Sore itu sepulangnya dari sekolah, langkah Adara terhenti saat akan masuk ke gedung Apartemen karena seorang petugas keamanan memanggilnya dari kejauhan.
Pria tua berumur sekitar 60-an itu mengatur nafasnya saat sudah berada di depan Adara, lantas ia berkata. "Ada sesuatu yang harus saya tunjukin ke kamu."
Begitu saja sampai Adara mengikutinya ke ruang petugas keamanan dimana para petugas memantau keamanan gedung lewat CCTV yang terekam di dalam monitor komputer, Adara menunggu petugas itu mengotak-atik komputernya dan menunjukan sesuatu. Sebuah tayangan CCTV yang terletak di lorong lantai Apartemennya.
Selang 30 detik, seorang pria berpakaian serba hitam tiba-tiba saja berdiri di depan pintu Apartemennya sambil menekan kode pintu. Adara dibuat terbelalak kala ia melihat dalam satu kali percobaan saja pria itu sudah bisa membuka pintunya, dan masuk kesana. Lalu keluar lagi setelah satu jam berlalu.
"Ini.... Apa?" gumam Adara. Perasaannya seketika menjadi tegang, sulit sekali untuk berpikir positif.
"Saya sedang berjaga di sini kemarin, dan melihat dia keluar dari Apartemen kamu. Tapi waktu saya samperin dia udah nggak ada di sekitar sini, tiba-tiba hilang begitu saja. Walaupun gerak-geriknya kelihatan normal tapi saya agak curiga, setahu saya kamu sekarang lagi tinggal sendiri karena Pak Ferdy lagi kerja di luar kota, saya sudah akan mengatakannya kemarin tapi kamu nggak bisa ditemui dimana pun. Mungkinkah ini teman kamu?"
Adara menggeleng pelan, "Bisa ulangi lagi tayangannya?"
Petugas itu pun menuruti dan mengulangnya dalam mode satu kali lebih lambat, mata Adara hampir tidak berkedip saat ia mencoba mengenali siapa pria yang wajahnya hampir tidak terlihat karena tertutupi oleh masker dan topi. Dari perawakan dan juga pakaiannya, walaupun pakaiannya mirip seperti yang sering dipakai Suga, tapi ia yakin dia bukan Suga. Tubuhnya kelihatan sedikit lebih besar dan tinggi dari Suga.
Tunggu. Apa itu di tangannya?
"Dia bukan teman kamu?" tanya petugas itu lagi selagi Adara sedang mengamati bagian tangan pria itu. Memecahkan konsentrasinya.
Adara spontan menggeleng, ia tidak pernah memberitahukan kode pintunya dengan siapapun termasuk Galla. Jadi tidak mungkin ada yang bisa masuk kesana kecuali Ayahnya. Apa mungkin Wonu? Tidak mungkin, Wonu memang tinggi, tapi tubuhnya tidak sebesar itu.
"Segera cek Apartemen kamu, kalau ada sesuatu yang hilang langsung lapor ke saya. Biar saya urus dengan pihak polisi. Dan jangan lupa hubungi Ayah kamu, untuk berjaga-jaga sebaiknya hari ini kamu menginap di rumah teman."
Adara hanya diam sambil merenung, setelah mendengarkan beberapa wejangan dari petugas itu Adara segera menuju Apartemennya dan mengecek seluruh ruangan tanpa ada yang terlewat, pertama-tama ia mengecek meja belajar tempat dimana ia menyimpan buku tabungannya. Masih ada, lalu lemarinya tempat ia menyimpan beberapa perhiasan. Dan masih ada juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should I?
Misterio / SuspensoVenedieta Algadarra atau biasa dipanggil Adara, pindah sekolah ke SMA impiannya dengan harapan tinggi agar bisa meneruskan ke Universitas favorit untuk memperbaiki keadaan hidup, namun ia malah berurusan dengan satu laki-laki gila yang terus membuat...