Happy reading!!!
Typo !!!
°°°°°°°Sunghoon terlihat sangat serius dan hati-hati dengan tangannya yang sibuk membongkar kalung logam yang tak lain adalah mesin waktu milik Euijoo. Ia ingin membenarkan apa yang salah dengan mesin waktu ini. Hipotesisnya adalah mesin waktu ini tidak menerima apapun yang sejenis kain untuk melewatinya. Dan ia sangat amat yakin hipotesis yang ia buat ini benar, terlihat dari saat sampainya dia di tahun ini, dimana hanya ada perhiasan logam yang ikut terbawa seperti cincin, kalung lain selain mesin waktu ini, serta hiasan yang terbuat dari tembaga dan sejenisnya yang ada pada sepatu bootsnya.
Hahhh... jika kembali mengingat hari itu, ingin rasa Sunghoon memakai kostum Ironman pajangan kamarnya saja hari itu.
Merasa pegal dengan leher yang terus menunduk, Sunghoon menyudahi kegiatannya sebentar. Di meja terlihat beberapa perintilan logam, hasil mesin waktu yang ia obrak-abrik. Rencananya ia akan menyusun ulang rangkaian mesin waktu itu agar sempurna. Dalam hati ia sumpah serapah Euijoo yang sering kali membanggakan otaknya itu. Jika ia kembali nanti, ia bersumpah akan membawa manusia ambis itu ke bulan dan menguburkannya. Bukan Sunghoon ingin segera kembali ke masanya, ia masih ingin berlama-lama di masa ini. Hanya saja terasa tidak benar jika ia memilih menetap disini sedangkan ia masih punya keluarga yang mungkin sudah kalang kabut membuat alat untuk menemukannya disini.
Memang sulit untuk mendapat alat dan bahan yang ia perlukan dalam merakit ulang mesin waktu. Tapi disini 'kan ia tinggal bersama seekor bocah yang kebetulan memiliki sihir tingkat tinggi. Jadi ia hanya tinggal menggambarkan detail alat bahan yang ia perlukan sebelum meminta Ni-ki merealisasikan gambarannya itu.
Ujung matanya kini melirik ke sebelah kanannya dimana ada seonggok daging yang sibuk mengunyah strawberry yang baru keluar dari microwave itu. Entahlah, sudah tiga hari ini Ni-ki suka berada di dapur untuk bereksperimen alat-alat dapur yang menurutnya keren. Sunghoon tentu tidak bisa melarangnya, jadi yang ia lakukan hanya mengawasi jika Ni-ki memakai alat-alat dapur yang berbahaya seperti kompor ataupun pisau. Persis seperti ibu yang mengawasi anaknya yang baru belajar memasak. Sunghoon tidak akan lupa usia asli si bongsor itu.
Tidak... Sunghoon bukannya takut anak itu terluka. Ia hanya tidak mau mati terpanggang karena kompor yang lupa dimatikan.
"Mau?" Tawar Ni-ki menjulurkan garpu yang ujungnya ada sebiji strawberry yang terlihat berair. Sunghoon menolak dengan wajah yang tak dapat Ni-ki artikan. Tak ambil pusing, Ni-ki pun menaruh mangkuk strawberry lembek itu di tangan kosong Sunghoon.
"Sunghoon, gue laper."
Sunghoon yang masih ngebug kenapa ada mangkok ditangannya pun segera tersadar dan menatap sinis Ni-ki walau salah satu tangannya tetap membuka aplikasi delivery. Ia malas masak malam ini, jadi ia memilih layanan pesan antar saja.
Di sebelahnya sudah ada Ni-ki yang entah sejak kapan ia mengambil dan memakan ice cream coklat dengan khidmat. Sunghoon geleng-geleng saja melihat kelakuan Ni-ki yang selalu belepotan saat makan ice cream tanpa ada niat membersihkan sekitaran mulut anak itu. Ia lebih memilih menggeser meja tempatnya merakit mesin waktu ke ujung ruangan dan menutupnya dengan tudung kaca transparan yang lalu ia tempelkan kertas bertuliskan "SENGGOL BACOK" dengan tanda tangan beralaskan 5 buat matrai di pojok kertas.
Hampir setengah jam makanan delivery mereka baru sampai. Sunghoon yang sedang ada panggilan alam itu berteriak meminta Ni-ki membukakan pintu. Tak lama bel kembali terdengar menandakan anak itu gak bergerak.
"RIKI ANJ ITU BUKA DULU PINTUNYA BANGSAT, GUE MASIH MULES INIII!!!!" Geram Sunghoon.
Dengan raut tak suka Ni-ki terpaksa membuka pintu hingga tampak 2 remaja tanggung yang salah satunya memakai seragam kurir.
"Eh?" Bukan Ni-ki, itu suara kurir. Mata kucingnya beberapa kali ia kedipkan sebelum akhirnya menghela nafas lega. Ni-ki tak hiraukan itu, ia justru menatap intens satu remaja yang lain.
"Dia ini pedofilnya, Won?" Bisik yang di tatap Ni-ki, ia risih. Jungwon si kurir menyenggol pelan lengan temannya itu tanda agar diam.
Ada alasan mengapa ia telat mengantarkan pesanan ini dan itu karena dia ingat bahwa alamat yang ia cari adalah alamat saat ia bertemu Heeseung, Jay, dan Jake. Ia ingat sekali saat Jake bilang kalau orang yang ia kirimkan paket itu adalah pedofil. Jadi ia menjemput Sunoo dulu ke panti untuk menemaninya kesini. Ditambah mereka sempat di ganggu preman depan gang.
Dan untung saja begitu sampai tujuan, bukan si mesum yang dibilang Jake yang menyambutnya. Melainkan bocah yang ia kira seumurannya yang sedari awal tidak berhenti menatap intens Sunoo. Sunoo yang di tatap begitu jelas balik menatap Ni-ki dengan tampangnya yang kata Jungwon kayak ngajak gelud.
Lama memperhatikan 2 daging hidup itu membuat Jungwon lupa apa tujuannya kemari jika saja tidak ada pemuda lain yang muncul di belakang Ni-ki.
Astagaaa... Menyesal Jungwon tidak segera memberi pesanannya dan malah berakhir bertemu dengan si pedofil."P.. Pesanan nama Park Sunghoon?" Jungwon agak gugup menyebut nama itu. Sungguh saat ini ia tremor.
Sunghoon tadinya sudah ingin komplain ke costumer service restorannya karena lamanya pengiriman, namun ia urungkan ketika melihat siapa kurir pengantar makanannya.
"Lo kalo gak salah kawannya Jake, Jay sama bang Heeseung 'kan ya?" Ujar Sunghoon membuat Jungwon misuh-misuh sendiri dalam hati. 'Kenapa inget sih anj' fikirnya.
"I..iya kak. Sebelumnya maaf karena keterlambatan pengiriman, tadi ka..."
Ucapan Jungwon terputus saat Ni-ki menyodorkan sebungkus salep padanya.
"Hah??"
"Kata Sunghoon kalo luka gak cepet di obatin bisa infeksi." Jawab Ni-ki. Jungwon jadi paham kenapa Ni-ki memperhatikan Sunoo seintens itu. Rupanya karena sedikit luka di pelipis dan jari-jari Sunoo. Tadi memang Sunoo sempat menghajar preman depan gang karena sudah memanggilmya adik manis.
Tidak tahu saja, ditatap Ni-ki seperti itu membuat Sunoo hampir jantungan karena mengira bahwa Ni-ki tahu rahasianya.
"ASTAGAAAAA INI KENAPA!" Sunghoon pun heboh sendiri dan segera menarik Sunoo kedalam bermaksud untuk mengobati anak itu. Jungwon yang liat temannya ditarik-tarik seperti itu kembali teringat satu kata.
PEDOFIL!!!
Segera ia pun masuk tanpa melepas alas kaki seperti Sunoo. Ia tak mau temannya itu kenapa-kenapa. Namun, saat sudah di dalam, Jungwon melihat Sunoo duduk di sofa sedangkan Sunghoon sibuk mengobrak-abrik kotak P3K.
"Sunghoon." Panggil Ni-ki sembari kembali menyodorkan salep yang masih digenggamnya. Sunghoon pun menoleh.
"Ngapain lo colong sih Riki goblok!" Segera ia merampas salep itu dan mulai mengobati Sunoo seperti saat ia mengobati Ni-ki dulu.
Ni-ki dongkol. Dan ekspresi julid Jungwon cukup mewakilinya. Ia segera mengambil alih bungkusan makanan pesanannya dari Jungwon dan meletakkannya di meja pantry, lalu kembali ke ruang tengah dengan membawa obat lain.
Jungwon kembali bingung ketika disodorkan bungkusan obat. Maksud gue itu ngomong anjing! Jangan cuman sodorin ini itu tapi gak ngomong buat apa! Dikira gue dukun yang bisa baca pikiran lo?!! - inner Jungwon.
Ni-ki yang mendengarnya pun hanya menarik lengan kiri Jungwon dan menggulung lengan bajunya hingga tampak luka lebam warna ungu gelap yang cukup lebar tercetak jelas di bawah sikunya. Kemudian Ni-ki membuka bungkus obat berupa plester dan langsung menempelkannya di lengan Jungwon.
Ahhh... Jadi anak ini tipe yang memperhatikan diam-diam? Jungwon berdeham menyingkirkan rasa gemas pada Ni-ki. Sedangkan fikiran Ni-ki teringat pada saat para tabib kerajaannya sibuk mengobatinya sepulang dari peperangan. Waktu nostalgia Ni-ki tidak berlangsung lama ketika Sunghoon memanggilnya.
"Ki... Itu plester demam."
Ni-ki pun mengerjap, lalu matanya menggulir dari Sunghoon, lalu lengan Jungwon dan terakhir Jungwon yang berusaha keras menahan tawanya. Tanpa banyak kata Ni-ki berlalu ke pantry mengambil bagian makanannya dan membawanya masuk ke kamar lalu terdengar suara pintu di kunci.
Ni-ki merajuk.
*******
Voment gak mahal yeorobun🧡