Sudah beberapa menit berlalu, namun Melati masih enggan membuka mulutnya. Wajahnya tampak tegang, sedari tadi ia tidak berhenti meremas tangan Mawar yang berada dalam genggamannya.Di depannya sekarang ada kedua orang tua Mawar. Ia berniat ingin melamar Mawar langsung di depan kedua orang tua Mawar. Tapi ia tidak menyangka jika ini sangat menegangkan sekali. Orang tua Mawar hanya diam, mereka menunggu Melati yang berbicara terlebih dahulu, namun sudah beberapa menit berlalu tapi Melati masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan berbicara. Mawar yang duduk di samping sang kekasih pun sepertinya enggan membantunya. Ia seperti kedua orang tuanya, menunggu Melati yang berbicara.
Di ruang tamu tersebut hanya ada keheningan. Melati kembali mengatur nafasnya, ia harus segera mengatakan apa tujuannya datang ke rumah Mawar, ia harus berani jangan sampai Mawar kecewa padanya karena tidak kunjung berbicara juga.
"H-hm b-begini" oh shit! Baru beberapa kata, tapi ia sudah kelihatan gugup. Kedua orang tua Mawar masih setia menunggu apa yang akan di katakan Melati pada keduanya. Mawar tampak tersenyum tipis melihat sang kekasih gugup seperti ini. Lalu ia menggenggam tangan Melati mencoba menenangkannya agar tidak usah gugup. Orang tuanya termasuk orang yang berpikiran terbuka, jadi keduanya pasti tidak masalah kalau Mawar menikah dengan sesama jenis.
"Hm begini om tante, saya ingin mengutarakan maksud saya datang ke rumah om dan tante" pada akhirnya Melati bisa menghilangkan rasa gugupnya juga. Kini ia sudah berani menatap kedua orang tua Mawar. Kepala yang dari tadi menunduk kini sudah berani tegak menghadap langsung orang tua Mawar. Apapun nanti keputusan orang tua Mawar, sebisa mungkin Melati menerimanya. Bukan ia menyerah begitu saja, tapi ia menghormati keputusan kedua orang tua Mawar. Ia tidak akan memaksakannya. Walau bagaimana pun orang tua Mawar lebih berhak atas Mawar.
"Saya di sini berniat ingin melamar putri om dan tante. Sebelumnya maafkan saya karena sudah berani mencintai putri om dan tante" menatap kedua orang tua Mawar bergantian.
"Saya sadar, saya dan Mawar sama, tapi tentang perasaan siapa yang akan peduli itu?" berhenti sejenak untuk melihat respon orang tua kekasihnya. Orang tua Mawar tampaknya masih menunggu lanjutan kalimat dari Melati. Keduanya mendengarkan dengan baik setiap kata yang di ucapkan Melati.
Melati tersenyum, "Saya sudah jatuh cinta kepada putri om dan tante semenjak kita masih di bangku sekolah menengah pertama, tapi saya baru berani mengatakannya ketika kita berada di bangku menengah atas. Saya tidak tahu bagaimana awalnya. Semua berjalan tanpa saya sadari. Cinta itu tumbuh begitu saja. Bahkan sampai sekarang" menoleh ke wanita yang duduk di sampingnya, melempar senyum terbaiknya. Tangannya masih setia menggenggam tangan sang kekasih.
"Saya sudah pernah membuat kesalahan, memilih meninggalkan cinta saya hanya karena orang lain, tapi sekarang tidak lagi"
"Saya tulus mencintai Mawar, saya berjanji akan selalu membuatnya bahagia sekalipun dalam keadaan sulit. Saya berjanji akan selalu menjaganya sekalipun dalam keadaan bahaya dan saya berjanji tidak akan membuatnya menangis kecuali tangisan haru" ucapnya dengan penuh kesungguhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers🌹
FanfictionTiap kali aku memikirkan puisi tentangmu Aku ingin menghafalnya Agar aku mengingatmu ~Flowers~