3.Riana Maria

3 3 0
                                    

"ijin buat apa?"
"tinggal dirumahku..," jawab Lia enteng.
"kamu gila?!" kata Rima.
"kok gila?!" tanya Lia balik.
"ya abisnya kamu sih,  nanti adek-adek ku gimana? Kalo mereka nangis siapa yang ngehibur..?" kata Rima.
"gak usah lebay,  aku cuma ngajak tinggal dirumahku beberapa hari aja,  sekalian kita ngerjain tugas sejarah tadi.. Abis itu kalo kamu mau pulang, ya pulang aja. Bye.." kata Lia.
"yeu bilang dong dari kemaren, gak usah ngambek deh.. " kata Rima.
"gak ngambek, cepet ih.! Panas nih.." kata Lia.
"panas darimana sih,  udah sore gini. Cepet naik! " kata Rima.
"iya..," Lia pun menaiki motor Rima. 
Motor pun melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan cukup padat, namun tidak macet.
"ma...,"
"ha?? "
"ma...,"
"apa?"
"ma..,"

Ckiiitttt.....
"ma,  kamu gila!? Ngapain nge rem mendadak sih?! "
"kamu ngapain manggil terus,  tapi gak ngomong-ngomong. Kan aku jadi gak fokus,  untung gak nabrak tuh kucing nyebrang.. " kata Rima dengan cepat.
"kamu ngerap ma?!, hahaha... " kata Lia sambil tertawa.
"mana ada ngerap,  gak jelas banget.  Bukannya minta maaf, malah ketawa.. Dasar aneh" kata Rima.
"hahaha.. Sorry sorry,  yok jalan!" kata Lia.
Rima pun melajukan motornya menuju toko buah yang tidak jauh dari sana sesuai permintaan Lia, kemudian mereka meneruskan perjalanan pulang mereka. Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di rumah sederhana namun luas, dengan pagar kayu mengelilingi sekitarnya. Saat Rima dan Lia turun dari motor, banyak anak-anak menghampiri mereka.
"Kak Liaaa.... "
"Kak Liaa kangeenn... "
"Kak Lia ayok main sama Rafi.., "
Seru mereka, sambil menggandeng tangan Lia.
"tuh liat,  seleb mah disambut mulu.. Kasiaannn kagak disambut, haha.. " kata Lia mengejek Rima.
"Iya in.. " kata Rima.

"Kakak bawa buah nih, ada yang mau gak..?!" kata Lia sambil menunjukkan sekantung buah yang dibeli tadi.
"mau... mau.. " seru mereka.

Lia pun mengikuti anak-anak menuju taman. Rima masih belum beranjak dari tempatnya, dan memperhatikan sahabatnya yang dikerubungi adek-adek nya.
"kak..,"
"eh ibuk.." kata Rima yang kemudian menyalami perempuan itu.
"tumben sama nak Lia...?" tanya perempuan itu.
"dia kangen adek-adek, terus pengen ketemu ibuk juga katanya. " jawab Rima.
"ohh gitu.. Ya udah masuk gih, ganti baju. Nanti ajak nak Lia makan juga ya.., " kata perempuan itu.
"Iya buk..."

Diana susanto, perempuan yang kini mengurus anak-anak di Panti Matahari. Panti yang didirikannya 15 tahun yang lalu bersama sang suami. Namun sang suami lebih dulu kembali kepada sang pencipta, tepatnya 2 tahun yang lalu. Semenjak sang suami pergi, Diana bekerja sebagai seorang penjahit baju. Ia memanfaatkan bangunan di perempatan jalan yang merupakan peninggalan sang suami menjadi tempatnya bekerja.
Di Panti Matahari ada sekitar 15 anak-anak dengan usia  6-12 tahunan. Ada satu balita berusia 4 tahun, yang merupakan anak kandung Diana dan sang suami.
Ia mempunyai seorang putra yang seusia dengan Lia namun terpisah jauh karena sang putra tinggal dengan kakeknya.



Seorang anak kecil berjongkok dan menangis di dekat pabrik makanan. Sang ibu meninggalkannya disana sendirian dan berkata akan kembali setelah membelikannya es krim. Namun anehnya, sang ibu memberinya sebuah tas, entah apa isinya.
"mama, apa isi tas ini?  Kenapa mama memberikan ini pada Ri..? " Tanya anak itu.
"ini akan berguna untukmu sayang. Tunggu disini ya,  mama beli es krim dulu disana. Nanti mama jemput Ri lagi.. " kata ibu gadis itu.
"iya ma, " jawab sang anak.

Namun sudah 3 jam sang anak menunggu sang ibu tak kunjung datang. Ia pun mulai menangis.

"huhuhu.. Mama.. Papa.. Kalian dimana Ri takut..hiks".
Tangisnya semakin menjadi, hingga Diana yang sedang lewat disana pun mulai penasaran dengan anak itu. Ia pun menghampirinya.
"hey nak, kenapa menangis disini? Dimana orang tua mu?" tanya Diana.
"mama bilang mau beli es krim, tapi daritadi gak dateng-dateng..hiks" jawab anak itu sesenggukan.
"eum,  biar ibuk temani sampai mamamu datang yah.  Jangan nangis dong.. " hibur Diana.

Dia merasa tak tega meninggalkan anak itu sendiri disana.  Namun 2 jam sudah mereka menunggu, tidak terlihat adanya kedatangan ibu dari anak itu. Diana pun memutuskan untuk membawa anak itu ke Panti nya karena hari menjelang sore dan akan turun hujan. Sesampainya di Panti sang anak terus menangis ingin mencari ibunya,  namun Diana dengan sabar menenangkannya hingga anak itu berhenti menangis.
"Pak gimana ini?" tanya Diana pada suaminya.
"biar bapak yang bicara buk, " kata Sudirman.
"nak,  namamu siapa?" tanya Sudirman.
"Nama saya Riana Maria, tapi mama sama papa slalu panggil saya Ri.." kata anak itu dengan takut-takut.
"jangan takut nak, Ri tinggal disini ya sama bapak sama ibuk.. Kita tunggu sampai mama papa nya Ri jemput.  Gimana?" kata Sudirman.
"kapan mama papa Ri jemput, Pak?" tanya anak itu.
"belum tau, kita tunggu aja ya. Nama Ri terlalu pendek untuk disebut, kalo Riana Maria juga terlalu panjang. Eum.. Kamu mau bapak panggil Rima?" kata Sudirman.
"Rima? Boleh Pak,  namanya bagus.  Hehe... " jawab Rima.

Suasana makan malam yang damai telah dilewati.  Anak-anak pun mulai mencari kegiatan mereka masing-masing, seperti belajar dan juga bermain bersama.  Lia telah mengungkapkan maksud kedatangannya pada Diana, untuk meminta ijin agar Rima tinggal beberapa hari di rumahnya.  Diana pun mengijinkannya, lagipula Ia memang tidak pernah melarang Rima sekalipun hanya saja Rima yang tidak pernah mau meninggalkan Panti.
"Buk,  Rima pergi gapapa nih...?" kata Rima.
"gapapa nak. Asal jangan pergi selamanya, nanti ibuk gak ada yang bantu ngurus adek-adek kamu, hehe.. " kata Diana, tampak sudut matanya yang mulai tergenang air.
"ibuk ngomong apa sih,  kan Rima cuma pergi beberapa hari.  Lagian Rima gak bakal ninggalin ibuk sampai kapanpun, Rima janji..." kata Rima,  kemudian memeluk Diana.
"Rima pergi dulu ya buk, Assalamualaikum.." kata Rima.
"Lia pamit yah buk, assalamualaikum.. "kata Lia.
"iya nak,  hati-hati! Waalaikumussalam.. " jawab Diana.

Jam 7 malam,  lampu-lampu gemerlap menyinari kota Jakarta.  Jalanan tidak terlalu padat, Rima melajukan motornya menuju rumah Lia.  Sekitar setengah jam kemudian mereka pun sampai. Melihat kedatangan Lia,  Pak satpam yang juga bertugas sebagai supir pribadi Lia dengan segera membuka gerbang.

"kok baru pulang non..??"
"tadi mampir ke Panti dulu Pak.." kata Lia.
"ohh iya non, besok mau diantar atau naik bus lagi?"
"diantar aja, Pak." Jawab Lia.
"baik, non.. "

Lia dan Rima pun masuk kedalam rumah.
"ma, mau makan dulu gak?" tanya Lia.
"engga deh,  tadi kan udah.  Emang Kamu mau makan?" kata Rima.
"engga juga sih,  aku mau mandi dulu.  Langsung kekamar aja deh kayaknya..." kata Lia.
"oke lets go... " jawan Rima.

Mereka pun menuju kamar Lia yang terletak di lantai atas. Sambil menunggu Lia yang sedang mandi,  Rima membuka ponselnya. Tidak ada pesan masuk, sepi. Rima pun merasa bosan,  Ia melihat sekeliling kamar Lia.  Kamar yang sering Ia kunjungi tidak banyak berubah, banyak poster Kpop disana. Ia pun berjalan mendekati poster terbesar.
"masih haechan aja ternyata, haha.. " kata Rima sambil menyentuh poster salah satu idol kpop yang sering diceritakan Lia.
"ngapain pegang-pegang my boyfriend..??!! Jangan bilang kamu naksir ya?!?!?! " kata Lia yang baru keluar dari kamar mandi.
"gak usah ngadi-ngadi..., " kata Rima sambil menoyor kepala Lia.
"ish sakit..., " kata Lia.
"lebay banget,  lagian udah tau aku gak suka Kpop juga.. Masih aja posesif..hhh" kata Rima.
"hehe.. "
"nyengir lu.. "







Lebih dari 1000 word.. Lagi lancar otak nya nih hehe..
Vomment nya dong para readers 🙏
Makasih 💗

Story Of The Parent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang