Chapter 07 - Rahasia Adara

1.6K 315 81
                                    

Selesai mandi Adara keluar sambil mengeringkan rambutnya, ia melirik ponsel keduanya di atas meja belajar yang sudah beberapa hari ini tidak diaktifkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selesai mandi Adara keluar sambil mengeringkan rambutnya, ia melirik ponsel keduanya di atas meja belajar yang sudah beberapa hari ini tidak diaktifkan. Adara kemudian meletakkan handuknya di kursi, dan meraih ponsel berwarna hitam gelap itu lalu menghidupkannya.

Begitu layar menyala menampilkan tampilan home, sederet pesan dan beberapa panggilan tak terjawab yang masuk langsung menghujani notifikasi ponselnya. Adara menghela nafas, ia membaca deretan pesan itu satu persatu tanpa membalasnya, tak lama kemudian sebuah panggilan masuk, tidak menunggu lama ia mengangkatnya.

"Halo." Buka Adara begitu ia menempelkan ponselnya ditelinga.

"Kemana aja sih, lo? Nomor nggak aktif-aktif! Klien lo pada protes!" sewot orang di seberang sana, hanya dengan mendengar suaranya saja, Adara sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi orang itu sekarang.

"Sorry, gue sibuk." sahut Adara dengan santainya.

"Ooh, udah jadi ani-ani om tajir ya lo?"

"Jaga ya, bacot lo." Adara menjatuhkan bokongnya di kursi meja rias. Memandangi wajah polosnya dengan rambut yang masih basah.

"Malem ini si Adrian mau mesen lo lagi, ada banyak yang mesen lo dari kemaren-kemaren, kalau lo ambil semuanya mungkin sekarang lo udah punya Bugatti. Bitch."

"Gue nggak bisa kalau harus ke luar negeri."

"Dia mau cerai sama istrinya."

Apa-apaan? Lagi?

Adara memijat pangkal hidungnya dan mendesah pelan, mendengarkan suara lelaki yang sudah hampir 2 tahun menjadi atasannya itu selalu saja membuat kepalanya pusing. Terlebih masalah yang selalu menimpa Adrian, sebenarnya mau sampai kapan pria itu kawin cerai terus?

"Ayolah, Valleta. Lo tahu kan kalau dia itu klien spesial lo? Lo boleh mengabaikan chat random dari cowok setengah kaya yang cuma mampu bayar lo dari harga setengah motor, tapi lo beneran nggak boleh mengabaikan tikus yang satu ini. Dia beneran suka sama lo. Lagian, diapain sih tuh om-om sama lo?"

Adara baru saja akan menjawab, tapi suara notifikasi pesan yang masuk menghentikan suaranya.

"Sebentar, Ga." Ia menjauhkan ponsel dari telinga dan melihat sebuah pesan dari Bank bahwa ada yang baru saja mengirimkan uang ke rekeningnya. Adara seketika melotot saat melihat jumlah uang itu. Gila, dengan uang sebanyak itu ia bahkan bisa membelikan Ayahnya tiga mobil sekaligus.

"Suga." Panggil Adara pada seseorang yang masih tersambung dengan teleponnya.

"Hng, apaan?"

Adara kembali menempelkan ponselnya ke telinga. "Dia kayaknya baru aja ngirim uang ke rekening gue."

"Yoshh! Gue yang nyuruh, gue bilang lo bakal nemuin dia kalo dia transfer uangnya duluan. Jadi sekarang berapa? Jangan lupa 50%nya buat gue."

Why Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang