《2999 & Moora》

125 26 13
                                    

Typo!

Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dia lah Riki Nishi Moora. Raja kerajaan Moora yang baru saja tewas di tangan kakaknya sendiri.




Kini Riki sedikit linglung dan bertanya apa benar proses transmigrasi jiwa memang semudah ini? Terlebih lagi ia tambah di buat bingung. Tubuh barunya kini terdapat luka, darah, dan rasa nyeri dimana-mana. Tentu luka seperti ini tidak ada apa-apanya dengan luka yang ia dapat dapat saat perang atau pun latihannya.

Yang menjadi pertanyaan besarnya adalah mengenai ramalan yang dilihat kònon. Jelas ia mendengar ramalan kakaknya itu mengenai dirinya yang tertawa dan bersenang-senang dengan 5 orang pemuda. Tapi apa yang ia lihat sekarang? Tampang remaja yang ingin dipuji seram? Dengan darah di bisbol, tongkat kayu maupun besi di genggaman mereka, dan bahkan di sepatu mereka?! Melihat hanya dirinya yang terluka, Riki cukup yakin itu darahnya... ralat! darah tubuh barunya.

"Hah.... ternyata di dimensi lain pun ada perang ya? Kufikir dimensi lain adalah dimensi yang damai, mendengar kalian tak mengenal sihir." Riki angkat bicara. Menebarkan aura kepemimpinan yang pekat melalui mata tajamnya.

Sebenarnya ia masih sedikit asing dengan rasio tinggi tubuh barunya saat berdiri. Tapi sebagai raja ia sudah terbiasa tidak menampakkan kelemahannya.

Para remaja tanggung di hadapannya ia anggap musuh perangnya. Dan membuat musuh gentar sebelum berperang adalah satu dari sekian keahliannya.

Saat ia baru saja bersiap mengeluarkan sedikit sihirnya, tiba-tiba seluruh ingatan dari tubuh barunya menyeruak masuk dalam fikiran jiwanya tanpa izin. Membuat sakit yang teramat sangat menyerang kepalanya sampai Riki lebih memilih mendapat beberapa sayatan dari naga peliharaannya di kerajaan. Ia yang bahkan bisa menahan sakitnya jantung yang dipaksa berhenti kini malah bersimpuh di hadapan musuh karena sakit kepala?

Mungkin jika kònon mendengar nya, ia akan mencukur habis surai ungu sasaran jambaknya itu.

Melihat Riki yang bersimpuh meraung kesakitan, membuat remaja-remaja tanggung itu kembali percaya diri. Mereka ingin kembali menyerang kalau saja suara berat khas pemuda yang hampir dewasa menginterupsi dari arah belakang.

"WOY!!" Kelompok remaja tersebut refleks menengok, berpaling dari Riki yang sepertinya makin kesakitan.

Mereka semua menegang melihat pemuda yang baru memanggil.

Tubuh atletis dengan beberapa otot ditempat tertentu dan rasio tinggi badan yang seperti 1:8 dari rata-rata tinggi mereka. Terlebih pemuda itu tak memakai sehelai kain pun untuk sekedar menutupi asetnya. Hanya terlihat beberapa aksersoris ditubuhnya, seperti kalung, arloji dan beberapa cincin hitam.

DIA PARK SUNGHOON SI MANUSIA 2999!

"HUAAAAAAAA!!! ORANG GILA!! PEDOFIL!" Serentak remaja-remaja tadi meneriakan hal yang sama sambil berlari sekencang yang mereka bisa.

Orang gila?! Manusia setampan dan sebening Park Sunghoon mereka sebut gila?! Yah... itu hal lain lagi jika melihat  penampakannya sekarang. Tapi tak bisakah mereka melihat proporsi wajahnya dulu sebelum melihat 'hal lain'?

"Eh? Orang gila?! Mana woy mana?!!" Sunghoon menatap heboh sekelilingnya. Bertemu orang gila adalah 1 dari sekian banyak wishlistnya saat berkunjung ke masa ini. Pasalnya, dalam sejarah yang dipelajarinya disebutkan bahwa orang gila adalah orang yang kehilangan akal sehatnya. Disana dinyatakan bahwa orang gila tidak merasakan sakit. Hal itu membuat Sunghoon sedikit terkecoh dengan anggapan bahwa orang gila memiliki sihir seperti dalam film favoritnya. Sunghoon bahkan berencana akan meminta tanda tangan dan berswafoto.

Anapneo | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang