31 Desember 2021Aku tertawa dengan keras melihat Nenek yang tengah bermain bersama Ryujin dan Ningning, teman temanku di Busan.
Aku membakar jagung agak jauh dari mereka, malam ini akan pergantian tahun. Kami bertiga cuti kerja untuk menghibur nenek.
Terkadang aku merasa bersalah karena tak dapat meluangkan waktu banyak bersama nenek.
Ketika pagi aku terbangun, aku bersiap siap pergi berkerja lalu membawa Nenek ke rumah Ryujin. Menitip nenek di sana, beruntungnya ibu Ryujin sangat baik sekali ingin merawat nenek.
Pulang saat malam, menjemput Nenek. Makan malam sebentar lalu aku tertidur. Aku sempat berkali kali meminta maaf padanya tapi dia selalu berkata tidak apa apa.
Apalagi kemarin, di saat aku pergi begitu saja melupakan nenek yang sendiri di rumah. Untungnya, kak Giselle memberitahuku, dia sudah meminta Ningning menjaga nenek untuk sementara waktu.
Aku bersyukur memiliki teman yang selalu ada untuk membantuku, membantu sama lain.
"Hei!" Aku tersentak kejut ketika Ryujin mengangkat tanganku.
"Kau melamun? Kau hampir memanggang tanganmu sendiri!" Omel Ryujin.
Aku menelan salivaku susah payah ketika melihat jagung yang ku bakar telah gosong.
"Minggir, biar aku saja!" Ryujin aku mendorong diriku menjauh dari tempatku duduk dari tadi.
Aku menghela nafas berat dan duduk di belakangnya.
"Apa lagi, teman? Bukankah kau berkata kau baik baik saja dan merelakan Winter?" Ryujin bertanya tanpa berbalik menatapku.
"Aku melakukannya, aku berusaha merelakan Winter." Jawabku jujur.
"Lalu?" Dia agak berbalik melihatku, "ah, Karina?"
Aku mengangguk dengan ragu sedangkan Ryujin gadis itu tertawa meledekku.
"Tak ada menghubungimu?" Tanyanya lagi.
"Bagaimana menghubungiku, dia saja tak memiliki kontakku." Cicitku menjawab, ku tatap ponselku. Ponsel Winter ku simpan dengan baik. Tak ada yang harus aku lakukan dengan ponselnya, ponsel itu privasi winter. Itu milik Winter.
Selama berhubungan dengan Karina, aku tak membuka apapun yang berhubungan dengan privasinya.
Hanya ruang pesan dan telepon dengan Karina, hanya itu saja.
Tapi aku sempat mengambil nomor ponsel Karina namun sampai sekarang tak ada keberanianku untuk meneleponnya.
Aku takut dia terganggu, aku tau dia tak berani melihatku karena aku sangat mirip dengan saudariku.
Dia akan kembali menangis seperti membuka luka kembali saat melihatku. Ku pahami tapi terkadang aku merasa frustasi ketika berada jauh darinya.
Aku menghembuskan nafas perlahan hingga hembusan hangat itu menggumpal menjadi sebuah asap karena beradu dengan cuaca dingin.
"Aku keluar sebentar ya?" Izinku pada Ryujin dan dia hanya mengangguk.
Aku membuka pintu pagar dan keluar dari rumahku, mencoba untuk mencari udara segar. Sebenarnya ini bukan segar lagi tapi terlalu segar, kelewatan dingin.
Aku menggeleng dengan terkekeh kecil karena konyolnya diriku yang ingin mencari udara segera saat malam malam buta seperti ini.
"Apa yang aku lakukan? Bukankah lebih baiknya aku bermain bersama nenek?" Gumamku sendiri lalu kembali berbalik tapi sebelum itu aku berhenti melihat sebuah stand di pinggir jalan.
Aku segera menghampirinya, mulutku terbuka lebar hingga mataku juga ikut berbinar.
"Paman, tolong Bungeoppang rasa kacang dan cokelat!" Antusiasku memesan.
Paman tersebut mengangguk dan membungkus pesananku, aku membasahi bibir bawahku karena tak sabar ingin mencicipinya.
Tapi tubuhku langsung menegak ketika aku teringat sesuatu.
"P-paman?" Penjual itu menoleh kepadaku.
Aku tersenyum tak enak sembari memainkan jari jari tanganku, "tunggu disini sebentar saja, aku akan pulang mengambil uangku. Rumahku di dekat sini!" Mohonku padanya. Dia terkekeh geli dan mengangguk padaku.
Aku tersenyum gembira dan segera berlari pulang ke rumahku.
[To be continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter✔
FanfictionGXG • WINRINA [Completed] Tentang Karina dan Musim dinginnya bersama sang kekasih. ©Biyuyaa2021