GD; 9

399 107 14
                                    

HALOO HAII!!

Tinggal dua hari lagi nih tahun baru dan sebentar lagi Precious juga mau tamat ☺️

Kuy lah!
Komen gemoynya sama bintang biar makin seruu 😉

Putar lagunya juga biar makin uwu

SELAMAT MEMBACA!
ENJOY!

GD; 9

He's always there even at my worst
****

Tak!

Dompet milik Gery terjatuh di bawah meja kerja cowok itu. Diandra pun berniat mengambilnya karena Gery yang tampak sibuk dengan beberapa berkas yang harus dibawanya ke Jerman.

Namun, tanpa Diandra ketahui saat ia menunduk tangan Gery memegang ujung mejanya untuk berjaga agar dahi atau kepala Diandra tidak mengenai ujung meja tersebut meskipun mata dan tangannya yang lain sibuk dengan berkas-berkas rumah sakit yang ada di mejanya.

Hari ini Diandra datang ke rumah Gery untuk membantu cowok itu menyiapkan barang-barangnya yang akan di bawa ke Jerman besok.

Tadi, saat Diandra baru datang bersama Gery ternyata rumah cowok itu sedang kedatangan salah satu sepupunya bernama Baim atau Tabrahim Gading yang sudah lama tinggal di Amsterdam untuk mengerjakan beberapa proyek karena profesinya sebagai Arsitek.

Kedatangan Gery dan Diandra pun disambut dengan hangat bahkan semakin heboh ketika Gery menyeletuk,

"WELCOME TO HEBOH FAMILY!" Dengan merentangkan tangannya ke arah Diandra sebelum pacarnya itu berpelukkan dengan sepupunya yang memiliki sifat dua belas dengan Gery.

Drrt...drrt...drrtt...

Ponsel Diandra berbunyi yang menandakan ada panggilan masuk dari seseorang.

Gery melihat nama yang tertera bertuliskan 'Depkolektor' membuat keningnya berkerut dan sudah siap meraih ponsel milik Diandra tapi lebih dulu diambil oleh wanitanya itu dan langsung mematikannya seakan bukanlah hal yang penting.

"Sayang," panggil Gery yang seketika menghentikan kegiatannya.

"Iya?" balas Diandra masih memasukkan pakaian milik Gery ke dalam koper.

Benar. Ruang kerja Gery di rumah menyatu dengan kamarnya tapi walaupun begitu Gery jarang tidur di kasurnya atau lebih sering tidur di meja kerjanya membuat Diandra atau Mamanya tidak berhenti mengomeli cowok itu karena nanti bisa membuat leher Gery sakit.

"Lihat aku," ujar Gery membuat Diandra pun berhenti melipat sweater cowok itu. Diandra mengembuskan napas beratnya pelan sebelum menoleh pada Gery dengan sedikit mendongak karena cowok itu yang duduk di kursi kerjanya.

Belum sempat Gery kembali berucap Diandra sudah lebih dulu mengeluarkan suaranya. "Kalau pada akhirnya nanti kita nggak bisa bersama, aku minta maaf."

Gery yang tak mengerti dengan omongan Diandra pun beranjak dari kursinya untuk menghampiri Diandra yang menundukkan kepalanya tidak seperti Diandra yang ia kenal.

Gery meraih bahu Diandra dan menatap kedua mata indah yang selalu membuatnya tenang itu.

"Hey... kamu yang selalu yakin sama hubungan kita tapi kenapa sekarang kamu bilang gitu? Aku ada salah sama kamu atau aku ada kurang apa?" Gery bertanya dengan suaranya yang lembut membuat kedua mata Diandra berkaca-kaca tapi ia alihkan dengan tak membalas tatapan Gery.

"Kamu nggak salah. Aku yang takut bikin kamu kecewa nantinya." Diandra mengusap rahang Gery dengan tangannya yang lembut. "Kamu udah lebih dari cukup buat aku, Ger."

"Telpon depkolektor tadi. Aku tunda penerbangan, aku selesaiin masalah ini sampai selesai supaya kamu nggak ragu lagi dan mikir kayak gitu," ujar Gery bersiap beranjak untuk menghubungi seseorang tapi ditahan oleh Diandra.

"Dia bukan depkolektor tapi cowok yang dijodohin Papa buat aku yang tertulis di surat wasiat."

Deg!

Gery membeku di tempatnya menatap Diandra tanpa berkedip untuk beberapa saat. Ia tak mampu berkata melainkan hanya menatap Diandra yang sudah mengeluarkan air mata yang sedari tadi ditahannya.

"Makasih, Ger, kamu udah jadi yang terbaik buat aku, selalu bantuin aku dan keluarga aku selama ini, maaf kalau aku sering repotin kamu dan keluarga kamu. Makasih udah selalu percaya sama aku." Kata demi kata yang keluar dari mulut Diandra membuat hati Gery terasa teriris secara perlahan.

Gery menggenggam erat tangan Diandra seperti tak ingin dilepaskan. "Aku perjuangin kamu, Di. Sepuluh tahun yang udah kita lalui bersama kalau nyatanya masih kurang untuk Mama kamu aku nggak akan nyerah. Kalau perlu aku jual perusahaan aku buat bangun perusahaan keluarga kamu biar lebih sukses dari sekarang, aku nggak masalah. Semua itu nggak ada apa-apanya kalau aku nggak sama kamu," ujar Gery yang terlihat jelas di matanya ia tidak bisa kehilangan sosok Diandra yang sudah mengisi hidupnya sepuluh tahun ini.

Menemani jatuh bangun Gery dan selalu ada untuk cowok itu apa pun kondisinya.

Diandra menggelengkan kepalanya dengan mengusap rahang, pipi, dan terakhir rambut tebal Gery dengan air mata yang semakin menetes seperti tak ingin berhenti. Untuk kali pertama Diandra menangis seperti ini dengan kehancuran yang dimilikinya.

"Kamu udah terlalu banyak korbanin semua yang kamu punya buat aku dan keluarga aku. Kamu harus tetap berangkat ke Jerman besok, Ger. Biar aku yang selesaiin semua ini sendiri, kamu percaya aku bisa, kan?" tutur Diandra kepada Gery karena cowok itu lah satu-satunya yang membuat Diandra yakin akan kemampuannya tanpa merasa takut untuk diragukan.

Diandra mengecup pipi Gery sebelum menempelkan dahinya pada pipi cowok itu yang selalu menjaganya. Memastikan bahwa tidak ada satu pun yang boleh melukai Diandranya karena Diandra adalah milik Gery.

Mawar indah milik Gery yang tak boleh satu pun melukai atau menyakitinya sekalipun Diandra bisa mengatasinya seperti halnya duri yang ada pada tangkai bunga mawar.

Inikah pelukkan menyakitkan? Gery tak menyangka ini akan terjadi pada mereka berdua.

Sungguh demi apa pun Gery tidak sanggup bila harus melepaskan Diandra untuk pria lain.
Melihat wanita yang dijaganya harus bahagia dengan orang lain dan senyum cerah Diandra yang menjadi alasannya semangat di pagi hari bukan untuknya lagi tidak sanggup Gery bayangkan.

Namun, semua ini memperlihatkan kepada semuanya bahwa ternyata hubungan seseorang yang terlihat harmonis dan bahagia justru nyatanya dapat memberi luka yang begitu dalam tanpa orang lain ketahui.

"Biarlah orang lain hanya melihat sebagian kecil kebahagiaan dari hubungan kita, sisanya cukup kita saja yang tahu..."

Itulah yang pernah Gery ucapkan kepada Diandra di atas motor vespa matik berwarna kuning kesayangannya dan juga seragam putih abu-abu yang masih melekat pada tubuh mereka di penghujung senja yang nampak indah di Kota Jakarta.

****

Gimana bagian ini?

Coba deh apa yang mau kalian ucapin sebelum tahun 2021 ini berakhir? ☺️

Terima kasih sudah membaca selamat menunggu kelanjutan ceritanyaa 🙌🏻

SALAM HANGAT
IBU KEPALA SUKU PASCAL
sekar_pipit
pascal.official

PRECIOUS #pascalwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang