Chapter 2

1.9K 174 5
                                    

Sori banget kalau setting ceritanya terkesan lebay. Ku biasanya bikin cerita yang sedikit merakyat. Ketimbang kaya raya aku biasanya lebih suka bikin tokohnya berkecukupan, tokohnya emang kaya tapi tidak ter ter. Trus juga nggak populer-populer amat tapi punya banyak temen and di keluarga pun dia tidak terlalu dimanjalita. Tapi di cerita ini aku pengen buat yang beda aja gitu, semoga suka:)

·–·–·HAPPY SANTAP·–·–·

"Astaga... astaga, kok bisa gini?" Sudah terhitung 10 menit Meteor bolak balik melihat dirinya di cermin toilet. Sulit dipercaya, setiap ia melihat ke cermin, yang terpantul bukanlah bayangannya, melainkan bayangan seorang perempuan dengan rambut sepunggung. Suaranya juga berubah, tak lagi berat seperti biasanya.

"Hah... Viola, kamu kenapa sih?" Aurora yang melihat tingkah konyol sahabatnya sedari tadi menghela nafas lelah.

"Hah, diam dulu," pinta Meteor kalut. Setiap kali Aurora memanggilnya dengan nama Viola, kepalanya serasa ingin pecah.

Meteor kembali bercermin, berharap pantulan yang ia lihat kali ini adalah wajahnya sendiri, namun nihil, yang terlihat tetap saja wajah seorang perempuan.

Meteor benci untuk mengakui ini, tapi dirinya benar-benar terjebak di tubuh seorang gadis bernama Viola, dan untuk semua situasi ini....

"Ugh, tunggu dulu, sekarang tahun berapa?" Meteor menatap Aurora yang berdiri di ambang pintu toilet, ia merasa aneh dengan suasana yang ia rasakan.

"Huh? Ya tahun dua ribu tujuh bel...." Aurora mengentikan ucapannya, sekarang ia malah menatap horor ke arah gadis di hadapannya itu. "V-viola? Kamu amnesia?! Astaga Viola!" Aurora tampak panik sendiri, ia meraih kepala Meteor dan mengguncang-guncang kepalanya, berharap ingatan sahabatnya itu dapat kembali.

Jika Aurora panik karena mengira Viola amnesia, Meteor justru panik karena mendengar jawaban dari Aurora tadi. "2017? Bukan 2021?!"

"Kamu ngomong apa? Persetan sama tahun! Ikut aku ke rumah sakit, cepat!"

Aurora menarik Meteor berlari menuju parkiran mobil kampus. Tak memedulikan sama sekali Meteor yang tampak kesusahan memegang kedua dadanya.

"Ugh, dadaku ... sangat berat, mereka terguncang. Ternyata menjadi perempuan itu susah!"

°°°°°°°

"Sejauh ini, tidak ada masalah saraf yang terdeteksi. Mungkin saudari Viola hanya mengalami kelelahan, untuk kedepannya jangan terlalu sering bergadang dan perbanyak minum air putih. Saya sudah menuliskan beberapa vitamin yang perlu di minum, silahkan ambil di apotek ya." Seorang dokter lelaki yang tampak sudah cukup berumur menyodorkan resep dokter yang langsung diambil dengan cepat oleh Aurora.

"Beneran nggak ada apa-apa, Dok? Dia enggak ingat apa-apa loh, Dok. Tahun berapa sekarang aja dia lupa," ujar Aurora dengan wajah dramastisirnya.

"Dari pemeriksaan tadi  tidak terdeteksi. Tapi kalau ingin pemeriksaan lebih lanjut, saya bisa bikin surat rujukan ke RS induk."

"Iya, Dok. Tolong buat surat rujukannya ya, emergency ini."

Meteor hanya bisa menutupi wajahnya dengan lengan melihat tingkah Aurora yang sangat berlebihan. Ingin sekali ia berteriak langsung di depan wajah Aurora jika ia ini adalah Meteor yang terjebak di tubuh Viola, itulah sebabnya ia tak tahu apa-apa. Tapi jika ia benar-benar berteriak seperti itu, yang ada ia akan langsung dilarikan Aurora ke rumah sakit jiwa.

METEROVIO  [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang