Bonus Chapter III

1.2K 151 2
                                    

Warning!
Typo bertebaran, mengandung kata kasar dan konten dewasa. Bijaklah saat membaca, cerita ini hanya fiksi belaka dan tidak mungkin terjadi dikehidupan nyata.
Selamat membaca.
.
.

[First Problem]
























































Jaemin merasa sangat pening, ia masih menutup matanya rapat. Mencoba mengatur kesadarannya yang sempat menghilang, Jaemin bisa mendengar dengan samar percakapan beberapa orang. Jaemin juga bisa merasakan bahwa ia kini tengah meringkuk di atas ranjang, ia juga merasakan tangannya diikat dengan sangat erat di belakang punggungnya.

Jaemin meringis saat perlahan-lahan membuka matanya, ia bisa melihat isi yang ada di ruangan itu. Sepertinya ia di dalam sebuah kamar, dengan ornamen merah keremang-remangan karena lampu utama yang di matikan, menyisahkan cahaya temaram dari lampu tidur di samping ranjangnya.

Terlihat empat pria berbadan kekar di depan, dan berdiri membelakanginya. Sepertinya mereka tengah mengatur sesuatu di depan sana, empat pria itu tidak mengenakan atasan dan hanya mengenakan celana jeans selutut. Jaemin kembali menutup matanya, ketika salah satu pria berbalik badan dan menatap ke arahnya.

"Cantik juga ya, padahal cowok."

Jaemin mendengar dengan jelas perkataan pria itu, dan kata-kata itu berhasil membuat jantung Jaemin berdetak sangat cepat.

"Biasa anak orang kaya, terawat."

Jawab pria lainnya. Jaemin ingat, tadi saat ia hendak pulang karena seseorang yang menyewa klub Ridin membatalkan sewanya. Jadi Jungwoo, sang pemilik klub memberi libur untuk semua karyawannya. Pada saat itu Jaemin mendapatkan pesan dari nomor yang tidak di kenal, mengatakan bahawa mereka tengah menyiksa Jeno dan Jaemin di arahkan ke salah satu gedung tidak terpakai.

Jaemin panik, ia takut terjadi sesuatu kepada Jeno. Alhasil dirinya pergi begitu saja ke tempat yang sudah diberitahu padanya, tanpa menghubungi Jeno terlebih dahulu. Saat sampai di sana, Jaemin tidak mendapati Jeno dimanapun, ia semakin panik. Ketika itulah Jaemin merasa tubuhnya di pegang dengan sangat kuat, lalu sebuah sapu tangan membekap hidung serta mulutnya. Hingga kesadaran Jaemin melenyap.

"Tangannya dilepas, atau dibiarin keikat kayak gini?"
Suara itu melenyapkan lamunan Jaemin, saat ia tengah mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi padanya.

"Lepas aja, kata bos biar kelihatan tu anak nikmatinnya dalam keadaan sadar. Ya, walaupun dia lagi enggak sadar gitu."

Setelah suara itu terdengar, Jaemin bisa merasakan ranjang yang bergerak, menandakan ada seseorang yang menaikinya. Kemudian, dengan pergerakan hati-hati seseorang membuka tali yang mengikat tangan Jaemin.

Jantung Jaemin kembali berdetak sangat cepat, ia gugup dan takut. Tapi ia harus bisa melawan ketakutannya, setelah merasa tali pengikatnya sudah terlepas, dengan pergerakan cepat Jaemin membuka matanya dan dengan kuat menendang orang yang tadi membukakan ikatannya hingga orang itu terpental ke belakang.

"AGHH..."

Orang itu menggeram tertahan, sambil memegang dadanya yang terasa nyeri karena tendangan Jaemin. Ketiga pria lainnya sontak berbalik badan, terkejut saat melihat Jaemin yang sudah berdiri di samping ranjang.

"BRENGSEK..."

Salah satu pria itu berlari cepat ke arah Jaemin, mencoba memegang Jaemin. Namun saat ia sudah berada di depan Jaemin, pemuda cantik itu langsung saja mengangkat kakinya dan menendang dengan kekuatan penuh tepat di wajah pria itu. Pria itu terjatuh dan Jaemin menginjak perutnya dengan sangat kuat, hingga orang itu tidak lagi sadarkan diri.

Just MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang