《Terbiasa》

85 13 2
                                    


4 hari sudah Riki dan Sunghoon berada di dunia ini. Dunia yang mungkin tidak akan percaya jika mereka berdua berkoar tentang kehidupan mereka sebelumnya.

Dan tentang Sunghoon. Dia tidak bertanya apa dia dibolehkan tinggal bersama Riki. Riki pun juga tidak menawarkan yang lebih tua untuk tinggal bersama. Semua mengalir begitu saja. Tidak yakin jika mereka menyadari hal itu atau bagaimana. Biarlah.. takdir berjalan semestinya.

Nyatanya prediksi Sunghoon sedikit meleset. Prediksi tentang kedatangan om dari Ni-ki yang ia prediksi sekitar sepekan, justru hari ini terwujud.

Om dari Ni-ki yang lebih terlihat seperti remaja itu duduk bersilang kaki disamping Riki dan di depan Sunghoon dengan tatapan menyelidik.

"Ki.. Om gak inget ya ngasih kamu izin bawa sembarang orang ke apartemen ini." Ujarnya. Suara berat khas pria dewasa terdengar menggema di ruang tamu yang tidak begitu besar. Dia Kim Taehyung, satu-satunya saudara kandung dari ibunya Ni-ki.

"Ni-ki butuh temen. Lagian ini rumah Ni-ki, terserah Ni-ki mau bawa siapa kesini."

Riki menjawab dengan deep voice yang cukup menonjol untuk anak seumurannya.

Woah.... padahal Sunghoon ingin sekali bertos ria merayakan keberhasilannya mengajar bocar itu tentang segala hal di dunia ini. Lihat perkembangannya dalam 4 hari! Bahasanya saja sudah sudah benar-benar fasih. Memang title rajanya tidak hanya sebuah title. Kecepatan belajarnya bukan main-main.

Kalau perilaku sih mungkin sudah terbentuk dari sananya, tukang perintah. Lihat saja cara duduknya yang lebih mendominasi di samping om-nya sendiri. Walau Riki bilang bahwa Ni-ki memang anak yang seperti itu, tetap saja Sunghoon yang merasa tidak enak dan berfikir seberapa berandal bocah didepannya itu dulunya? Sunghoon memang stress, tapi dia punya tata krama yang disiplin!

"Ki... kamu tau jelas maksud om."

"Apa? Gengster sekolah? Ni-ki udah berenti om. Liat nih ganjarannya."

Riki menunjuk wajahnya yang penuh luka yang sudah mulai membaik karna perawatan Sunghoon.

"Kamu pernah nipu om sama papamu dangan luka yang kamu buat sendiri. Kamu pikir om bakal percaya sama tipuan yang sama?"

"Kali ini serius om. Riki gak bohong." Bukan Riki. Melainkan Sunghoon yang menjawabnya. Taehyung tertegun sebentar mendengar panggilan Ni-ki dari Sunghoon. Pasalnya yang memanggil Ni-ki dengan sebutan Riki hanya bundanya yang tak lain kakak kandung Taehyung sendiri.

"Saya tidak bicara dengan kamu." Sahut Taehyung. Sunghoon sedikit darting. Sedikit. "Lagipula apa yang menjamin kamu bukan bagian dari para berandal sok hebat itu kalo wajah kamu aja mencerminkan ketua para berandal."

"Kemaren dikata pedo, sekarang dikata wak geng.... sabar aing teh sabar." Sunghoon membatin.

"Ni-ki serius. Om bisa kirim mata-mata atau apapun itu untuk ngawasin Ni-ki. Berapapun jumlahnya Ni-ki gak peduli."

Taehyung menajamkan indra penglihatannya pada mata ponakan kesayangnya itu. Memastikan tidak ada lagi kebohongan disana. Sampai akhirnya dia menyerah dengan sendirinya setelah dirasa ia harus mempercayai Ni-ki untuk kali ini.

Jujur saja, ia tidak melihat adanya alarm bahaya dari Sunghoon untuk ponakannya. Justru ia senang jika ada yang menemani Ni-ki disini saat dirinya benar-benar sibuk. Hanya saja dia harus menjaga amanat orang tua Ni-ki untuk melindungi bocah 16 tahun ini.

"Oke oke.. om coba percaya lagi sama kamu kali ini." Taehyung segera mendekap tubuh ringkih Ni-ki, "Jangan kecewain om lagi ki. Om takut kehilangan untuk kesekian kalinya." Ujarnya lirih.

Anapneo | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang