{ 17 }

580 58 0
                                    

" Aku ingin bertemu dengan mu."

Suara Garden terdengar dari benda pipih yang Elizabeth genggam. Membuat gadis itu menatap datar layar ponselnya.

" Maaf, aku tidak punya wak-"

" Ku mohon, hanya sebentar." Potong Garden dengan suara memelas.

Elizabeth sontak meneguk ludah nya dengan kesal. Ia kemudian menatap layar ponselnya dengan tajam.

" Caffe elise, ku tunggu di sana."

Seru Elizabeth kemudian dengan cepat mematikan panggilan nya dengan nafas memburu. Bertemu dengan masa lalu itu menyakitkan kau tahu? Kau harus benar-benar menahan ego mu untuk tidak memeluk masa lalu itu kembali.

" Bastrad."

• • •

" Maaf , apa aku terlambat?"

Garden, pria itu tersenyum tipis dengan bunga indah di tangannya. Sontak membuat Elizabeth menatap nya datar.

" Kau terlambat lima menit, waktu ku terbuang karena mu. Cepat katakan pada ku, apa mau mu?"

Elizabeth membalas ucapannya dengan sinis. Tak lupa mata bulat nya itu menatapnya tanpa ekspresi. Gadis itu benar-benar berubah. Menjadi gadis pemimpin, bijaksana dan tegas. Membuat Garden seketika tertegun dengan sikapnya.

" Aku hanya ingin... , Ash.. aku merindukan mu."

" Mau sampai kapan kau mengatakan itu? Kau tidak lelah? Lalu aku harus apa jika kau merindukanku? Aku harus berdiri di tengah jalan lalu menunggu truk tangki menuburk ku hingga mati?"

Garden terkekeh geli ketika melihat gadisnya berbicara sinis pada nya. Benar-benar bukan Elizabeth yang ia kenal. Tangan nya meraih tangan mungil gadis itu dengan lembut. Mata elangnya menatap binar wajah cantik Elizabeth.

" Kau cantik." Ujar Garden sembari menatap wajah Elizabeth tanpa berkedip. Membuat jantung gadis itu terpacu dengan cepat.

" Kau baru menyadari nya?"

Terkekeh gemas, Garden mengecup punggung tangan Elizabeth dengan lembut. Mata elangnya kembali menatap wajah cantik itu.

Jujur saja, jantung Elizabeth kini berdetak lebih cepat dari pada sebelumnya. Ia sangat takut untuk melakukan hal ini. Ini benar-benar seperti rintangan. Garden, pria itu selalu saja berhasil menaruh kupu-kupu di perut nya. Sialan.

" Bunga untuk mu....sayang."

Garden meraih bunga indah itu dari atas meja, bunga yang ia bawa barusan. Ia tahu, gadis itu menyukai bunga. Dengan tulus, ia memberikan bunga itu kepada Elizabeth dengan senyum yang tak luntur.

" Tidak terimakasih." Balas Elizabeth dengan sinis.

" Ku pikir kau akan menerima ini dengan... Senyuman mu."

Deg

Elizabeth, gadis itu terdiam saat mendengar ucapan pria tampan di hadapannya. Sontak tubuh nya membeku. Bibir nya kelu kala ia ingin mengatakan sesuatu.

" Sayang... Kau tahu? Aku memang brengsek. Aku pria bajingan yang telah meninggalkan mu but... Aku tidak ingin menutupi ini semua. Kau tahu istri ku bukan? Dia... Dia teman ku sewaktu di sekolah menengah pertama. Saat itu kau pindah, dan tak lama kemudian dia datang. Dia selalu berusaha mendekati ku. Aku tidak aku apa yang aku rasakan tapi aku mencintai nya... , Ya aku mencintai nya..."

Bless

Seketika air mata Elizabeth mengalir mendengar pengakuan pria di hadapannya. Hati nya sesak. Tangan mungil nya meremas bunga yang Garden bawa. Mata nya memanas. Tolong siapapun, katakan jika ini mimpi.

" Maaf... Maafkan aku, tolong kembali pada ku sayang. Elizabeth, kembali pada ku. Aku tidak rela melepaskan mu..."

" DAN MENJADI PELAKOR ANTARA HUBUNGAN MU DENGAN ISTRI MU ITU?! KAU PIKIR AKU INI APA GARDEN?! AKU INI APA?! PELAMPIASAN MU?! AKU LELAH, SANGAT LELAH. KAU... KAU SANGAT BAJINGAN! MENINGGALKAN KU DENGAN SENANG HATI. MENYATAKAN PERASAAN MU TERHADAP WANITA LAIN DI HADAPAN KU? APA ITU BENAR? CUKUP! HENTIKAN INI! AKU MUAK! aku... Aku lelah..., Garden. Pergi, tolong. Jangan kembali. Aku....aku membenci mu."

Elizabeth, gadis itu menatap sendu wajah pria tampan di hadapannya. Bibirnya tak mengukir senyum sedikitpun. Dengan datar dan tanpa ekspresi. Ia berdiri. Melangkah maju, mendekati Garden yang tengah menatap nya tak percaya.

PLAK!

Hebat. Satu tamparan keras di rahang Garden di lontarkan Elizabeth. Gadis itu menatapnya dengan datar. Wajah cantik itu memerah. Tamparan yang keras itu membuat Garden seketika membeku di tempat. Merasakan jika Elizabeth telah berubah total.

" Menjauh dari ku dan jangan pernah kau menampakkan diri mu lagi. Aku benar-benar membenci mu."

• • •

" Daddy..."

Hayden menoleh kala mendengar suara putrinya memanggil dirinya. Senyum lebar terukir jelas di wajah tampannya saat melihat wajah Elizabeth yang menampakkan dirinya.

" Sayang..., Kenapa kau belum tidur hm? Sudah malam, tidak baik seorang perempuan begadang."

Pria tua dengan wajah tampan itu mengelus surai putrinya dengan lembut. Memberi kenyamanan pada anak gadisnya yang cantik.

" Aku akan menerima perjodohan mu."

Elizabeth, gadis itu membuka suara. Membuat tubuh dan pergerakan Hayden terhenti seketika. Mata ayah nya menatap tak percaya kepada putrinya.

" Daddy... Aku tidak bercanda. Dan aku tengah seriuss! Aku ingin menikah dengan Frendi, aku akan menerima perjodohan itu. Ku mohon... Lakukan dengan cepat." Ujar Elizabeth kembali.

" Sayang... terimakasih." Balas Hayden dengan cepat memeluk tubuh putrinya. Air mata pria tua berwajah tampan itu seketika melecos begitu saja. Impian nya tercapai. Ia sangat ingin melihat anak nya beranak dan berkeluarga.

" No dad, jangan berterimakasih pada ku. Justru aku yang berterimakasih kepada mu. Maafkan sikap ku lusa itu. Aku benar-benar kesal saat itu, tapi kini aku yakin. Tolong dad, percepat pernikahan ku dengan Frendi."

Elizabeth, gadis itu menatap memohon kepada ayah nya. Lisan nya berbicara dengan ringan. Sementara hati nya bergemuruh menahan beribu-ribu panah yang menusuk hati nya. Menyakitkan.

" Apa pun untuk mu sayang."

Cool Sadistic ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang