bagian 2

11 6 2
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[AUTHOR MASIH BANYAK BELAJAR, MAAF JIKA NASKAHNYA BURUK]

Selama perjalanan pulang sehabis swalayan, aku terus saja memikirkan kejadian tadi. Aku ingin bilang padanya namun mas Dimas langsung kembali ke kantor setelah menjemputku pulang.

Aku langsung segera menyiapkan bahan² utk makan siang dan mengirimkannya ke kantor, aku masih punya waktu sejam utk menyiapkannya.

Aku dengan buru² memasak semua bahan yang sudah setengah jadi bahkan aku tidak sempat membereskan barang ² dari swalayan tadi.

Hari ini aku berniat utk datang langsung ke kantornya membawakan bekal. Ini menjadi tantangan baru untukku karena selama ini aku selalu dirumah dan mungkin saja Mas Dimas tidak pernah menceritakan pernikahan ini pada orang² di kantor.

Setelah aku mengecek kembali penampilan ku dan memakai blazer, juga tak lupa menaruh bekalnya ke dalam tas.

Untuk berharap mas Dimas senang dengan kedatanganku dan makan siangnya. Aku berharap mas Dimas tidak marah lagi.

Cuaca yang tidak hujan, mendukungku. Walaupun panas, dan membuatku harus naik taksi setidaknya tidak ada macet sama sekali.

Sekitar 20 menit aku sampai, dan langsung masuk kedalam gedung. Semua orang nampak ramai keluar dari gedung utk mencari makan siang, dan semua orang menatapku.

Perasaan ini menjadi menggebu-gebu dan membuatku gelisah. Aku lalu mencari lift menuju ruangan mas Dimas, untung saja resepsionis nya baik.

Namun, aku harus berurusan dengan sekretaris mas Dimas karena tadi resepsionis memberitahu kedatangan ku.

Sesampai disana, meja sekretaris bahkan sudah terlihat dari lift.

Aku baru tahu jika sekretaris mas Dimas adalah seorang wanita, selama ini aku pikir adalah pria. mas Dimas pernah memberitahu jika sekretarisnya bernama Reza.

"Halo" sapaku dan wanita itu lalu tersenyum padaku.

"Apa anda sudah pernah membuat janji dengan pak Dimas?"

"Tidak" jawabku. Aku berdiri dengan cemas, aku takut jika aku ditolak.

"Atas nama siapa?" Tanyanya lagi.

"Fatika Puspa Ragantara"

Dia menulis namaku "baik, saya masuk dulu utk bertanya pada pak Dimas"

"Baik mbak"

Dia lalu masuk kedalam sana, jika aku lihat ternyata ruangan mas Dimas lumayan besar.

Karena tidak ada kursi sama sekali, aku terpaksa berdiri saja dan menaruh tas isi bekal di meja mbaknya, capek utk menggenggam itu dari tadi.

Tiba-tiba pintu itu terbuka, mas Dimas keluar bersama sekretarisnya. Dia melihat padaku dengan raut wajahnya yang terkejut.

"Tika, mengapa kamu tidak bilang kalau akan datang? Saya bisa menjemputmu lagi"

All with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang