Am i your best part?

1.6K 244 40
                                    

CW// ADULT CONTENT. BE WISE.🔞

Hatiku berdenyut perih. Bagaimana ia dengan santainya memperlakukanku dengan seenaknya di tengah ketidakjelasan kami. Aku ingin meninggalkannya, namun aku tak sampai hati untuk melakukan itu.

Berakhir aku berdiri mematung pada salah satu pintu kamar yang ntah milik siapa. Pikiranku berkelana keman-mana, hati dan otakku berperang tentang apa aku harus tetap di sini untuk merawatnya, atau pulang untuk merawat hatiku sendiri?

Lima belas menit aku habiskan untuk merenung. Pada akhirnya aku memilih mengalah pada kenyataan dan memilih untuk merawatnya. Jika bukan aku, siapa lagi?

Sesampainya aku di dapur, aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa, tidak tahu bahan makanan apa yang bisa aku olah. Aku merasa asing di kosan milik keempat laki-laki itu. Berakhir dengan aku menghubungi salah satu nomer dari penghuni kosan ini.

Tak butuh waktu lama, panggilan itu dijawab, "Halo? Kenapa, Sa? Tumben."

Rasanya aku ingin memaki. Bisa-bisanya ia bertanya alasanku menghubunginya saat temannya hampir tewas terlindas truk dan membutuhkan pertolongan?

"Chandra kecelakaan."

Hening. Yang bisa kudengar hanya pekikan terkejut dari laki-laki di seberang sana. setelah itu dia juga memilih diam.

"Halo? Kok diem sih? Aku kan butuh bantuan, dia sendiri di kosan, ya Tuhan." Aku menghelas nafas jengah.

"Dianya gapapa? Kok bisa kecelakaan?" Tanyanya lagi berakhir dengan aku menceritakan kronologisnya, dan dia yang mengucap istighfar di seberang sana.

"Ya tolong jagain, besok Mas pulang," katanya.

"Mas yaAllah, ini aku mau masak buat dia. Bahan mana yang boleh aku gunain di dapur kamu?"

"Pake aja semua, di kulkas lengkap kok bahan makanan karena si Nadim suka masak."

"Yaudah makasih ya, Mas Juna..." setelah itu dia berpesan macam-macam tentang Chandra, ia memberi tahu bahwa Chandra tidak suka makanan terlalu pedas, dia alergi pada beberapa seafood dan juga tidak suka daun bawang, serta Chandra suka minum teh hangat pahit saat sakit.

Sejujurnya aku terkagum dengan perhatian yang Mas Juna berikan pada Chandra. Karena mereka bisa dibilang jarang sekali akur dan sering sekali berdebat hahaha.

Setengah jam aku bergelung di dapur kos milik Chandra, beruntung di kosan itu tidak ada peraturan khusus yang melarang tamu perempuan untuk keluar masuk, jadi aku sedikit tenang untuk bisa leluasa merawat Chandra malam ini.

Di depan pintu kamarnya kakiku berhenti melangkah, sesekali merutuki diri sendiri. Untuk apa aku melakukan semua ini? Iba? Kasihan? Atau karena aku merasa sayang?

Namun pikiran itu semuanya kubuang jauh karena lagi dan lagi aku kembali dikalahkan dengan keadaan, dan aku kembali untuk melukai diri sendiri demi menjaga orang lain. Tragis.

Dia terlelap dengan posisi kaki kiri ia naikan ke atas tumpukan bantal, dan juga tangan kiri yang berada di atas dadanya. Aku menatapnya kasihan, aku belum pernah melihatnya semenyedihkan ini.

"Ndra, udah malem makan dulu, yuk? aku membangunkannya pelan.

"Ndraaa," ia hanya bergumam dan bergerak tidak nyaman dalam tidurnya membuatku menatapnya dengan selidik. Bulir-bulir keringat menetes di pelipisnya membuatku bingung karena AC diruangan ini menyala cukup dingin.

"Chandra, kamu kenapa?" Tanyaku lagi walau ia sedang tidur. Ia yang sedari tadi tidak nyaman dalm tidurnya mulai membuka mata dan menatapku bingung, matanya memerah karena baru bangun, "Sa, ha-haus..."

WARNA || [HAECHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang