu gimana sih buat kopi aja gak becus?!! Sanah bikin yang baru!" perintah Mawar, Melati kebingungan, tapi walaupun begitu ia menurut saja. Ia pergi ke dapur lagi untuk membuat pesanan Mawar kembali.

"Wah gila lo War, tega benget lo sama Melati" Aster menggelengkan kepalanya tidak percaya. Tidak menyangka Mawar bisa bersikap seperti tadi pada Melati.

"Kayanya lo punya dendam pribadi sama dia deh" lanjut Aster.

"Emang" ucap Mawar tersenyum miring.

Kembali Aster menggelengkan kepalanya. Ia merasa iba dengan Melati, karena Mawar pasti akan selalu mengerjainnya.

"Udah jam makan siang, gue pergi dulu ya?"

"Mau kemana lo?" tanya Mawar.

"Mau makan sianglah, mau kemana lagi?"

"Lo makan siang sama siapa? Gak mau sama gue?"

"Gak dulu deh, gue mau makan siang sama Daisy" Aster senyum-senyum sendiri saat menyebut nama Daisy. Hal itu membuat Mawar heran, sejak kapan sahabatnya itu dekat dengan Daisy yang notabenya karyawannya.

"Sejak kapan lo jadi deket sama Daisy?" tanya Mawar yang sudah tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya.

"Sejak pertama gue masuk sini" ujar Aster santai tanpa beban. Mawar jadi keherannya.

"Udah ah gue pergi dulu bye" Aster lalu keluar dari ruangan Mawar. Membuat Mawar mendengus kesal di tinggal sendirian.

'Terus gue makan siang sama siapa dong?' Mawar jadi merasa miris sendiri.

"Permisi bu, ini kopinya" Mawar menatap Melati yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.

"Kamu gak ada sopan-sopannya ya, masuk ke ruangan bos gak ketuk pintu dulu!!" marahnya. Karena tadi Melati masuk tidak mengetuk pintunya terlebih dahulu.

Melati meringis, lagi-lagi kena marah. Padahal masalahnya hanya sepele.

"Maaf bu, saya lupa" ucapnya.

"Karena kamu udah buat kesalahan, jadi kamu saya hukum. Kamu harus temenin saya makan siang. Gak ada penolakan titik!!" putus Mawar tanpa bisa di ganggu gugat lagi. Melati yang tadinya ingin protes jadi ia urungkan kembali. Mawar ini memang sangat suka sekali membuat keputusan sendiri ya. Sudah begitu memaksa lagi. Melati tidak habis pikir dengan Mawar.

"Sekarang cepat pesan makanan, kita makan di sini aja. Saya malas keluar" ucap Mawar. Melati mengangguk, lalu hendak pergi keluar untuk memesan makanan, namun langsung di cegah oleh Mawar.

"Kamu mau kemana?" tanyanya.

"Saya mau pesen makanan bu" jawab Melati yang kebingungan dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh Mawar.

Mawar berdecak sebal, "Kamu itu hidup di jaman apa sih?! Jaman purba?!"

"Ha? Maksud ibu apa sih? Saya gak ngerti bu" ucap Melati, ia merasa seperti orang bodoh sekarang. Mawar terus saja membuat dirinya kebingungan. Tidak bisakah Mawar berucap dengan jelas agar ia bisa mengerti?

"Ck! Lama-lama saya bisa gila kalo terus-terus bicara sama kamu!" Mawar mengambil tasnya, lalu keluar dari ruangannya. Meninggalkan Melati dengan rasa keterkejutannya.

'Anjing!! Yang ada gue yang gila ngomong sama manusia kaya lo!! Dasar bunga bangke nyebelin!!' batin Melati kesal melihat kepergian Mawar. Waktunya sekarang jadi terbuang sia-sia gara-gara bos menyebalkannya itu. Ada ya orang seperti Mawar itu? Ia heran dulu ibunya ngidam apa sampai-sampai punya anak seperti Mawar yang sifatnya minus sekali.

Dengan raut wajah kusut Melati kembali ke meja kerjanya. Waktu makan siangnya jadi tebuang sia-sia. Dan lagi moodnya jadi buruk.

"Kamu kenapa Mel? Muka kok kusut gitu?" tanya Lia, yang sekarang sudah menghampiri Melati.

"Kepoan banget sih lo Li" cibir Ryujin.

"Apaan sih lo nyambar aja kaya geledeg" Lia memutar matanya malas.

"Ck! Kalian kalo mau ribut jangan di sini! Di luar noh masih sepi" sudah kesal dengan Mawar, sekarang teman-temannya membuat dirinya bertambah kesal juga.

"Ryujin duluan tuh Mel, dia mulutnya kaya cewek banget, gue jadi heran" ucap Lia.

"Gue emang cewek oncom" kesal Ryujin.

"Oh ya gue lupa hehe he, soalnya wajah lo ganteng si, jadi gue kira lo cowok" ujar Lia polos. Wajah Ryujin seketika memerah mendapat pujian seperti itu dari Lia. Tidak biasanya si Lia yang lemot itu memujinya seperti ini.

"Lo salting Jin?" Melati yang menyadari perubahan sikap Ryujin mendadak ia ingin tertawa.

"Ngarang lo" elak Ryujin lalu ia memilih kembali ke mejanya lagi. Takut Melati akan semakin menggodanya.

"Haha haha, gila dia salting" tawa Melati akhirnya pecah juga.

"Salting itu apa Mel? Saudaranya salto ya?" tanya Lia.

Seketika tawa Melati terhenti, ia menatap datar Lia, "Tanya ke Ryujin aja gih, gue sibuk. Sanah lo" usirnya. Malas jika harus menanggapi kelemotan rekan kerjanya itu. Bisa-bisa waktunya semakin terbuang sia-sia.

Lia menuruti perintah Melati, ia pergi menghampiri meja kerja Ryujin.

Akhirnya Melati bisa bernafas lega juga melihat kepergian Lia. Ia jadi bisa bekerja dengan tenang sekarang tanpa gangguan siapa-siapa.






















































~🌹Flowers🌹~

"Tak ada seorang pun yang mencoba melihat ke dalam hatiku

Tak ada"

***

Flowers🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang