3

989 138 10
                                    

Brak!

" Jisoo! " Teriak Irene di pagi hari sebelum sarapan untuk berangkat sekolah.

" Jisoo! "

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu di kamar Jisoo yang dibuat oleh Irene dengan sekencang mungkin.

Ceklek!

" Ada apa? " Jawab Jisoo santai.

" Ada apa katamu?! Lo yang make black card gue kan?! Gue liat notifikasi di ponsel gue! " Ucap Irene dengan sinisnya.

" Kalo iya emang kenapa? "

" Ih! Lo mikir dong. Uang segitu banyaknya lo buat apa? "

" Buat beli ni sepatu! " Jawab Jisoo dengan menunjukkan sepatu yang dibawa.

" Lo gila?! Uang segitu banyaknya buat beli kaya gitu doang? "

" Eh! Baju gue kemarin kena muntahan lo ya anjir! "

" Kalo baju yang kena, ngapain beli sepatu juga?! " Ketus Irene lagi.

" Nggak seberapa itu. Yaudah gue mau turun dulu mau sarapan. Bye! " Ucap Jisoo melenggang pergi.

Irene yang kesal pun mengambil sendalnya dan melemparnya pas dikepala Jisoo.

" Rasain lo! "

" Ih! Ngeselin. "

***

Di dalam mobil suasana sepi, karena mereka tidak bicara setelah perdebatan tadi pagi. Hal itu langsung di curigai oleh Seokjin, kakak mereka.

" Kalian marahan? " Tanya Seokjin lembut.

" Nggak. " Jawab mereka berdua kompak.

" Terus kok diem aja? "

" Emang nggak boleh? " Tanya balik Irene.

" Bukannya gitu, biasanya kan kalian request lagu nih terus nyanyi bareng. Terus ini pada diem aja. "

" Ya biarin. " Jawab Jisoo.

Setelah mendapat jawaban itu, Seokjin memilih bungkam dan lanjut fokus ke jalan agar mereka selamat sampai sekolah Irene dan Jisoo.

" Udah sampai. " Ucap Seokjin yang membuat Irene keluar terlebih dahulu.

" Heh! Kiss nya mana? " Tanya Seokjin sedikit teriak.

Irene pun balik ke mobil untuk mencium pipi Seokjin lalu di lanjut Jisoo yang mencium nya.

Brak!

Brak!

Kedua pintu ditutup cukup keras. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Irene dan Jisoo. Hal itupun membuat Seokjin terkejut sampai memegangi dadanya.

" Aduh, Lucy. Sabar ya. Nanti kalo rusak kita ke bengkel. " Ucap Seokjin pada mobilnya serta mengelus-elus kemudinya.

****

Walaupun mereka bertengkar, mereka masih berjalan beriringan untuk memasuki kelas. Jangan lupakan mereka masih satu bangku untuk duduk bersama. Wajah mereka memang serupa, tapi kepribadian mereka berbeda.

PulchritudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang