"Lalu bagaimana anda bisa menikah bersama Nona Kim?" Tubuhku menegak seketika, aku menatap sang pembawa acara di depanku lalu menoleh kepada para wartawan di depanku."Setelah anda mengeluarkan buku berjudul 'Winter' ini, banyak kritikan jika anda menikah dengan Nona Minjeong hanya karena dia mirip dengan saudaranya yaitu Istri anda." Tambah sang pembawa acara.
Aku tak terkejut mendengar pertanyaan itu, aku tersenyum tawa menanggapinya dan menatap kembali sang pembawa acara.
"Aku juga dulu beranggapan seperti itu, aku seperti hanya memanfaatkan dia karena dia mirip dengan kekasihku tapi aku sadar, mereka berbeda. Minjeong dan Winter adalah orang yang berbeda." Jelasku dengan tenang.
"Winter... Kekasihku itu orang yang begitu ceria, orang yang pandai membaca suasana hatiku, orang yang tau cara menunda sedihku dengan segala cara ia lakukan untuk aku tetap bahagia." Aku tersenyum teringat ketika dulu tepatnya dua tahun yang lalu, Winter selalu tau di saat aku bersedih, dia akan melakukan berbagai cara agar aku melupakan kesedihanku.
"Lalu bagaimana dengan nona Kim Minjeong?" Pertanyaan sang pembawa acara membuat senyumku tambah melebar.
"Minjeong itu kaku, tak banyak bicara tapi lucu, suka lebih banyak bertindak. Di saat aku kesulitan, dia ada bersamaku untuk melawan kesulitan itu. Tidak menghindar karena menurutnya kita harus belajar melalui kesulitan dan harus di selesaikan untuk kebaikan di masa depan karena kita tak pernah tau apa yang terjadi di masa depan nantinya maka dari itu..." Iawabku mantap lalu beralih memandang bergantian para wartawan.
"Cintaku tulus dan murni mencintai Minjeong bukan atas dasar dia mirip dengan Winter, tidak. . Minjeong adalah Minjeong dan Winter. . tetap seorang Winter."
~
"Karina?" Aku berbalik ketika manajerku memanggilku.
"Wawancara selanjutnya adalah besok pukul sembilan pagi, aku akan menjemputmu." Beritahunya padaku dan aku mengangguk senyum.
"Terima kasih, Ningning."
Ningning tersenyum angguk padaku dan meninggalkanku karena mungkin masih ada beberapa urusan yang harus ia lakukan. Minjeong merekomendasikan Ningning padaku, katanya Ningning orang yang sangat teliti dan orang yang bijak dalam mengambil tindakan ini dan itu. Aku tanpa ragu menyetujui Ningning untuk menjadi manajerku dan Ningning juga dengan baik hati menyetujuinya.
"Eomma!!" Aku menoleh, aku terkejut tapi di satu sisi aku juga tersenyum bahagia. Aku melangkah lalu berjongkok menyambut pelukan seorang perempuan kecil.
"Eomma!"
"Ugh, I really miss you, buddy." Ucapku memeluknya dengan erat hingga memejamkan mataku.
Setelahnya aku membuka mataku, tepat di depanku ada wanita yang tengah berjongkok juga di belakang anak kecilku. Kim Minjeong.
"Selamat ya." Ucapnya padaku dan melangkah mendekat lalu mendekap erat diriku dan anak kecilku — anak Minjeong juga.
Kami memutuskan untuk menikah setelah aku yakin dengan perasaanku, setelah aku tau jika aku mencintai Minjeong karena itu adalah Minjeong bukan Minjeong yang mirip dengan Winter.
Minjeong melepaskan pelukannya dan melirik LeeSeo yang masih memelukku — anak yang kami adopsi, anak perempuan yang lucu dan menggemaskan.
"Cup!" Aku mengerjap cepat saat Minjeong memberikan kecupan singkat di bibirku.
Dia tertawa mungkin wajahku yang memerah tertangkap basah olehnya.
Sekali lagi ia mendekat dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh kelembutan.
"Saranghae." Bisiknya padaku membuat wajahku tambah memerah.
"Eomma! Eomma!" Gadis kecilku mundur membuat Minjeong kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Aku terkekeh sebentar melihat Minjeong lalu melihat gadis kecilku, "Kenapa, sayang?"
"Mommy bilang dia ingin mengajak kita makan di restoran Tiongkok!" Seru LeeSeo terdengar bersemangat membuatku juga ikut bersemangat.
"Benarkah?" Tanyaku antusias pada Minjeong yang telah berdiri.
Minjeong tampak menghela nafas dengan senyum lalu menggendong LeeSeo, "ayo." Dia mengulurkan tangan kirinya padaku dan aku tanpa ragu untuk meraihnya.
Kami bertiga pergi ke restoran Tiongkok atas ajakan Minjeong lalu bermain dan jalan jalan di pasar malam. Aku dan LeeSeo selalu berteriak senang ketika apa yang diinginkanku ataupun LeeSeo, Minjeong selalu mendapatkannya.
"Senang, Karina?" Tanyanya padaku yang tengah bersandar pada pundaknya.
"Kenapa di tanya?"
Aku mendengar dia terkekeh dan mendekatkan diri lagi padaku lalu merangkulku, membawaku ke dalam dekapannya karena angin malam yang berhembus cukup kencang.
"Setiap aku melihat LeeSeo, dia seperti Winter." Ujarnya menghilangkan kesunyian beberapa menit yang lalu. Kami berdua sibuk melihat LeeSeo yang tengah asik bermain komedi putar anak anak di depan kami berdua.
"LeeSeo seperti reinkarnasi Winter." Ucapnya membuatku mendongak.
"Sifatnya." Lanjut Minjeong lalu tertawa begitu juga denganku, aku jadi lupa untuk menambahkan perkataanku tadi, Minjeong itu juga aneh dan konyol.
"Karena sifatnya sepertinya Winter aku merasa Winter selalu ada di sekitar kita." Aku mengangguk setuju, LeeSeo memiliki sifat yang sama dengan Winter. Tidak bisa diam, salah satunya.
"Karina?"
Aku menoleh padanya dan tersenyum, "hm?"
Minjeong hanya tersenyum dan memelukku lebih erat, "Terima kasih telah mencintaiku karena itu diriku." Ucapnya pelan.
Aku memejamkan mataku dan memeluk pinggangnya, "Terima kasih karena telah mau menunggu dan menunjukkan jika aku harus yakin jika aku menyukai dirimu karena itu dirimu."
"Aku mencintaimu, Karina."
"Aku juga mencintaimu, Minjeong."
[End]
Telah usai sudah cerita Winter ini, sampai berjumpa di cerita shipper lainnya👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter✔
FanfictionGXG • WINRINA [Completed] Tentang Karina dan Musim dinginnya bersama sang kekasih. ©Biyuyaa2021