Bab 22 Ikhlas (END)

2.1K 100 5
                                    

"Za, udah semuanya kan?" tanya Agatha yang selesai memasukkan semua barang-barang ke dalam tas. Hari ini adalah hari Akhza dapat kembali pulang ke rumahnya. Setelah sekian lama ia berada di rumah sakit, sampai Akhza muak sendiri dan tidak mau berkunjung ke rumah sakit lagi.

"Udah Bun," jawab Akhza sambil memakai jaketnya. Arnav lalu membantu Agatha untuk membawa tas besar itu, agar Akhza tidak perlu membawa apapun, sedangkan Bhagas sedang mengurus administrasi di kasir.

"Bun, Akhza mau pergi, boleh ya?"

Agatha menoleh lalu mengusap punggung Akhza disana, "Mau kemana? Kamu kan baru keluar rumah sakit."

"Istirahatnya udah cukup, Bun. Akhza mau pergi ke tempat Hazel," jawab Akhza. Agatha ingin menolak, tapi ia tahu bagaimana perasaan Akhza yang sampai saat ini belum menemui temannya itu. Di sebelahnya Arnav hanya terdiam, sambil memainkan jari-jarinya, tidak ingin mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Dianter Bunda aja ya?" ucap Agatha yang khawatir.

"Gak usah Bun, sama Arnav kok sama Orion juga." Akhza mengulas senyumnya dan Arnav langsung memalingkan wajahnya dan menatap Agatha disana sambil mencoba membaca raut wajah bundanya itu. Arnav masih belum terbiasa untuk memahami apa arti raut wajah seseorang dan lagi di dalam benak Arnav, ia masih terbayang jika ia masih menyusahkan keluarganya.

Agatha menghela nafasnya lalu menatap Arnav disana. "Jaga Akhza ya, kalo ada apa-apa langsung telepon Bunda," ucap Agatha yang langsung membuat Arnav membulatkan matanya, baru kali ini ia diberi tanggung jawab oleh Agatha dan lagi ia sama sekali tidak dimarahi. Arnav pun langsung tersenyum lebar sambil mengangguk. "Siap Bunda!" ucapnya semangat yang dimana membuat Akhza tertawa melihat tingkahnya.

"Orionnya dimana?" tanya Agatha sembari melihat sekeliling tempat parkir.

"Katanya lagi di jalan Bun," jawab Akhza. Beberapa menit kemudian Orion datang dengan Arabella dan bersamaan dengan Bhagas yang selesai dengan urusannya.

"Mau kemana?" Tanya Bhagas melihat keempat remaja itu.

Orion dan Arabella setelah memberi salam, mereka tersenyum. "Mau ke tempat Hazel, Om." jawab Arabella membuat Bhagas mengangguk.

"Yaudah, hati-hati. Akhza Arnav ikut?"

Arnav mengangguk, begitupun Akhza dan Bhagas langsung memperbolehkan kedua putranya untuk pergi tetapi dengan syarat untuk tidak pulang terlalu sore karena Akhza dan Arnav masih butuh istirahat.

"Nav, hati-hati. Jangan dikucek matanya kalo kering jangan lupa pake obat mata, bawa kan?" tanya Bhagas sembari menepuk bahu Arnav yang tentunya membuat Arnav tersenyum lebar sembari memperlihatkan obat tetes mata yang ia simpan di dalam saku celananya.

"Bawa dong Yah!" Jawab Arnav.

"Bagus! Hati-hati Za, Nav," ucap Bhagas yang melihat kedua punggung putranya semakin menjauh dari pandangannya.

Akhza dan Arnav sudah semakin dewasa tanpa Bhagas sadari. Dulu ia terlalu terbawa emosi saat semua beban ia yang menanggungnya, tapi kini setelah melihat kedua putranya bisa hidup sehat, rasanya sungguh lega. Pikiran-pikiran yang semula berkabut, seakan jernih kembali.

Ia berharap agar kedua putranya bisa terus diberi kesehatan dan ia juga sungguh berterima kasih pada teman kedua putranya yang telah memberikan kehidupannya yang berharga.

###

Arnav dan Akhza melihat foto-foto yang terpajang di ruang tamu panti asuhan yang mereka datangi hari ini. Sambil menunggu Bu Yanti menyelesaikan urusannya, mereka berempat disuruh menunggu.

Renjana BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang