Chapter 41 - Keluarga Impian

743 168 65
                                    

Ada yang berbeda dari Galla hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada yang berbeda dari Galla hari ini.

Semenjak masuk ke kelas, lelaki itu tidak berbicara apalagi menyapanya seperti biasa. Selama pelajaran sedang berlangsung pun Galla hanya fokus melihat lurus ke depan sambil mencatat penjelasan Guru yang menurutnya penting, tidak menoleh, atau pun memegangi tangannya seperti yang sering pacarnya itu lakukan.

Kening Adara berkerut heran, penjelasan Guru di depannya jadi mengabur dan kepalanya mendadak tak bisa berkonsentrasi. Semalaman kemarin juga Galla tidak lagi menghubunginya, mengabaikan pesannya, dan tidak mengangkat teleponnya. Padahal Jimmy bilang dia sedang memegang ponselnya saat itu. Seperti sengaja mengabaikan.

Saat waktu istirahat tiba pun, Galla dengan cepat beranjak dan menarik kerah belakang Jimmy untuk mengajaknya makan bersama. Jay dan Raymond yang melihat itu hanya bisa melongo dengan wajah dungu sambil melihat ke arah Galla yang sedang keluar kelas dan juga Adara.

Begitu juga dengan Lalisa, gadis itu segera menghampiri Adara dan menyikut lengannya ketika keduanya sedang berdiri bersisian di depan loker kelas.

"Kalian lagi berantem?" tanyanya kemudian.

Adara hanya menggeleng karena ia merasa tidak ada masalah apapun sejak kemarin. "Enggak, kenapa memangnya?"

"Terus kenapa sikap Galla kayak gitu? Nggak biasanya dia ngediemin lo gini."

Adara mengangkat bahunya acuh dan melenggang pergi keluar kelas diikuti Lalisa. "Entahlah. Kayaknya dia lagi badmood aja karena kalah main game."

Lalisa seketika memicing. "Eiyyy, gue rasa Galla bukan tipe cowok yang akan ngediemin lo gitu aja cuma karena kalah main game."

"Lo tahu dari mana?"

Gadis yang sudah memotong rambutnya jadi pendek sebahu dan mengubah warnanya menjadi hitam keabuan itu menggeleng-geleng dengan wajah tak percaya. "Lo memang nggak tahu gimana bucinnya Galla sekarang? Dari pagi sampe pulang sekolah pasti ngintilin lo terus, seolah kalau dia nggak ada di deket lo semenit aja, lo bisa berubah mencair dan hilang di lahap bumi. Terus menurut lo sekarang, masuk akal cuma karena kalah main game dia sampe nggak mau ngomong sama lo gitu? Ckckck. Otak lo boleh encer, tapi pengetahuan lo soal cowok masih level anak paud baru belajar nyanyi potong bebek angsa."

Adara mendengus. "Tapi memang nggak ada masalah apapun. Akhir-akhir ini juga gue jarang berantem sama dia." katanya berkilah.

Lalisa menghentikan langkahnya sebentar dan melipat tangan di depan perut sambil menghadap sahabatnya itu. "Coba inget-inget lagi. Siapa tahu lo nggak sadar udah ngelakuin kesalahan, cowok itu nggak akan kayak gini kalau nggak ada alasannya, mereka nggak kayak kita yang cuma karena laper aja bisa badmood seharian."

Adara merenung, berpikir sebentar sampai akhirnya menghela karena tidak menemukan jawaban, saat keduanya sampai di Kafetaria, matanya langsung berserobok dengan Galla dan terpaku selama dua detik, sebelum akhirnya lelaki itu membuang wajah terlebih dulu dan kembali mengobrol dengan teman-temannya diiringi tawa.

Why Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang