Winter/9

1.3K 185 0
                                    


19 December 2020
Minjeong pov°

Aku terduduk menung. Memandang kosong pemakaman saudariku yang telah berakhir.

Winter pergi meninggalkanku, keluarga, teman, dan kekasihnya.

Dua surat tergenggam di tanganku. Pink milik Karina dan yang putih milikku.

Ku tatap Lamat surat itu dan ku buka perlahan lalu membacanya.

Kim Minjeong, kita lahir pada tanggal 1 Januari 2001. Aku sangat beruntung memiliki saudari sepertimu.

Minjeong, atas kepergianku ini jangan merasa bersalah. Jangan bersedih hati, kau tak melakukan kesalahan apapun. Minjeong kau yang terbaik.

Kau merawat nenek di Busan sendiri dan mencari uang sendiri, aku yang minta maaf karena tak ada di sampingmu dan membantumu.

Minjeong, aku harap kau hidup bahagia tanpaku. Aku tak mempersalahkan jika kau menyukai Karina, Minjeong jatuh cinta itu memang mudah. Karina pantas di cintai oleh orang baik hati sepertimu.

Kim Winter, sister.

Kesekian kalinya, tangisanku pecah. Merasa sedih, kecewa, dan bersalah karena mencintai Karina kekasih saudaraku sendiri tapi ada sisi lain, sisi yang membuatku merasa lega.

Drt! Drt!

Aku meraih ponselnya, ponsel winter yang ku gunakan untuk terus menghubungi Karina.

"Hallo, Winter! Kau dimana?"

Aku terdiam sejenak, mengatur nafasku yang sesak karena terus menangis, "di luar, Karina. Ada apa?"

"Oh! Begini, aku ingin mengajakmu menonton film malam ini? Bisakan!" Dia meminta tidak lebih ke mengajak, aku tanpa sadar tertawa lirih sembari memandang pemakaman Winter.

"Iya, aku akan datang nanti ke rumah."

"Bagus! Aku tunggu!" Panggilan terputus, tanganku terjatuh lemas. Aku menarik nafas perlahan dan berdiri.

"Winter. . beristirahatlah dengan tenang."

~

"Minjeong. ." Aku menoleh, tersenyum lembut pada ayah dan ibu Karina. Mereka sudah tau, meraka ikut turut berdukacita.

"Karina berada di atas, apa kau akan memberitahu dia sekarang?" Tanya ayahnya.

Aku terdiam sebentar lalu menggeleng, "besok saja, dia hari ini ingin menonton." Jawabku, aku tak ingin mengacau malam Karina ini.

"Baiklah." Ibu Karina mengelus rambutku dan menyuruhku untuk masuk ke dalam kamar Karina.

"Winter!"

Aku tersenyum, Karina berhamburan memelukku.

"Kau pasti kelelahan, matamu jadi bengkak. Apa kau tak tidur?" Tanya Karina betubi tubi padaku.

Aku tertawa dan menariknya untuk naik ke ranjang, kami duduk bersandar. Aku menarik selimut untuk kami berdua.

"Ayo mulai tontonannya." Ucapku tapi Karina tetap diam memandangku.

Aku tersenyum dan mengelus pipinya, "aku baik baik saja, ayo." Ku percayakan dia dan pada akhirnya dia percaya.

Kami menonton bersama, film ini bertema sedih. Aku menangis ketika melihat perempuan itu memeluk adiknya yang tiada.

Karina juga menangis hingga gadis itu tertidur kelelahan pada akhirnya.

Aku memandang wajah polos Karina lalu mencium puncak kepala Karina, "aku menyayangimu, Karina."



[To be continued]

Winter✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang