{ 15 }

618 61 2
                                    

" eoh, maaf tuan aku tidak sengaja."

Gadis itu menunduk, meraih sebuah berkas-berkas yang entah apa itu isi nya. Ia memberikan nya dengan cepat kepada pria di hadapannya. Yang tak sengaja dia tabrak selama beberapa detik barusan.

" Sekali lagi, maafkan aku."

Gadis itu menunduk, dia Elizabeth. , enggan menatap pria asing di hadapannya.

Hembusan nafas kasar ia dengar dari sang pria. Pria itu terlihat kesal , terlebih ini karena nya. Seharusnya dia berhati-hati saat lari tadi.

" It's okay, kau bisa pergi."

Pria itu menyahut tanpa ekspresi, terlihat dari suaranya yang barinton tanpa irama. Tapi ada yang tidak beres dengan itu. Elizabeth merasakan deja Vu saat mendengar suara pria asing di hadapannya. Ia ingin segera mendongak, ingin sekali menatap pria itu. Tapi hati nya berkata tidak, sedangkan otak nya berkata iya.

" Te... terimakasih, aku.. aku pamit."

Berjalan cepat, Elizabeth berlari kecil di mana  kereta api yang akan ia tumpangi berada. Ia sedang berada di Jepang, mengurus perusahaan kakak nya yang lain. Gadis itu memiliki beberapa perusahaan, dan sulit untuk mengurus satu persatu. Akhirnya, dengan ikhlas hati dia memberikan perusahaan yang lain kepada Elizabeth, adik nya.

Namun masalah ini sudah selesai, dan ia akan kembali ke new york. Ia tahu pasti kedua orang tua nya sangat merindukan kehadirannya. Ia juga merindukan ayah dan ibu nya, tak bisa meninggalkan kedua orang paruh baya itu dengan waktu yang lama.

" Hufh... Melelahkan sekali harus bolak balik , dari negara satu kenegara lain. Ternyata menjadi ceo tidak mudah."

Bergumam kecil, Elizabeth menoleh. Mata nya menangkap seorang pria dan wanita cantik di kursi penumpang kereta. Melihat kemanisan antara keduanya membuat Elizabeth merasa iri.

Elizabeth hanya dapat melihat punggung pria itu , tidak dengan wajahnya. Namun dia dapat melihat wajah wanita cantik di sebelah pria itu. Mereka tampak tertawa bersama.

" Garden!..., Berhenti bercanda. Itu tidak lucu, ashh... Perut ku sampai keram."

Wanita itu berseru, tangan lentik nya memukul pelan lengan pria itu. Dan ucapannya barusan tidak asing bagi Elizabeth. Sungguh, ia merasa seperti deja Vu saat ini. Dengan rasa penasaran yang hebat, Elizabeth terus menatap kedua sejoli itu.

" Istri ku memang memiliki humor yang rendah." Sahut pria itu dengan kekehan kecil.

JDARR

Suara itu, suara yang dia rindukan selama lima tahun ini. Mengerjapkan mata nya , Elizabeth menoleh dengan cepat. Menatap pria yang kini sudah menampakkan wajah nya. Rahang tegas, bola mata berwarna biru dengan alis tebal menungkik.

" Garden....."

Pria itu menoleh saat mendengar nama nya terpanggil. Menatap gadis di hadapannya, tak jauh dari dia duduk.

Mengharapkan sesuatu terjadi, Elizabeth tersenyum tipis dengan mata berkaca-kaca. Hati nya sesak melihat pria yang ia rindukan bersama wanita lain. Ada apa ini..., Ia benar-benar merasa hancur.

Berpikir lain, nyata nya pria itu hanya menatapnya tanpa ekspresi. Namun ia dapat melihat, rahang pria itu mengeras. Mata nya penuh emosi. Ia tahu, pria itu akan kembali tapi bukan untuk dirinya.

" Sayang? Are u okay?" Wanita cantik dengan paras anggun di sebelahnya menatap.

Tangan lentik nya mengelus kening pria itu dengan penuh kekhawatiran. Melihat apa yang terjadi di hadapannya, Elizabeth segera memalingkan wajahnya. Enggan untuk melihat hal menyakitkan bagi nya.

" Aku tidak apa-apa." Pria itu kembali bersuara, menepis kasar tangan wanita cantik itu tanpa ekspresi apa pun.

Apa yang di lakukan nya barusan membuat wanita itu tersentak, merasa terkejut.

" Kau... Eum benar-benar baik?"

" Of course, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir."

Pria itu menyahut dengan frustasi. Ia mulai menundukkan dirinya tepat di kursi kosong. Menatap gadis bertubuh mungil barusan. Gadis itu masih tetap sama, hanya saja dia semakin cantik.

Tubuhnya tetap mungil dengan kedua pipi yang berisi. Drees putih selutut yang di gunakan nya itu membuat kesan imut.

" Kau cantik." Pria itu bergumam kecil dengan senyum tipis di bibirnya.

" Sayang? Kau memuji ku?"

Terkejut, pria itu menoleh kembali kepada sang wanita yang tengah menatap nya sumringah. Membuat pria itu menghela nafas pelan kemudian mengangguk kecil.

" Sure , kau cantik."

" Aaaaa terimakasih, eum apa kita akan pesan hotel nanti setelah sampai di new York? Aku ingin berbulan madu dengan mu di hotel yang indah di sana, bagaimana jika apartemen yang pernah kau gunakan dulu? Pasti sangat indah."

Lagi dan lagi, wanita berparas anggun itu mengoceh dengan antusias. Malas menanggapi ocehannya , pria itu hanya menjawab 'ya' setiap ocehan sang wanita yang tampak gembira.

" Tolong, ini menyakitkan."

Berucap dalam hati, Elizabeth meremas dress nya dengan senyum tipis. Memastikan bahwa dirinya baik-baik saja, ia memalingkan pandangannya. Kembali menatap pria yang sangat familiar bagi nya.

Sangat tampan. Dan selalu terlihat maskulin. Elizabeth tak bisa berbohong, ia mencintai pria di masa lalu nya itu.

• • •

Cool Sadistic ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang