Typo!
Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kerajaan sihir Moora bukanlah kerajaan besar yang rakyatnya bisa hidup terjamin jika rajin membayar pajak. Tanahnya pun tidak cukup subur untuk bercocok tanam. Tetapi ada satu hal yang membuat kerajaan ini selalu menjadi pusat perang ataupun penjajahan.
Kawasan kerajaan sihir Moora telah diberkati oleh Arkin, sang dewa keabadian. Sehingga konon katanya, siapa pun yang meregang nyawa di tanah Moora, jiwanya akan bertransmigrasi ke tubuh manusia yang sekarat di dimensi atau tahun yang lain.
Riki Nishi Moora, raja Moora yang sudah menjabat selama 3 tahun dari saat umurnya baru menginjak 8 tahun.
Mungkin sebagian besar orang akan menertawakan pimpinan bocah 8 tahun itu layaknya opera sabun. Namun tidak begitu untuk rakyat-rakyatnya, mulai dari kalangan atas maupun bawah. Semua menyeganinya dan turut memuja namanya dalam do'a.
Pasalnya, darah sang ibu yang merupakan keturunan dewi Gaia, dan darah ayahnya yang mewarisi berkah dewa Arkin, secara turun temurun kini mengalir sempurna ditubuhnya. Membuat Riki turut mewarisi berkat dewi kehidupan, Gaia, dan dewa keabadian, Arkin.
Tak hanya itu. Selama 3 tahun masa kepemimpinannya, Riki bersama pasukan kerajaannya sudah memenangkan 4 peperangan dengan para penjajah. Bukan hanya melindungi wilayahnya, tapi juga sekaligus melebarkan sayap kepemimpinannya.
Dan disinilah ia sekarang. Di hadapan jendela besar yang memperlihatkan sebagian wilayah yang tengah dipimpinnya. Bocah yang kini menginjak umur 11 tahun dengan title raja itu terdiam memikirkan sesuatu. Keningnya sesekali mengernyit diselingi hembusan nafas berat.
Sedang sang putri pertama yang tak lain adalah kakak kandungnya mengintip melalui celah pintu ruang pribadi raja yang tak tertutup rapat. Sering terlintas difikirannya, betapa kejam dan tak adilnya dunia pada sang adik.
Diumurnya yang harusnya sibuk bermain sampai lupa pulang, Riki justru dibebankan menjadi seorang raja karena kematian ke-2 orang tua mereka yang terlalu cepat.
Nasib sang putri pertama pun tidak jauh dari sang adik yang hanya berbeda 2 tahun darinya. Saat umurnya genap 10 tahun, ia sudah harus dinobatkan sebagai peramal suci kerajaan, menggantikan posisi ibunya.
'Kònon Nishi Moora, sang peramal agung Gaia yang suci', begitulah julukannya saat ini.
Tanpa ia sadari sang adik sudah berada di hadapannya dalam sekejap mata. Membuatnya terpekik kaget sebelum akhirnya menjambak surai ungu sang adik di depan para pengawal raja yang memang bertugas menjaga ruang ini.
"Ada perlu apa kau ke ruanganku?" Ujar Riki setelah sang kakak puas menjambak surainya tanpa ada niatan untuk membalas.
Riki, dia terlalu sayang pada kakak satu-satunya itu. Jadi apapun yang kakaknya lakukan padanya, ia hanya akan tersenyum sebagai balasan. Hal itu membuat kònon sedikit kesal. Karena ia pun ingin merasakan pertengkaran kecil layaknya kakak-adik pada umumnya.
"Tidak ada. Aku hanya ingin mengantarkan ini."
Kònon melangkah memasuki ruang kerja adiknya, membiarkan Riki yang menutup pintu. Sedangkan pelayan dan pengawal didepan yang sempat melihat interaksi kakak beradik pemimpin mereka itu hanya bisa menahan gemas dalam hati.
Kònon menaruh semangkuk Turkish delight di dipan jendela tempat Riki berdiri tadi. "Cih, apa enaknya sih memandang dunia dari jendela seperti ini. Padahal dunia lebih luas dan menarik jika kau keluar dan mengitarinya." Ia berdecih pelan, mengomentari hobi aneh adeknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anapneo | Enhypen
FantasyKisah tentang manusia transmigrasi, modifikasi, undead, sampai immortal. Bukan kah kisah mereka masing-masing sudah terlampau mainstream? Bagaimana jika kita mulai membuat mereka berada di satu tempat? Membuat mereka berbagi kisah yang berbeda. Aga...