TEN

701 75 12
                                    

Indo POV

Aku duduk termenung diatas atap sekolah. Kulihat langit cerah diatas hanya dihiasi awan kecil putus-putus. Aku menghela nafas malas. Kapan Kak Thai kembali?

Setelah bosan diatap, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Di perjalanan, aku bertemu Malay dan Phil. Mereka menghampiriku dengan membawa bom. Tunggu, apa?

"Indo-chan, kamu lagi bosan nggak?" tanya Malay yang seorang otaku.

Aku menjawab singkat, dasarnya Tuan NAZI jarang mengajariku bicara. "Ya"

Mereka tersenyum jahil sambil mengangkat bom yang mereka bawa. Astaga, jangan bilang mereka mau mengebom ku. Aku menyiapkan pistol dibelakangku, berjaga-jaga untuk yang terburuk. Tapi ternyata hal yang mereka lakukan jauh diluar perkiraan ku.

"Ayo ngeprank orang Ndo, lagian kita juga bosan" ajak Phil sambil mengeluarkan korek api.

"Target kita Neth, Germany, dan Argentina. Ikut ya, ya, ya~" Malay terlihat memaksaku.

Aku hanya bisa berwajah datar sambil menyembunyikan pistolku. Aku hampir menembak bom itu. Ya, karena aku bosan, dan buku-buku di perpustakaan banyak yang sama dengan punyaku. Aku memilih untuk ikut dengan mereka.

***

Kami berjalan ke arah taman belakang sekolah, yang mana disana, kami melihat Argentina dan Paraguay pacaran. Aku mengintip dari balik punggung besar Phil. Malay tersenyum seperti karakter anime yang pernah dilihatnya, Badarawuhung (Siluman Ular di film Maruoto🗿).

"Haha, kita dapet double nih"

Aku menatap Malay dengan kagum. Ternyata dia bisa sadis juga ya. Aku sangat menyukai hal itu.

"Ehh, ada lagi tuh. Makin asik deh" Phil sang penikmat film horor itu memasang ekspresi seperti Badarawuhi.

Aku menatap mereka berdua dengan mata berbinar. Tanpa sadar, aku mengucapkan kata-kata Arya dalam film Villain×Family yang sering ditonton Malay, sampai rewatch.

"Indo o waku waku!"

"Eh, Ndo, kamu juga seneng kita dapet banyak korban?" Malay menoleh ke arahku, masih dengan ekspresi seperti Badarawuhung.

Aku mengangguk dengan antusias lalu mengambil bom lain didalam tas kecil milik Malay.

"Dalam hitungan ketiga, bom dengan api menyala harus kalian lempar ke mereka, setelah itu kita kabur, oke?" Phil memberi arahan pada kami.

Aku dan Malay mengangguk kemudian ikut menyalakan api di bom itu seperti Phil. Phil memulai hitungan, dan pada hitungan ketiga, aku refleks melempar bom itu sekuat mungkin. Begitu juga dengan Malay dan Phil. Kemudian, setelah bom itu meledak tepat didepan muka korban-korban kami, kami langsung kabur ke kantin.

Untungnya tidak ada korban jiwa karena bom yang kami pakai itu hanya bom air yang didesign sedemikian rupa oleh Malay sampai berbentuk seperti bom sungguhan. Indo o waku waku!

Dikantin kami tidak menemukan dua target kami yang lain. Akhirnya kami pergi ke perpustakaan. Disana juga tidak ada. Kami hampir menyerah sampai akhirnya terpikir untuk menerobos wilayah OSIS. Sepertinya ini kan semakin seru. Mereka benar-benar membuatku semakin menyukai mereka hari ini. Saya suka, saya suka >_<

Saat kami menerobos pagar besi pembatas wilayah umum dan wilayah OSIS, aku melihat Kak Thai sedang membersihkan taman OSIS bersama Kak Singa dengan memakai pakaian pembantu. Aku berpikir, mungkin mereka berdua dijadikan sandera, atau dijadikan romusha (kerja rodi), atau malah dijadikan alat pemuas nafsu. Ah, tidak! Ada lelaki mendatangi mereka. Kak Thai dan Kak Singa dalam bahaya!

Aku akhirnya memutuskan untuk langsung lompat dan memukul lelaki itu. Setelah memukulnya, aku memeluk Kak Thai dan menyiapkan pisau. Eh, lelaki itu berdiri lagi, kuat sekali dia. Perasaan aku tadi memukulnya sekuat yang kubisa. Minimal dia pingsan.

"Deketin kakakku, aku tusuk" aku mengacungkan pisau ku ke arah lelaki itu.

Kak Thai kemudian memelukku, dia mengelus kepalaku sambil berkata...

"Adekku sayang, dia nggak nyakitin kakak, kakak cuman dihukum karena nakal"

"Nggak, dia jahat!"

"Papa yang nge hukum kakak, dia cuman jagain kakak biar kakak tetep aman ngejalanin hukuman disini, itu aja" Kak Thai mencoba meyakinkan aku.

"Baiklah, maaf" aku menunduk sambil meminta maaf padanya. Aslinya aku nggak sudi sih, tapi apa boleh buat.

Aku melihat ke arah pagar pembatas lagi. Kulihat Malay dan Phil mematung dengan wajah seperti orang trauma sambil terus memperhatikanku. Apa mereka takut padaku? Tidak mungkin. Kata Kak Thai, aku orang yang manis, jadi tidak mungkin membuat orang lain takut. Aku percaya itu.

Tapi mereka trauma kenapa ya? Bodoamat. Mending turu -_-

~ TBC

Dah, sorry kependekan, Zhuo loves you all!

MEMORIES || CHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang