{ 13 }

540 50 3
                                    

Keadaan kediaman keluarga Elizabeth sudah membaik. Penjelasan yang gadis itu berikan dapat memuaskan kedua orang tua nya, terutama kakak perempuan nya. Ia hanya menjelaskan sebagian, dia tak membawa nama Garden di cerita itu. Ia tahu bahwa akan terjadi hal yang tidak ia inginkan jika nama pria itu di campur adukkan.

Dengan frendi? Pria itu semakin dekat dengan Elizabeth. memberi perhatian tulus kepada gadis itu tanpa pamrih. Selalu membuat gadis itu tertawa dalam keadaan apa pun. Ia tak menyangka dapat bersahabat dengan Elizabeth hingga kini. Sewaktu kecil mereka tidak sedekat sekarang, namun lihat? Mereka bahkan terlihat seperti kakak dan adik.

" Frendi~."

" Tch, apa yang kau bawa El? Aishh kau ini seperti anak kecil saja."

Gadis itu tertawa saat melihat sang sahabat menggerucut kesal mendapati dirinya membawa alat bermain di pantai.

Frendi memang pria dewasa , ia tidak bersikap seperti anak kecil lagi. Namun melihat Elizabeth yang sering bersikap konyol dan kekanak-kanakan itu tak membuat dirinya kesal. Ia justru selalu bahagia saat melihat senyum gadis itu.

"Ayo temani aku bermain pasir pantai."

Elizabeth merengek, memohon agar pria dewasa di hadapannya ini luluh. Nyata nya Friendi justru terkekeh geli melihat tingkahnya. Itu sangat menggemaskan.

" Aku tidak ingin menemani mu."

Membalas dengan tertawa, Friendi menatap kedua mata gadis itu yang kini menatap nya kesal. Unch... Jika tidak ada penjara dan polisi. Sudah frendi Pastikan gadis itu terkurung dalam kamarnya seorang diri.

" Bagaimana jika bermain bersama?"

Mendengar itu, Elizabeth sontak mengangguk antusias. Tak sabar ingin membuat istana pasir dengan kolam ikan di depan istana itu.

Terkekeh gemas, Frendi menarik tangan mungil Elizabeth dengan lembut. Membawa gadis itu ke tempat yang sepi di pinggir pantai. Ia tahu jika gadis yang sedang bersamanya ini tak menyukai keramaian. Anti-sosial adalah julukan paling tepat untuk Elizabeth.

" Frendi... Kenapa istana mu sangat besar? Itu curang, huaaaa."

Elizabeth menggerucut kesal, menatap tak suka ke arah di mana istana Friendi berdiri. Istana pasir yang di buat oleh pria itu sangat lah cantik, dengan hiasan rumput laut di atap dan bebatuan kecil yang lucu. Membuat Elizabeth merasa tersaingi.

" Hei, itu karena kau yang tidak ahli , jadi jangan salahkan aku yang terlalu pintar."

Lagi dan lagi, frendi sengaja membuat gadis itu kesal akan tingkahnya. Lucu jika melihat wajah dan kedua telinga gadis itu memerah.

" Okay! Mari kita bertanding! Aku Pastikan aku yang akan menang kali ini."

Elizabeth memekik kegirangan dengan tangan mungilnya yang menyatu, membuat suara tepukkan yang menggemaskan bagi Frendi.

• • •

" Hufhh.... Sangat melelahkan."

Elizabeth menatap lemas tayangan tv yang menurutnya membosankan untuk di tonton. Ia meraih pizza , memakan nya dengan malas. Ia benar-benar lelah setelah seharian bermain di luar dengan frendi.

" Sayang? Kau sudah pulang ternyata, moomy memasakkan mu sup labu kesukaan mu, di makan."

Ibu nya-Pricilla , memberikan semangkuk sup labu yang masih panas untuk sang putri. Menaruh nampan dengan mangkuk berisi sup labu itu di hadapan putrinya. Tak lupa senyum hangatnya yang menambah kecantikan wanita paruh baya itu.

Elizabeth seketika tersenyum lebar. Memekik senang saat mendapati sang ibu di kamar nya.

" Uahhh..., Moomy memasakkan ini untuk ku?" Terkekeh geli, Pricilla mengelus surai anak nya dengan gemas.

" Of course baby , untuk mu. Memangnya untuk siapa lagi? Aish kau ini ada-ada saja."

Meringis malu, Elizabeth meraih semangkuk sup labu itu dengan cepat. Memakannya tanpa sisa. Membuat Pricilla tersenyum manis. Selapar ini kah anak nya? Padahal sedari tadi Elizabeth memakan banyak makanan ringan.

" Sayang... , Bolehkah ibu bertanya?"

Gadis itu mengangguk, mempersilahkan sang ibu untuk menanyakan sesuatu. Mungkin kah penting? Jadi Elizabeth meng-iyakan Pertanyaan ibu nya.

" Apa yang kau lakukan saat menghilang?"

Deg

Terdiam. Elizabeth menghentikan tangan mungilnya yang tengah menyuap makanan di mulutnya. Kemudian mendongak, menatap wajah sang ibu dengan gusar.

" Aku...aku, menginap di apartemen teman ku."

Pricilla mengerutkan keningnya, merasa ganjal dan kurang puas dengan jawaban sang putri. Kembali bertanya ketika ia merasa ada yang tidak beres.

" Kau punya teman di sana? Tapi.... Kenapa moomy baru mendengar sekarang.."

Membelalak terkejut dalam diam, Elizabeth tetap berusaha untuk tenang dan sabar. Menghembuskan nafas pelan, dia menaruh kembali mangkuk berisi sup labu itu di atas nampan.

" Mom..., Maaf baru menceritakan nya sekarang. Tapi aku memang benar-benar menginap di apartemen teman ku."

Pricilla terdiam sejenak, kembali menatap sang anak lalu tersenyum tipis.

" Okay...., Moomy percaya pada mu. Lanjutkan makan mu sayang, moomy akan ke bawah."

Tersenyum manis, Pricilla melambaikan tangan nya kepada sang anak, kemudian menutup pintu dengan pelan.

" Shit.... Hampir saja! Lebih tepatnya menginap di rumah pria gila yang bahkan dirinya seorang psikopat haus darah. Tch..."

• • •

" Sayang? Kenapa belum tidur?"

Hayden membuka pintu kamar anaknya, melihat Elizabeth yang masih setia menonton film horor dengan makanan ringan di atas ranjang. Gadis itu tampak bosan.

" Hufh... Tidak apa dad, aku hanya merindukan kakak."

Tersenyum tipis, Hayden menghampiri anak gadisnya. Mengelus rambut lembut itu dengan kasih sayang. Jadi putri nya ini rindu kakak nya ya? Pantas saja wajah nya kusut seperti kaos kaki tak di cuci.

" Tenang sayang, kakak mu sudah menangani perusahaan nya sendiri semenjak kau menghilang, ia memiliki cabang di beberapa negara. Ia akan kembali jika memiliki waktu luang, kakak mu pasti juga merindukan adik nya yang cantik ini."

Elizabeth tersenyum mendengar itu, dia turut bahagia. Kini kakak nya sudah menjadi gadis yang sukses dan damai. Tenang sekali rasa nya dia sekarang. Melihat keluarga nya bahagia tanpa beban, membuatnya menjadi lebih baik.

" Jangan begadang sayang..., Ibu mu akan marah jika melihat mu membuka mata di tengah malam dengan lap top terbuka."

Terkekeh geli, Hayden mengecup seluruh wajah anak nya. Tangan nya meraih makanan-makanan ringan berserakan di atas ranjang, menata nya rapi di nakas.

" Good nghit baby girl, i love u."

" I love u more daddy."

• • •

Cool Sadistic ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang