{ 7 }

1K 103 2
                                    

" makan "

Elizabeth tersentak mendengar suara barinton itu. Dirinya merinding seketika. Tak ingin berdebat, dengan cepat Elizabeth menarik piring berisi makanan itu. Segera ia habiskan. Takut jika dirinya akan disiksa. Garden tersenyum. Kemudian tangan panjang nya terulur untuk mengelus paha terekspos milik gadisnya itu.

" Sayang... Apakah sakit?"

Elizabeth yang mendengar suara itu dari Garden sontak menggelengkan kepalanya cepat. Ia sontak memandang mata Elang milik pria tinggi itu. Berharap agar Garden tak melakukan hal seperti semalam. Sungguh, ia masih ketakutan. Bahkan ia tak dapat berjalan dengan benar karena pria itu.

" Kau....mau ke mana?"

Garden tersentak ketika Elizabeth bersuara. Oh ya tuhan suara nya begitu serak dan lirih. Membuat hati nya merasa sesak. Sungguh. Dia yakini, dia memang pria brengsek yang sudah mengotori berlian nya sendiri. Garden menggeleng pelan, kemudian mendudukkan pantat nya di ranjang. Mencoba untuk memeluk gadis itu.

" Aku tidak akan berkerja dulu sayang, kau sedang sakit. Tidak mungkin aku meninggalkan mu bukan?" Suara nya melembut. Garden pagi ini berbeda 190% .

Elizabeth tersenyum tipis. Entahlah, dirinya sedang tak berdaya Sekarang. Bahkan tubuhnya lemas, pegal-pegal. Kemaluan nya juga sangat sakit. Dengan pelan Elizabeth menyerahkan piring makan nya. Lalu menatap intens pria itu.

" Aku...aku ingin keluar mencari angin."

" Aku akan mandi, kau jangan lupakan obat mu ."

Balas Garden sontak membuat Elizabeth menghembuskan nafas nya pelan. Ia berpikir bahwa pria ini akan mengizinkan nya hanya untuk sekedar mencari angin saja. Tapi ternyata salah, bahkan untuk keluar dari kamar saja rasanya sangat sulit. Ia sudah merasa seolah-olah di penjara.

Elizabeth kembali tersenyum, kemudian ia berdiri. Dengan lemas ia memegang besi jendela, mansion Garden terlihat kuno, namun sangat mewah. Bagian dalam nya pun bersih. Tangga yang terlihat elegan dan cat mansion yang terlihat gelap itu semakin membuat kesan yang indah.

Kembali kepada Elizabeth, kini gadis itu berjalan keluar kamar untuk pergi ke balkon yang ruangannya satu dengan Kamar yang ia tempati ini. Jadi ia tak perlu susah-susah mencari Garden agar di beri ijin. Toh juga hanya dekat.

" Aku hanya gadis yang tak tahu arah jalan sekarang. Aku bahkan tak mengetahui kabar kedua orang tua ku..., Bisakah aku kembali kepada Ayah? Menyerahkan segalanya kepada tuhan? Bahkan diri ku sendiri? Pengecut..."

Elizabeth yang tadinya hanya berdiam diri. Bahkan bibir nya tak terukir senyuman sedikit pun, kini ia terkekeh geli. Dirinya menghadap kaca yang berada di dekat tubuhnya. Mengibaskan rambutnya dengan pelan, lalu ia tersenyum. Manis, sangat manis.

" Sayang?"

Elizabeth menoleh, menghampiri pemilik suara itu. Ia tersenyum kecil, kemudian menyentuh dada bidang sang empu yang tengah menatap nya heran. Ada apa dengan gadis nya? Terlihat lebih ramah kepada nya. Dan... Seolah-olah dia baik-baik saja.

" Heum? Kau lapar? Bisakah aku ke dapur? Ku mohon, aku hanya ingin memasakkan sesuatu untuk... Pria ku."

Garden mengerutkan keningnya, alis nya kini sudah mengukir ke atas. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sebenarnya ada apa dengan gadis ini? Dia merasa lebih baik? Setelah keperawanan nya di bobol oleh nya? Gila.

" Tidak."

" Ayolah ku mohon..."

" Apa aku harus mengatakan nya dua kali sayang? Jika tidak ya tidak, jangan membuat ku marah!"

Menggerucut kesal, Elizabeth kini melihat Garden yang tengah mengeringkan rambut nya yang basah. Tersenyum miring, Elizabeth memiliki cara yang ampuh untuk saat ini. Ia berjalan menghampiri pria bertubuh tinggi itu. Dirinya kemudian mendaratkan pantatnya tepat di paha Garden.

Membuat sang empu tersentak.

" Please... Demi aku."

Garden menatap intens mata gadis itu. Namun nihil, ia tak menemukan kebohongan di mata gadisnya. Terlihat cantik dan sangat polos. Garden terkekeh, dengan lembut ia mengelus pantat Elizabeth. Mengecup lembut kening gadis mungil itu.

" Jangan lari."

" Tidak akan." Sahut Elizabeth dengan cepat. Tak lupa senyuman manis yang ia miliki terukir indah di bibirnya yang tebal dan berkesan sexy itu.

• • •

" Sudah selesai. Seharusnya dia menyukai makanan buatan ku."

Elizabeth tersenyum kecil. Ia kemudian memasuki kamar yang terlihat lebih luas dari pada kamar yang ia kenangan bersama pria gila itu. Ia menatap sekeliling, berharap menemukan pria Psikopat itu.

" Sayang, mencariku?"

" Astaga, kau ini mengagetkan ku saja."

" Menggemaskan." Geram Garden lalu dengan cepat mengecup bibir gadis di hadapannya ini. Membuat sang empu merinding bukan main.

" Ayo ke ruang makan, aku sudah memasakkan banyak makanan untuk mu. Mau ya?"

Garden tersenyum. Kemudian mengangguk kecil membuat Elizabeth langsung memeluknya erat. Ternyata cara nya ampuh sekali ya. Di mana Garden yang pintar? Kenapa dengan gadis nya ini dia terlihat bodoh?

"Hmm..." Gumam Garden saat mulutnya sudah mengunyah makanan yang gadisnya buat itu.

Elizabeth tersenyum manis. Lalu mengelus lembut surai pria di sebelahnya ini. Sontak Garden menatap nya. Bertanya-tanya, apa yang baru saja gadis ini lakukan? Jantung nya bahkan sekarang sudah hampir copot Karena gadis nya ini.

" Bagaimana? Enak? Kau suka tidak?"

Pria itu tersenyum tipis, sangat tipis. Kemudian mengangguk sebagai jawaban nya. Ia lalu melanjutkan makan nya yang baru saja tertunda. Merasa kenyang. Garden berhenti memakan , begitu juga dengan Elizabeth yang kini tengah menatap nya sembari tersenyum.

" Sayang...ada yang aneh."

Elizabeth menyeringit bingung, apa yang aneh? Dirinya? Tapi apa? Lihat, bukan kah sikap Elizabeth barusan wajar-wajar saja? Bersikap manis di hadapan calon suaminya?

" Dirimu... eumm terlihat aneh, kau..shh lebih terlihat tenang."

Sontak Elizabeth tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan pria nya ini. Ia hampir saja ingin menyemburkan air yang berada di dalam mulutnya.

" Astaga , apa yang aneh?aku baik-baik saja."

" Kau terlihat lebih ramah kepada ku, dan lagi... Kau terlihat merasa baik-baik saja dari pada sebelumnya.." balas Garden dengan tatapan mata elang nya. Hampir saja Elizabeth gugup dengan kondisi ini.

" Aku hanya ingin menjadi seorang pasangan yang baik untuk mu."

JDARRR-!!!

Seperti di hantam oleh bulan dan bintang. Garden tersentak begitu dalam. Ia bahkan sudah Tremor. Tak menyangka dengan ucapan gadisnya. Membenci, lalu mencintai? Apakah itu sungguh ada? Apakah gadisnya baru saja mengalami benci jadi cinta?

Apa sebenarnya yang terjadi dengan gadis nya? Jika begini ia bisa gila. Sungguh. Terlihat... Menakutkan.

- - -

Cool Sadistic ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang