{ 16 }

540 47 0
                                    

" Kenapa kau mencoba lari dari ku? Hm? Kau tahu? Aku merindukanmu!"

Elizabeth tersenyum tipis. Tangan mungilnya menepis perlahan tangan Garden yang tengah menggenggam erat lengan nya.

" Mencoba lari dari mu? Kau pikir aku ini apa? Gadis pengecut yang melarikan diri dari masalah? Dan menjauh? Mencari persembunyian untuk mengamankan diri? Lari dari kenyataan? Tch... Maaf tuan Garden yang terhormat, tapi aku tidak sepengcut itu. Ku pikir, kau perlu melihat diri mu sendiri. Bukan aku yang lari, tapi dirimu lah yang bersembunyi."

Tersenyum kecut, Elizabeth menatap nanar kedua mata pria yang ia cintai di hadapannya. Tangan mungilnya bertaut resah. Air mata sudah membendung di kelopak matanya, tak kuat untuk menahan sakit dan iris di hati nya.

" Kembali lah, sekarang aku bukan tanggung jawab mu, dan kau juga bukan tanggung jawab ku. Dan tidak akan pernah. Kau boleh melakukan apa yang kau mau. Silahkan. Aku tidak akan melarang mu. Dari sejak awal pertemuan, bukan kah kau memang menginginkan ini? Hanya singgah untuk sekedar mampir? Tanpa menua."

Elizabeth melanjutkan bicara nya, air mata nya kini tengah membanjiri kedua pipi nya yang merah. Ia tersenyum tipis. Tangan nya menangkup rahang tegas Garden, mengecup rahang itu dengan tulus.

" Aku.... Aku mencintaimu. Katakan selamat tinggal, say goodbye dude! I love u more!"

Blesss

Lepas. Pelukkan mereka terkepas kala Elizabeth yang melepaskan nya. Melangkah cepat menuju mobil taksi dengan air mata yang terus menerus mengalir deras. Ia tak bisa seperti ini terus. Namun takdir menolak, nyata nya, ia begitu sangat mencintai pria itu.

• • •

" Jadi kapan acara pernikahan kalian akan di mulai?"

H

ayden membuka suara. Membuat kedua putrinya mengerutkan kening Bingung. Tapi tidak dengan pria itu, Frendi.

" Pernikahan? Siapa yang akan menikah dad?." Elizabeth membuka suara

Hayden terkekeh, tangan nya meraih secangkir teh manis hangat. Meneguk nya dengan santai. Berbanding balik dengan kedua putrinya yang sudah bertanya-tanya.

" Jadi Frendi belum memberi tahu mu sayang? Astaga, sepertinya anak itu malu-malu bayi."

Jawaban sang ayah, membuat Elizabeth merasa kurang puas. Ini benar-benar seperti teka-teki. Menyebalkan. Ia harus menguras kesabaran nya hingga tuntas.

" Daddy berpikir akan... Menjodohkan mu dengan sahabat mu maybe?"

JDAR

" A... APA-APAAN ITU! daddy... Lelucon macam apa ini? Dia sudah memiliki istri!"

Elizabeth berseru dengan wajah memerah. Namun tanpa ia sadari jawabannya barusan membuat Hayden dan Frendi mengerutkan keningnya.

" Sejak kapan Frendi menikah sayang?"

BLESS

Seketika dada gadis itu merasa sesak. Ia mengerjapkan mata nya cepat. Menggelengkan kepalanya brutal. Mencoba menghilangkan nama pria gila itu dari pikirannya. Itu benar-benar sulit. Sungguh.

" Ma...maksud ku, ah eum menikah dengan Frendi?"

Hayden terkekeh, kemudian mengangguk sangar. Membuat kedua mata Elizabeth membulat tak percaya. Begitu juga dengan kakak nya yang kini tersedak boba.

" Daddy! Apa-apaan itu! Aku dan Frendi bersahabat sejak sekolah menengah pertama, aku menganggap nya sahabat. Tidak lebih. Dan untuk menikah? Tch! Aku ingin hidup ku sendiri untuk sementara waktu. Tanpa seorang PRIA."

Deg

Jawaban itu, jawaban itu membuat hati Frendi merasa panas. Pria itu tersenyum kecut. Tangan nya mengepal. Mencoba menahan emosi. Ia menunduk, memejamkan mata nya sejenak. Mencoba menjernihkan pikiran.

" Sayang....? Kau yakin ini kau? Maksud daddy, kau... Terlihat berbeda selama beberapa hari ini."

Hayden tersenyum miris. Merasa sakit saat sang putri berbicara dengan nada tinggi dan penuh tekanan itu.

" Aku... , Maaf dad. Aku tidak punya banyak waktu. Ada urusan kantor yang harus ku tangani. Dan Frendi, terimakasih."

Tersenyum tipis. Elizabeth berdiri. Melangkah jauh dengan sesak hati di dadanya. Semua nya menjadi berantakan. Ia akui itu. Sungguh, ini memberatkan bagi nya.

• • •

" SHIT! jadi kau ingin di jodohkan huh? Astaga Eli, ku pikir kau akan menerima perjodohan itu karena kau sangat menyayangi ayah mu."

Sena tertawa frustasi dengan berkas di tangannya. Membuat Elizabeth menatap nya kesal. Ini bukan komedi putar. Kenapa wanita itu tertawa.

" Aku memang menyayangi daddy , tapi untuk menikah dengan Frendi... Aku akan menolak. Dia bukan pria yang aku cintai. Jujur saja, aku frustasi dengan ini semua."

Elizabeth tersenyum kecut, gadis itu menyenderkan kepalanya di atas meja. Mata nya terpejam. Mengulang memori nya bersama Garden yang mereka lalui bersama.

" Aku mencintainya... Garden."

UHUK

Kedua mata Sena melotot dengan mulut terbuka lebar. Terkejut dengan apa yang baru saja gadis itu katakan. Garden? CEO sombong itu? Cih

" Sejak kapan kau mengenalnya El? Katakan padaku! Oh astaga apa kau menjalin hubungan dengan nya? Eh tapi bukan kah dia sudah memiliki istri? Sejak lima tahun lalu bukan?"

Sena berbicara banyak, mata nya terus menatap gadis mungil di hadapannya. Berharap mendapatkan jawaban yang matang.

" Itu masalah nya , tahun lalu dia sangat terobsesi dengan ku. Lalu ia pergi begitu saja , meninggalkan ku di neraka nya yang terbengkalai. Kemudian kabar dia menikah dan beristri tersebar. Ini menyakitkan."

Elizabeth tersenyum tipis. Tangan nya meremas berkas-berkas di hadapannya. Air mata nya mengalir kembali. Membuat Sena sontak menatap sedih wajah gadis muda itu.

" Hey! Jangan menangis bodoh! Pria brengsek sepertinya tak patut mendapatkan gadis berjiwa pemimpin seperti mu!"

Berseru keras, Sena dengan cepat memeluk tubuh Elizabeth dengan erat. Mencium kening gadis yang sudah ia anggap adik nya itu dengan tulus.

" Bertahanlah, aku tahu itu sulit. Tapi aku yakin kau kuat."

Cool Sadistic ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang