THREE

1.2K 144 50
                                    

Thai kemudian berlari menuju kantor ayahnya. Dia menghadap ayahnya dan langsung meminta maaf.

"Ayah, tolong maafkan aku, aku terlalu bodoh sampai tidak sadar pada misiku yang sesungguhnya. Aku telah mengecewakan ayah" Thai membungkuk di hadapan ayahnya.

"Maksudnya?" ASEAN bingung dengan apa yang dikatakan putra keduanya itu.

"Aku bertemu dengan target, tapi melepaskannya begitu saja!" Thai memeluk ayahnya sambil terus menangis. (Harap maklum, Thai sebetulnya nggak pernah ngecewain ayahnya).

"Nggak apa, kamu coba lagi, kamu kan bisa mendeteksi mangsamu dengan baik, lebih baik dari saudaramu yang lain" ASEAN menyemangati anaknya.

"Baiklah..."

"Pasti kau mengenali bau darahnya, ayo sana cari" perintah ASEAN.

"Aku tidak sempat mengenali darahnya,aku harus bagaimana?" Thai panik.

ASEAN pun abstain gara-gara anak psikopatnya ini.

"Kau mungkin memberikan sesuatu padanya yang bisa membantumu untuk melacaknya"

"Ya, aku memberikan sebuah liontin amethyst milikku sih, mungkin masih ada harapan"

"Cepat cari, kalau ketemu, ayah bakal ngerestuin hubunganmu dengan 'dia'"

"B-benarkah?!" Thai seolah tidak percaya.

"Iya, sekarang cepat cari, ayah agak sibuk, kalau ketemu beritahu ayah, biar ayah sendiri yang mengurusnya,kau tidka usah ikut campur. Paham?"

"Paham!"

Thai kemudian pergi disusul dengan masuknya Singa ke kantor ayahnya.

"Ada apa kau kemari Singa?"

"Pa... Singa mau ngomong, tapi papa jangan marah ya..." Singa berucap agak pelan namun masih dapat didengar papanya.

"Iya, kenapa?" tanya ASEAN.

"Aku hamil pa" Singa berucap sambil keringat dingin.

"Apa?" ASEAN tak percaya. Wajarlah, Singa tu cowo anakkuuuuuuuuu!!!!

"Ga, ga, ga! Papa nggak percaya! Kamu kan cowok, nak, kamu sekarang kok jadi lebih gila daripada Malay sama Phil sih? Masih waraskah anakku ini?" ASEAN semakin panik.

"Papa kalo nggak percaya... I-ini... Buk... tinya..." Singa menyerahkan secarik kertas.

ASEAN membaca kertas itu dengan seksama. Begitu dia membaca sampai akhir, dia langsung memukul mejanya dengan keras sambil memelototi Singa seolah tidak percaya.

Di kertas itu. Masih dengan nomor telfon Singa. Dengan tulisan dari dokter yang sangat rapi dan jelas.

POSITIF

"S-Singa... Kamu... Nggak bohongin... Papa kan?"

"M-maaf... Singa bener-bener minta maaf..." Mata Singa mulai berkaca-kaca.

ASEAN menatap anaknya dengan perasaan iba. Sesaat kemudian, punggung Singa yang sedang menunduk itu berguncang, terdengar juga sayup-sayup suara tawa 3 anaknya.

Dan masuklah Malay, Phil dan Thai. Disusul dengan mengangkatnya kepala Singa menatap ayahnya dengan mata sayu menahan tawa. Sedetik kemudian...



















"S-SELAMAT!!!!! ANDA KENA PRANK!!!! ITU KAMERANYA MALAY TELEN!!!!" Malay berteriak sambil memegang lehernya disusul dengan tawa saudaranya yang lain.

"A-anak-anak... Lakn*t... K-kalian mending keluar dari ruangan ini, sebelum kalian papa usir dari rumah..." ASEAN mengancam anak-anaknya sambil memunculkan hawa gelap yang mencekam.

"Iya, pa..." semua anaknya auto membisu melihat papa mereka yang lagi berserk mode.

*MISI THAI (DITELEN //PLAK)

Thai mengikuti aura yang dipancarkan oleh amethyst-nya di sekitar gang kecil. Tiba-tiba, ia merasakan adanya kehangatan yang menyelimuti tubuhnya. Sontak, dia langsung senang, karena liontin itu masih ada pada anak itu. Dia mencari sumber aura itu, dan berhenti di sebuah jalan sepi yang gelap. Sayup-sayup, ia mendengar suara isakan, sampai akhirnya dia menemukan seorang anak yang diberinya liontin hari itu sedang duduk sambil menangis dan menggenggam liontin yang ia berikan.

'Dia benar-benar menjaganya dengan baik...'

Thai langsung menelfon papanya dan mengirim koordinat. Hanya dalam waktu lima menit setelah dia mengirim koordinatnya, papanya langsung datang dengan mobil MPV silver kelas menengah (HORANG KAYA, HORANG SETRES //PLAKK). ASEAN langsung mendekati Thai.

"Dimana dia?"

"Disana, dia sepertinya menangis..."

"Pulanglah"

"Baik"

"Eit!"

'Ditunggu kehadirannya di KUA Minggu depan ya' ASEAN membisikkan itu ditelinga Thai yang membuat hati Thai berbunga-bunga. Impiannya untuk menikahi 'nya' akhirnya terwujud.

Setelah Thai pergi, ASEAN mendekati anak itu dan langsung duduk disebelahnya.

"Hei nak, kenapa kau sendirian disini?" ASEAN bertanya pada anak itu.

"A-a..."

"Nak, beritahu saja padaku, aku ini pendengar yang baik lho..." Bujuk ASEAN.

"S-sebenarnya... Aku... Rindu... Kakak... Rindu... Bunda... Rindu... Ayah..." anak itu berucap sambil menangis sesenggukan.

"Memangnya mereka pergi kemana?" Tanya ASEAN.

"Ayah... Bunda... Disana..." anak itu menunjuk langit malam yang dihiasi taburan bintang.

ASEAN seolah ditusuk oleh ribuan jarum tak kasat mata. Ia menyesal menanyai tentang keluarga anak itu.

"Kalau kakakmu?"

"Hilang..." anak itu menjawab singkat.

"Siapa namamu?"

"S-Subjek A..."

"Tapi itu bukanlah sebuah nama. Nama itu contohnya seperti aku, namaku ASEAN" ASEAN memperkenalkan dirinya.

"Tapi... Itu namaku, sejak angkatan XII. Aku tidak tahu nama asliku siapa" anak itu menjawab jujur.

"Apa kau diberi peninggalan oleh keluargamu yang menyatakan namamu?"

"Sebelum Ayah meninggal... Ayah memberiku ini... Mungkin namaku..." anak itu memberi liontin emerald yang terukir sebuah nama diatasnya.

ASEAN membaca nama diatas liontin itu.

Indonesia.

"Jadi namamu Indonesia ya?"

"Mungkin..."

"Kau mau ikut denganku?"

"Hmm?"

"Ikutlah denganku... Kau akan bahagia nak..."

TBC

FINALLY, SORI BORI KALO LAMA NGGAK UP. (GUE LUPA KATA SANDINYA C_K)

LENGKAPI HURUF YANG KOSONG YA PARA READER'S!

MEMORIES || CHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang