{ 12 }

578 52 0
                                    

" bisakah kau menjelaskan nya dengan detail sayang? Maafkan tingkah ibu mu, dia frustasi karena kehilangan diri mu selama beberapa bulan ini, jadi wajar jika ibu mu bersikap seperti itu baby gurl. Orang tua mana yang tak khawatir kepada sang anak?"

Elizabeth tersenyum tipis, menatap lantai sembari memasang telinga untuk mendengar ucapan sang ayah. Kini ia telah sampai di kediaman keluarga nya. Namun ia sulit menjelaskan tentang dirinya selama ia menghilang. Ia... Takut jika pria itu tertangkap polisi dan berakhir di sell.

Ayahnya-Hayden , menatap sang putri dengan lembut. Mengelus surai gadis itu dengan penuh kasih sayang. Ia tak menyangka jika putrinya akan kembali dalam keadaan baik-baik saja. Ia sangat berterimakasih kepada tuhan. Ini benar-benar keajaiban.

" Dad....aku, aku minta maaf. I'm sorry... , Aku salah."

Hayden tersenyum kecil, menatap putrinya sembari terkekeh geli. Masih sama, Putri nya tak berubah. Tetap menjadi gadis cilik nya.

" Sayang..., Kau tidak perlu mengatakan itu. Dengan kembalinya kau di sini, daddy dan moomy sudah senang."

Tersenyum manis, Hayden mengecup kening sang putri. Ucapannya barusan membuat Elizabeth tersenyum tipis. Hati nya menghangat. Superhero nya memang yang terbaik. Hayden, ayah nya, pria paling luar biasa.

" Tapi dad... Moomy seperti tidak senang saat melihat ku tadi, aku takut... Jika dia membenciku." Elizabeth menatap sendu mata sang ayah, berharap air mata nya tak luntur untuk saat ini. Berusaha tetap kuat dan tegar di hadapan ayah nya.

" Ssttt... Baby, dengarkan daddy, apa kau memiliki bukti lain jika ibu mu membenci mu hm? Jangan merasa seperti itu sayang, ibu mu sangat mencintai mu, dia bersikap kasar barusan karena mengkhawatirkan mu. Dia tak rela jika putri kecilnya pergi, dia tidak akan rela sayang..."

Hening. Elizabeth menahan tangis nya mati-matian, meremas dress yang ia kenakan hingga lusuh. Ia tak pernah berharap dan berniat mengecewakan ibu nya sendiri. Ia akan merasa bersalah untuk saat ini, mungkin selamanya.

Menghela nafas pelan, Hayden mencium lembut kedua pipi anak nya. Mencoba memberikan kenyamanan untuk putri cantik nya.

" Tenangkan diri mu, jangan gelisah sayang. Daddy akan mencoba menghibur ibu mu. I luv u sweety."

" I love u too daddy..."

Tersenyum manis, Hayden berdiri. Mulai menutup pintu kamar anak gadisnya. Meninggalkan putrinya seorang diri untuk memberi luang waktu, pikiran gadis itu sedang kacau, ia butuh keheningan untuk pikiran nya.

" Ini semua memuakkan, tch! Dasar pria bajingan, aku membenci mu."

Elizabeth mengumpat frustasi ketika mengingat perlakuan Garden kepada nya. Itu menjijikkan, brengsek, dan memuakkan! Memaksa dirinya untuk tetap berdiri di dalam hidupnya, lalu kini ia meninggalkan gadis itu dengan cuma-cuma.

" Aku lelah."

• • •

Ceklek....

" Sayang...., Ada yang mencari mu."

Mengerjapkan mata lemas , Elizabeth mengerutkan keningnya sembari membuka mata nya perlahan-lahan. Mencoba melihat siapa yang membangunkan nya sore ini.

" Moomy..."

Wanita paruh baya dengan wajah segar itu tersenyum lembut. Menatap sayang sang putri dengan tangan mengelus surai gadis di atas ranjang ini.

" Ya, ini moomy. Kau merindukanku heum?"

Mata Elizabeth berkaca-kaca, siap-siap membanjiri kedua pipi nya dengan air matanya. Memekik senang kemudian memeluk erat tubuh sang ibu. Kehangatan kini menyerbu nya. Ia merasa bahagia Sekarang, sangat. Sangat bahagia!

" Ku pikir kau melupakan ku sayang..."

Elizabeth yang mendengar kalimat itu dari sang ibu dengan cepat menggelengkan kepalanya brutal. Kemudian mencium kedua pipi ibu nya dengan air mata yang kini sukses membuat wajah nya basah.

" Moomy jangan berkata seperti itu, aku tidak akan melupakan mu mom, sekalipun aku mati, tidak akan, aku tidak akan melupakan moomy... I love u mom, aku menyayangimu."

Ibu Elizabeth tersenyum manis, menatap lembut kedua mata putrinya. Mengusap wajah cantik anak nya dengan senyuman yang tak luntur. Hati nya menghangat saat mendengar suara putrinya kembali. Elizabeth adalah kebahagiaan nya, sungguh.

" I Know gurl, i know. Sstt... Sudah jangan menangis lagi okay? Kau semakin cantik jika menangis." Canda nya.

Elizabeth tertawa, memekik senang kembali dengan memeluk tubuh ibu nya dengan erat. Ia merasa bahagia, ibu nya selalu membuatnya tersenyum. Setiap perlakuan dan kalimat nya, itu sangat indah. Selalu sukses membuat Elizabeth merasa nyaman.

" Sudah cepat ke bawah, seseorang mencari mu, sepertinya dia merindukan mu sayang..." Terkekeh kecil, wanita paruh baya itu mengecup kening Elizabeth dengan lembut. Kemudian meninggalkan putrinya untuk bersiap-siap.

• • •

" Frendi...."

Pria itu menoleh dengan cepat saat telinga nya mendengar suara seorang gadis yang ia rindukan selama beberapa bulan ini. Terkejut ketika melihat gadis cantik bertubuh mungil dengan balutan piyama berwarna putih polos.

" El....? Ini kau. Ashh... Cantik, kau tetap sama. Masih cantik dan astaga aku merindukanmu El. Kau ke mana selama beberapa bulan ini hm?"

Mengoceh kesal , Frendi menarik tangan gadis mungil di hadapan nya dan dengan cepat memeluk erat tubuh Elizabeth. Menyalurkan rasa rindu kepada gadis cantik di dekapan nya.

" Fren..., Eum aku.... Aku baik-baik saja, kau tidak perlu berlebihan seperti ini."

Tersenyum kaku, Elizabeth hanya diam sembari memejamkan mata nya. Menahan emosi untuk tidak meledak. Saat ini ia hanya butuh istirahat, bukan orang lain. Melelahkan.

" Cih, apa kau bilang barusan? Baik-baik saja? Berlebihan? Aku mengkhawatirkan mu El! Sangat dan sangat. Ku pikir kau pergi untuk menghindari ku, dan aku sempat berpikir bahwa kau di bekap oleh pria berotak miring itu. Kau tahu seberapa khawatir nya aku saat mengetahui kabar bahwa kau menghilang El? Apa kau mengerti? Itu menyakitkan El, sangat menyakitkan..."

Frendi menatap nanar kedua mata gadis di hadapannya, tangan besar nya mengacak kasar rambutnya sendiri. Berusaha menahan emosi yang mengembun-embun. Ia tak boleh hilang kendali. Gadis yang kini berdiri di hadapannya adalah berlian yang harus ia jaga.

" Maafkan aku fren, maaf sudah membuat mu memikirkan ku, aku benar-benar tidak sengaja melakukan itu."

Elizabeth melepas pelukannya dengan lembut, menatap wajah tampan dengan rahang tegas itu dengan penuh penyesalan.

" Sstt sudah-sudah, jangan di pikirkan. Aku senang kau kembali, kau butuh istirahat El, kau terlihat sangat lelah. Aku akan... Pulang, have a nice day, aku menyayangimu."

Kecupan singkat Frendi berikan kepada Elizabeth, kemudian berlalu pergi membuat gadis itu mematung di tempatnya dengan bibir terbuka. Ia baru saja di cium oleh pria itu!? Astaga seberani itu dia?

" Shit! Tenang dan tenang. Jangan kacaukan pikiran mu sendiri El, jangan. Frendi pasti hanya... ARGHH SIALAN."

Menendang kaki meja dengan kasar, Elizabeth tersenyum kecut. merasa frustasi kepada dirinya sendiri. Ia harus akhiri ini semua, ia harus melupakan pria bajingan itu. Dan itu harus.

• • •

Cool Sadistic ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang