Chapter 08 - Tertangkap Basah

1.3K 291 42
                                    

Adara membuang tasnya begitu tubuhnya terhempas di atas ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Adara membuang tasnya begitu tubuhnya terhempas di atas ranjang. Hampir saja ia terkena kram pipi karena terlalu banyak tersenyum seharian ini. Tenggorokannya serasa sudah bisa menyaingi padang pasir dan tubuhnya bahkan sudah seperti mannekin. Suga memang keterlaluan, hanya karena dirinya libur 5 hari, Adara harus melayani 5 pelanggan selama satu hari penuh. Pria itu benar-benar tidak punya hati nurani.

Suara ponselnya yang berdering juga benar-benar tidak punya hati nurani, tidak bisakah benda itu berhenti berdering barang sehari saja?

"Apaan?" Buka Adara begitu ponselnya sudah tertempel di depan telinganya. Satu tangannya yang lain ia gunakan untuk menutupi matanya dari sinar lampu kamar yang masih menyala.

"Lo dimana? Gue lupa ngasih tau kalo malam ini lo harus----"

Adara menghela nafasnya. "Lagi?"

"Sorry, gue beneran lupa. Padahal dia udah pesen dari pagi."

"Nggak bisa besok aja apa?"

"Lo tau Aldrick Malavin, kan?"

Mendengar nama itu disebut, sontak membuat Adara langsung terduduk tegak dengan mata yang melebar sempurna. "Apa? Aldrick Malavin? Maksud lo anak yang punya Agensi artis itu?"

"Memangnya Aldrick siapa lagi? Ya, jelas dia orangnya."

"Tunggu! Tunggu! Tunggu! Jadi maksud lo dia mesen gue? Buat apa? Bukannya dia udah punya pacar?"

"Kenapa reaksi lo seheboh ini? Apa lo pikir orang yang selama ini mesen lo cowok-cowok single semua? Diantara mereka bahkan ada yang udah punya cucu."

"Lo nggak tahu rumor itu? Kalau dia gay?"

"APA?! GAY?!!!!"

"Ya, makanya! Kenapa dia mesen gue? Kenapa dia nggak pacaran aja gitu sama pacarnya yang juga punya batangan?"

"Apa harus gue batalin? Gue harus ngasih alasan apa? Apa gue harus ngasih alasan kalau lo tiba-tiba ke sambar petir terus mati ditempat? Atau lo tiba-tiba kesetrum raket listrik dan auto modar?"

Adara memutar bola mata dan meletakkan tangannya di depan dahi. "Dia udah bayar?"

"Hmm.. 100 juta."

"APA? 100 JUTA?!!" Adara segera menutup mulutnya dengan tangan karena suaranya terlalu keras, lalu kemudian ia tersadar kalau sekarang ia sedang sendirian di rumah karena Ayahnya sedang dipindahkan ke cabang lain selama 3 hari untuk menggantikan pegawai lain yang sedang cuti.

"Gue bilang lo yang bakal ngasih tarifnya, tapi dia udah duluan transfer ke rekening gue dan bilang kalau itu cuma dp. Dia bilang dia bakal ngasih lebih kalo lo mau nemenin dia selama 5 jam."

Why Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang