Typo!
Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Disini 2 manusia beda dimensi itu sekarang. Duduk tenang bersisian di sofa depan tv 69inch. Setelah sedikit berisik sebelumnya karna Sunghoon yang kaget berteleportasi dengan sihir untuk pertama kali nya yang membuatnya mual dan langsung mengeluarkan muntahan berkali-kali di wastafel dapur. Serta Riki yang excited menunjukan wajah polos dan bertanya semua barang asing diruangan ini pada Sunghoon yang sudah lemas.
Suasana jadi lebih kondusif setelah Sunghoon kembali membentak Riki dengan sedikit tidak tau diri.
"Woy anjeng! Lo mau diem apa gua usir?!"
Begitulah kira-kira Sunghoon yang tidak tau diri.
"Jadi... gimana?" Sunghoon memulai.
"Aku Riki Nishi Moora..." Riki memulai kisah nya. Lengkap dari keadaan kerajaan yang ia pimpin, kematiannya yang bisa dibilang sedikit tragis, sampai akhirnya jiwa nya memilih tubuh sekarat milik anak kelas 1 SMA bernama Nishimura Riki yang biasa dipanggil Ni-ki. Tak lupa tentang mengapa ia di keroyok tadi.
Ia melihat wajah terkejut Sunghoon saat mendengar namanya yang hampir mirip, persis seperti dirinya saat pertama mengetahui nama tubuh barunya. Serupa tapi tak sama, mungkin? Namun ia sendiri memilih abai. Mungkin saja itu hanya kebetulan semata.
"Terus.. Ni-ki itu siapa?"
"Ni-ki, dia anak tunggal CEO perusahaan intel yang cukup terkenal dibidangnya. Ibunya sudah lama tiada, sedangkan ayahnya baru meninggal dunia kemarin dirumah ini."
Sunghoon sedikit merinding mendengar pemilik rumah yang ia tempati sekarang ini baru saja tiada.
"Dalam ingatannya, perusahaan ayahnya jatuh atas nama Ni-ki. Dan dia akan dibimbing oleh seseorang yang di sebut.... Om?" Suara Riki sedikit mengecil di akhir kalimat. Sebelum melanjutkan, "boleh aku bertanya? Apa yang Ni-ki sebut 'Om' itu?"
Sunghoon heran. "Lo beneran gak tau?" Gelengan pelan kepala Riki menandakan bahwa dia sungguh-sungguh. "Hmm.... om itu... uncle.. oh! Paman! Iya paman! Saudara dari orang tua lo atau kerabat dekat keluarga lo. Paham?"
Riki mengangguk. Dikerajaannya, ia memanggil para prajurit yang di umur seperti ayahnya dengan sebutan paman. Kurang lebih itu hal yang sama kan?
"Berarti itu artinya om lo bakal dateng kesini. Entah kapan." Sunghoon berspekulasi.
"Hmm.. sepertinya kau benar."
"Aduhh Riki! Itu artinya lo harus ganti! Semuanya! Pake kelakuan Ni-ki yang ada di ingatan lo. Ni-ki di ingatan lo cara ngomongnya sama gak kayak gua?" Niki kembali mengangguk, "itu berarti lo juga harus belajar bahasa kayak gua, gaul! Orang-orang sekitar lo bakal curiga kalo lo jadul gini."
"Itu sulit. Aku sudah mencoba."
"Hah... gua ngerti sih. Kalo gua disuruh pake bahasa lo juga pasti bakal ribet juga. Menurut prediksi gua nih ya, om lo mungkin bakal ngebiarin lo sendiri sementara waktu untuk nenangin diri. Mungkin sekitar sepekan? Setelahnya dia pasti jengukin lo sambil bahas tentang keadaan perusahaan. Jadi lo punya waktu sekitar 5 hari full untuk belajar segala sesuatu tentang dunia ini." Sunghoon menyudahi pendapatnya setelah merasa haus dan lapar mendera.
Kepalanya celingukan mencari apapun yang bisa diminumnya. Melihat eksistensi kulkas 2 pintu membuat nya spontan menuju kesana tanpa izin sang pemilik.
"Kau mau kemana?"
"Laper. Mau ngisi perut. Ikut gak?"
Niki menjawab Sunghoon dengan ikut melangkah ke pantry samping dapur dan duduk tegap di kursi yang tersedia. Dengan Sunghoon yang membuka kulkas lebar-lebar. Memastikan tidak ada yang terlewat di indra penglihatannya. Ia sampai bolak-balik menata apa yang diambilnya dari dapur ke meja pantry.