♡HAPPY SANTAP♡
"Ches, Ches, Archeees."
Mata Meteor masih begitu berat kala suara yang terdengar tak asing menyapa gendang telinganya. Sedikit aneh, karena semenjak ia menjalin hubungan dengan Ares, ia memutuskan mengganti nama panggilannya dengan Meteor. Biar Ares saja yang memanggilnya dengan nama tersebut karena menurutnya itu serasi. Ares dan Arches.
Meteor Ingin membuka mata, tapi tubuhnya tak dapat diajak kompromi, raganya seperti baru saja diajak melayang-layang.
"Arches... jadi belanja nggak hari ini?" Suara tersebut tampak mulai jengkel kala Meteor tak kunjung bangun.
"Meteooor!"
"Huh!" Meteor terlonjak kaget, langsung terduduk seketika saat suara berat nan dipaksakan cempreng menusuk tepat di gendang telinganya.
"Kenapa? Ngapain?" Meteor bertanya dengan linglung. Tangannya sedari tadi sibuk mengucek-ngucek mata guna memfokuskan pandangan.
"Jadi belanja? Tadi malam katanya mau ditemenin," ujar pria itu lagi dengan nada yang sudah mulai melembut.
"Paan?" Meteor menggaruk kepalanya, nyawanya masih tercecer untuk sekedar menelaah keadaan sekitar.
"Lah, kok malah nanya." Orang yang sedari tadi mengganggu ketentraman Meteor tampak kembali jengkel. Ia melenggang pergi entah kemana, tak lagi mempedulikan Meteor yang tengah berusaha mengembalikan akalnya.
"Huumm." Meteor mencoba menegakkan tubuhnya, dengan kesadaran yang mulai didapat, ia menatap ke sekeliling dengan bingung.
Tangannya terangkat untuk kembali mengucek-ngucek mata.
"Ehh?!" Meteor terlonjak kaget. Matanya menatap horor keadaan sekitar. Tak mempedulikan riwayat darah rendah yang ia punya, Meteor langsung berdiri menghadap cermin yang tergantung di dinding kamar.
"Cowok? Beneran jadi cowok lagi nih?!" Meteor memutar-mutar tubuh saking tak percayanya. Jiwa Meteor kembali ke raga aslinya!
"Tapi kenapa? Apa aku benar-benar bisa melupakan Ares?" Meteor mengetuk-ngetuk dagunya dengan ekspresi bingung, jika dibilang ia sudah dapat melupakan Ares, mungkin tidak juga, hatinya sampai saat ini masih bimbang.
Pintu kembali terbuka di saat Meteor masih sibuk dengan pemikirannya. Dari balik pintu, terpampanglah Ares dengan alis menukik kesal karena Meteor tak kunjung bersiap-siap.
"Bisa cepet nggak? Katanya mau sekalian nyari kado buat sweet seventeen nya Melky," ujar Ares berkacak pinggang.
Meteor sedikit terlonjak, ia menanggapi ucapan Ares singkat seraya berlalu ke kamar mandi. Sudah terlanjur nyaman dengan kehidupannya di tubuh Viola membuat Meteor kikuk sendiri dengan keadaan sekarang.
"Eh, tapi tadi Ares bilang apa? sweet seventeen Melky? Berarti sekarang hubungan aku sama Ares baru jalan 2 tahun dong, itu artinya jiwa aku belum bener-bener ke masa depan," gumam Meteor ke dirinya sendiri.
"Arches! Jangan bertapa di kamar mandi!"
°°°°°°
"Sayang, nanti makan di situ aja yok," ajak Ares dengan nada yang begitu lembut, bertolakbelakang dengan dirinya pagi tadi yang begitu cerewet.
KAMU SEDANG MEMBACA
METEROVIO [TAMAT]✓
Fantasy[FANTASY STORY] 15+ Meteor Arcches, pria 25 tahun yang berprofesi sebagai bartender di salah satu club malam ternama. Pengalaman masa kuliahnya yang pernah ditolak mentah-mentah oleh perempuan yang ia sukai membuat Meteor menutup hati untuk semua pe...