Chapter 3

1.5K 135 2
                                    

Bosan sama cerita transmigrasi? Kalian bisa klik profil aku dan baca karya aku yg lain. Aku rekomendasiin baca cerita 'Living with Brothers'

·–·–·HAPPY SANTAP·–·–·

"Hah...." Meteor menghela nafasnya lelah, ia saat ini tengah berbaring menatap langit-langit kamar yang berwarna pink abstrak.

Dingin, hanya itu yang bisa ia rasakan. Tentu saja, wanita yang selalu memanggil dirinya dengan sebutan Mommy itu dengan tega memasangkannya gaun tidur tipis dengan tali spaghetti. Bahkan gaun itu tak dapat menutupi setengah dari pahanya.

Meteor di buat bergidik, ia tak mau sekalipun menolehkan kepalanya ke bawah, cermin besar di dalam kamarnya pun ia tutup menggunakan kain saking tak inginnya melihat tubuh perempuan yang tengah dirasukinya ini.

Ngomong-ngomong, tadi sebenarnya Meteor berhasil dimandikan dengan bantuan Jessy dan Aurora, selama mandi dan berpakaian Meteor terus saja menutup mata dengan rapat. Ia tak pernah dan tak akan pernah melihat tubuh seorang wanita.

Usai berkemas, orang-orang rumah sudah stand by untuk mengantarnya ke rumah sakit. Namun Meteor terus saja berontak, jika saja ia tak berlagak mengeluarkan air mata buaya, sudah pasti ia saat ini tengah berada di rumah sakit. Untunglah anggota keluarga gadis ini sangat lemah dengan air matanya. Namun mereka tetap akan membawa Meteor ke rumah sakit besok.

"Hmm, ambil hikmahnya, setidaknya sekarang aku punya seorang sugar daddy yang hot, hahaha." Meteor terkekeh sendiri dengan gumamannya.

Mata Meteor mulai memberat, sedikit demi sedikit matanya mulai memejam.

"Dasar payah, seharusnya kau memindahkannya ke tubuh Aurora, bukan ke tubuh gadis ini, dia bahkan tak kenal dengan gadis ini."

"Huh, aku sudah mengaku salah, jangan menyalahkan ku terus. Kau bertindak seolah tak pernah melakukan kesalahan."

"Aku tidak seperti mu yang payah, aku memang tak pernah melakukan kesalahan."

"Mustahil. Mana mungkin."

"Ugh...." Meteor mengucek matanya, ia merasa terusik dengan suara perbincangan yang terdengar jelas di telinganya.

"Hanya kau yang payah, jangan bawa-bawa aku."

"Heh?" Meteor mengerjap-ngerjapkan matanya, ia kebingungan setengah mati, baru saja beberapa detik ia memejamkan mata, tapi di depannya sudah ada 2 orang pria saja.

Meteor tambah menyipitkan matanya, ia mencoba mengingat-ingat, apakah gadis bernama Viola ini mempunyai anggota keluarga yang bentuknya seperti ini?

Sepertinya tidak.

"Kalian siapa?" tanya Meteor dengan pandangan waspada.

Pria yang tampak seperti albino itu langsung menoleh ke arah Meteor. "Oh, hai pangeran manis, eh, maksudku putri tampan. Ugh, terserah lah, kau sudah bangun?"

METEROVIO  [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang