Aku terdiam seribu kata sambil melihat mas Dimas yang tertidur pulas sambil menggenggam tanganku.
Dia nampak sangat kelelahan, aku jadi tidak tega melihat dia tidur sambil duduk seperti itu. Padahal disamping ranjang ku ada sofa yang setidaknya lebih nyaman daripada dia duduk di kursi besi itu.
Pukul menunjukan 9 pagi, seharusnya beberapa menit lagi perawat datang memeriksa keadaanku.
Tangan mas Dimas begitu dingin dan dia bahkan tidak menyelimuti dirinya semalaman. Aku jadi merasa bersalah padanya tidak mendengarnya semalam, aku harap dia tidak marah untuk itu.
Namun jika dia marah, kurasa tidak apa-apa lagipula salahku. Aku hampir mencelakakan anak kami karena kecerobohan ku, aku benar-benar minta maaf pada mereka berdua.
Andai saja jika aku bisa hidup normal mungkin mas Dimas bisa menikmati hidup pernikahan yang lebih layak seperti pasangan lainnya.
Menyedihkan sekali, mas Dimas pasti tertekan dengan banyak tekanan dariku. Dia harus menghadapi semua masalah yang datang sebab aku, aku sangat menyesal.
Mas Dimas sebenarnya bisa menikah dengan wanita yang lebih baik dariku yang punya kepercayaan diri yang tinggi dan cantik, tidak pernah merasa insecure ataupun overthingking terus menerus dan makan tanpa harus didamping.
Aku benar-benar marah pada diriku, aku gagal membuat mas Dimas bangga sebagai aku istrinya. Dia yang selalu membantuku dan menyelesaikan semua persoalan, aku bahkan tidak ingat apa aku pernah membuat sesuatu yang besar dan berharga utknya sebagai istri.
Tampaknya bahkan sangat indah bagai lukisan pria di Webtoon, dia sangat sempurna. Mengapa pria seperti dia ingin menikah denganku?
Tapi semua pemikiran tadi langsung bubar ketika tangan mas Dimas bergerak, dia ternyata bangun.
"Kamu sudah bangun Tika?" Aku lalu mengangguk.
Wajah bangun tidurnya sangat berantakan tapi tidak mengurangi ketampanan pria ini, ternyata benar jika sudah tampan apapun keadaannya mereka akan tetap tampan.
Aku jadi iri.
"Permisi, saya akan melakukan pemeriksaan" ucap perawat yang tiba-tiba sudah berada didepan pintu.
Mas Dimas kemudian berdiri dan membiarkan perawat itu melakukan tugasnya.
Dari sudut matanya aku bisa tahu bahwa dia masih mengantuk tapi dia jadi serius ketika perawat mulai bertanya-tanya.
Dia juga dengan seksama mendengar penjelasan dari perawat itu, bahkan bertanya tentang kondisiku, entah mengapa perlakuan itu membuatku bahagia dan nyaman.
Tidak sampai 20 menit, perawat itu akhirnya mengatakan bahwa aku bisa pulang, dan dia keluar dengan membawa data diriku.
"Tika, apa kamu mau pulang sekarang? Kita bisa pulang sore jika kamu mau"
"Tidak perlu mas, aku ingin cepat keluar. Aku tidak tahan dengan bau rumah sakit"
Mas Dimas menganggukinya, "tapi, aku tidak ingin pulang kerumah dulu" dia lalu kembali menoleh padaku.
"Aku ingin ke taman"
"Taman?taman apa?"
"Disebelah rumah sakit ini ada taman, apa boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
All with You
Teen Fiction[MASIH DALAM PENGEMBANGAN] insecure menjadi masalah yang banyak di derita oleh wanita dengan gejala yang membuat diri sendiri merasa tidak pantas untuk orang lain namun beda halnya dengan Fatika. untuk mewujudkan harapan besarnya, dia memilih untuk...