Winter/6

1.3K 191 2
                                    


22 Desember 2020

Aku mengeratkan mantelku, menahan dingin yang berusaha menembus mantelku.

Salju turun lebat hari ini, aku berada di halte menunggu Winter yang akan datang.

"Karina!" Aku berbalik, menghembuskan nafas lega. Winterku datang.

Winter tersenyum padaku dan memelukku segera, tau jika aku sangat kedinginan.

"Maaf, aku terlambat." Ucapnya pelan dan aku menggeleng tak masalah dalam pelukan hangat itu.

Ia melepaskan pelukannya, aku menatapnya dan mengerut bingung, "Winter, matamu sangat sembab." Ucapku.

Dia memegang kelopak matanya dengan terkejut, "benarkah?" Tanyanya dan aku mengangguk.

"Matamu juga sembab." Ucapnya padaku dan aku segera mengambil ponselku, benar mataku juga sembab.

"Mungkin karena malam tadi saat kita menonton film?"

Aku mengangguk mengiyakannya. Winter melepaskan pelukannya dariku dan menggenggam erat tanganku.

"Ayo." Dia membawaku berjalan jalan di bawah salju yang turun.

Kami bercanda dan tertawa bersama, Winter sesekali membersihkan puncak kepalaku yang tertimbun banyak salju begitu juga dengan kepalanya sendiri.

Kami berhenti di tepi jalan, bersiap ingin melewati Zebra Cross.

"Karina?" Aku menoleh kepadanya.

"Aku menyukai musim dingin." Ucapnya tiba tiba padaku.

"Iya, aku tau Winter. Sesuai namamu. Winter menyukai Winter." Ucapku membuat dia tertawa begitu juga denganku.

"Tapi bagaimanapun aku menyukai Musim dingin. Aku lebih menyukaimu, Sayang."

Aku terdiam untuk pertama kalinya, sebutan 'sayang' terlontar dari mulut Winter. Itu terdengar sangat lembut dan penuh cinta.

"Ayo." Dia menarikku kembali dari realita, kami menyebrangi Zebra Cross. Aku menggandeng lengannya dan bersandar.

"Aku mencintaimu, Winter."

"Iya, aku tau."

"Ck, Winter!"

Winter tertawa, dia berhasil membuatku kesal karena menjahiliku.

Dia menatapku dan tersenyum, "aku juga mencintaimu."

~

"Winter. . Tidak mau masuk dulu?" Ibuku bertanya dan Winter menggeleng.

"Tidak, bu. Aku harus pulang sebelum kak Giselle mengunciku." Jawabnya ramah lalu terkekeh.

"Kau bisa kesini jika kau di kunci!" Seruku bersemangat membuat ibu dan Winter tertawa.

Ibu memberikan payung pada Winter, "hati hati, Winter." Ucap ibuku lalu masuk ke dalam.

"Aku pulang ya." Pamitnya padaku dan aku mengangguk.

"Ini." Aku menatap bingung pada sebuah amplop pink yang dia pegang.

"Baca saat sudah di kamarmu, saat aku sudah pulang." Ucapnya padaku dan aku mengangguk mengiyakannya.

Dia pulang dan aku langsung segera lari dan menaiki dengan cepat tangga rumahku untuk membaca suratnya.




[To be continued]

Winter✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang