Pulang dan Luka.

1.2K 231 33
                                    

3 hari setelah hari di mana aku bertemu dengan Mark, aku memutuskan untuk kembali pada kota perantauan.

Sudah cukup aku melarikan diri ke Ibu Kota, kehidupan kampusku sudah siap menunggu kepulanganku. Sore ini aku harus kembali pada kenyataan di kota sana, kembali menekuni segala rutinitasku.

Di terminal Lebak Bulus aku mencari kehadian Chandra. Kami menang berjanji untuk pulang bersama, tidak dengan Kak Jeno, karena ia masih memilih untuk mementap beberapa hari lagi di Ibu Kota.

"Tuh Pacarmu," kata Papaku menunjuk kedatangan Chandra.

"Temen, Pa."

"Iya, Mama sama Papa juga dulu temenan."

"Pa!!" Lalu Papa tertawa begitu saja.

"Sore Om," sapa Chandra seraya menyalimi tangan Papa.

"Kalian berdua hati-hati ya. Chandra inget pesan Om," kata Papa.

"Siap Om!" Jawabnya dengan gestur hormat membuat Papaku tertawa dan menepuk pundaknya sekilas.

"Jagain anak Om ya, Om titipin sama kamu."

"Iya Om, aman kok di tangan saya."

"Yaudah sana naik nanti bisnya keburu berangkat."

Setelah kami berpamitan menyalami tangan Papaku, kami berdua naik kedalam bis. Aku duduk di sisi dalam dekat jendela, dan Chandra di sebelahku.

Kami sengaja mengambil perjalanan sore agar jalanan tidak terlalu padat dan menikmati gelap dalam tenang.

Saat itu langit di luar sudah gelap, bis melaju dengan kecepatan lumayan tinggi, dan beberapa lampu dalam bus dalam kondisi mati, "Sa? Sini kalau mau tidur jangan ke jendela keras," kata Chandra seraya menepuk bahunya sendiri.

Di bawah penerangan minim aku bisa melihatnya tersenyum. Hatiku berdenyut sakit melihat senyumnya mengingat hal apa yang sudah kulakukan dengan Mark beberapa hari lalu.

Karena aku tidak bergerak, ia menariku paksa hingga kepala ku tersadar pada bahunya, tangan kanannya menyelipkan headphone pada telinga kananku, "Dengerin ya, Sa?" Tawarnya dan aku diam saat lagu itu terputar.

Tak terasa gelap pun jatuh
Di ujung malam
Menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya

Lalu mataku merasa malu
Semakin dalam
Ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus
Berpapasan di tengah pelariannya

Untuk perempuan yang sedang di pelukan - Payung Teduh.

Lagu itu sangat menggambarkan kondisi kami berdua saat ini, setelah lagu itu selesai tak ada lagu lain yang diputar seolah Chandra sengaja ingin aku mendengar lagu itu.

"Selesai?" Tanyanya membuatku bingung.

"Kamu sama Mark," ia memperjelas membuatku terkekeh kecil dalam sandarannya.

"Selesai, semuanya selesai," jawabku yakin.

Aku mendengar ia terkekeh kecil sebelum bertanya "nyaman dipeluk sama Mark?"

Aku diam.

"Gapapa nggak usah ngerasa bersalah dan nggak usah dipikirin. Saya cuman nanya," katanya lagi namun kali ini nadanya terdengar datar dan dingin.

Perasaan bersalah berkecamuk di hatiku, aku sadar betul bahwa aku menyakitinya.

"Sa?" Panggilnya lagi dan aku hanya bergumam masih dalam sandarannya.

WARNA || [HAECHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang