9:: Aiko!

122 7 1
                                    

Chapter IX~

Hari ke-10

Berhari-hari mereka belum juga sampai ke menara itu. Kata Calya, mereka semua akan sampai mungkin sehari lagi.

"Gue bingung, kok kita udah berhari-hari berjalan ke menara itu, yang gue lihat menara itu sama-sama aja, gak jauh gak deket" ucap Calya pada teman-temannya.

"Gue juga bingung, udah deh jangan bahas itu lagi, nanti gue bisa stres" ucap Aldi yang terus berjalan di belakang Calya, 'Dari tadi nempel terus' batin Aldi melirik ke belakangnya, di sana ada Iqbaal dan Aiko. Aldi heran dengan mereka berdua, apakah mereka ada hubungan khusus?.

Alvaro Aldi's POV

Gue heran pas ngelihat Iqbaal sama Aiko selama beberapa hari ini deket banget. Kayaknya mereka ada hubungan khusus deh, tapi Aiko kok gak kasih tau gue? gue kan sahabatnya, dari kecil dan dia udah gede sekarang.

"Eh Aiko!" panggil gue, Aiko menoleh, Iqbaal juga. Gue gak panggil Iqbaal ikut-ikutan noleh.

"Lo pacaran ya sama Iqbaal? kok nggak kasih tau gue?" Aiko kayaknya terkejut pas gue tanya itu ke dia, sedangkan Iqbaal? dia salah tingkah.-.

"Gak."

singkat banget jawabannya, tapi kalo gak kok mereka nempel terus, Hhh mungkin Iqbaalnya lagi PDKT. Lagipula itu bukan urusan gua. Tapi kok sakit?, ssshh sadar Aldi!

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Eh buset! gue gak mau sampe setahun di dunia palsu ini! gue gak mau terlambat nikah, lagi pula gue mau nikah di usia 25 tahun, ssh kok gue bahasnya tentang nikah? pacar aja belom ada.

Matahari terbenam, hari mulai malam, terdengar burung hantu, suaranya merdu... kok gue jadi nyanyi?

Kami semua istiraht di tengah-tengah hutan. Kami juga udah masang tenda, tinggal satu lagi, api buat penerangan belom ada.

"Korek di tas gue abis, kok si makhluk bersayap nggak ngasih kita persediaan korek yang banyak ya?" ucap gue pada Calya, dan Aiko yang sepertinya frustasi karena, em mungkin takut gelap? haha. Sementara Iqbaal pergi nyari kayu buat dibakar, tapi gie lupa kasih tau kalo koreknya abis, alias gak ada

"Gue udah dapet kayunya, nih" ucap Iqbaal menyusun satu per satu kayu yang ia bawa.

"Di' koreknya mana?" tanya Iqbaal pada gue, gue dengan polosnya menggeleng tanpa memikirkan bagaimana reaksi Iqbaal nantinya, pasti dia marah, trus nonjok muka gue, jadi gak keren kan?. Tapi, tebakan gue salah, Iqbaal malah menghela nafas beratnya, menunduk, mungkin dianya lelah karena capek mencari kayu.

Gue lihat Aiko berjalan menuju Iqbaal, di usap-usapkan punggung Iqbaal agar pria itu tenang. Aiko tersenyum menatap Iqbaal yang juga menatapnya. Dan gue juga menatap mereka, sepertinya mereka tak tahu lokasi untuk berpacaran tapi 'mungkin'. Sementara gue dan Calya hanya melihat mereka, tidak! bukan gue dengan Calya, Calya udah masuk ke dalam tenda beberapa menit yang lalu.

Jadilah gue obat nyamuk di sini.

---

'Akhirnya!' gue berteriak dalam hati, di hadapan gue sekarang ada menara yang tinggi banget! tingginya seperti mau nyampe ke awan. Menara itu berbentuk seperti tabung, tau tabung kan? yang sisinya ada 3, satu sisi alasnya, satu sisi atasnya, dan satu lagi selimutnya. Menara itu berwarna merah maron, yang menurut gue seram-seram dikit, yang paling bikin gue ngeri itu, menaranya udah banyak banget lumutnya, gak ada jendela di situ, entar gue napas gimana? mudah-mudahan aja di dalem sana ada O2 atau Oksigen

"Ayo masuk" ucapan itu membuyarkan lamunan gue. Sekarang, gue lihat Iqbaal yang memimpin, di sebelahnya ada Aiko. Iqbaal megang obor, dari mana obor itu? mungkin saja Aiko yang membuatnya.

Flashback on

Gue masih menatap Iqbaal dan Aiko yang kini merubah posisi mereka, Aiko bersandar pada sebuah pohon, Iqbaal duduk di sampingnya, dekat sekali! Iqbaal menyandarkan kepalanya pada bahu Aiko. Sungguh! gue bener-bener jadi obat nyamuk!

Lama kelamaan gue bosan juga melihat Aiko dan Iqbaal mesra-mesraan, dan gue udah simpulkan bahwa, Iqbaal dan Aiko berpacaran. Di dalam masih sakit, taukan maksud gue?, di dalam sini hati gue.

Aiko memegang kayu di depannya yang telah disusun rapi oleh Iqbaal. Dia menghela nafas, menutup matanya dan Foilla! ada api. Gue dan Iqbaal yang tadinya menatap api itu sekilas, langsung membulatkan mata dan menatap Aiko yang terkekeh kecil tanpa tampang berdosa.

"Kenapa bisa?" tanya Iqbaal pada Aiko, memegang kedua pipi Aiko dengan tangannya.

Aiko tersenyum, "iseng aja."

Flashback off

"Kak, ayo" Calya menarik tangan gue, entah kenapa gue langsung tersenyum saat Calya narik gue.

---

"Wow, gelap." ucap Calya melihat di sekelilingnya, biarpun gelap untung saja ada obor, jadi kita bisa lihat menara tua ini.

Kita udah naik ke lantai duanya, tangganya tinggi banget, kita seperti berjalan berputar-putar. Calya yang tadi menarikku, lengannya masih melingkar di tangan sebelah kiriku. Ia mengeratkannya, sepertinya dia takut. Gue lepas rangkulan lengannya di lengan gue, gue langsung narik dia dan merangkul bahunya dan memperdekat jarak gue dengan dia, lalu tersenyum kearahnya yang kaget akan ulah gue.

Author's POV

Kini, Iqbaal, Calya, Aldi, dan Aiko sudah berada di puncak menara, namun sama sekali belum menemukan buku yang mereka cari berhari-hari.

Tiba-tiba, muncul sesuatu, hitam dan auranya sangat jahat 'menakutkan.'

"Hahaha!" ucap makhluk ghaib itu, dia terbang, membawa bola kristal seperti yang digunakan para peramal , makhluk itu berwarna hitam tembus pandang, matanya berwarna merah, tak ada hidung tak ada mulut. Kenapa ia bisa berbicara? entahlah, saya juga enggak tau.

"Kalian pasti mencari buku ini kan?" ucapnya dengan suara bergema. Ia memperlihatkan bola kristalnya, yang di dalamnya ada buku. Mereka memperhatikannya dengan seksama, benar! itu bukunya, terlihat jelas d sana tertulis 'WxZ'.

"Ya!" ucap Iqbaal lantang, sungguh berani.

"Jika begitu, kau harus menyerahkan Aiko padaku, jika tidak aku tidak akan memberika buku ini pada kalian, sampai kalian musnah dari dunia ini.

Mereka meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah, 'musnah?'

"Baiklah, tapi berikan pada kami bukunya terlebih dulu!" Perkataan itu, keluar dari mulut Aiko sendiri, meskipun ia masih herna, mengapa makhluk itu bisa mengetahui namanya?.

Iqbaal, Aldi dan Calya membulat tak percaya. Aiko menyerahkan dirinya sendiri.

"Aiko! Jangan! apa yang kau lakukan?!" bentak Iqbaal pada Aiko. Aiko hanya tersenyum, berjalan menuju makhluk itu. Makhluk itu melempar bukunya ke arah Iqbaal lalu, mengambil Aiko dan segera menghilang.

"Aiko!" teriak Iqbaal berlutut, tak sadar dirinya sudah mengekuarkan sedikit air mata dengan terus menggumamkan nama 'Aiko' orang yang ia cintai, Iqbaal hanya bisa merutuki dirinya sendiri, kenapa ia tidak melarangnya tadi? sudah ia lakukan, kenapa ia tidak menariknya tadi? Aikobmelepaskan dirinya sendiri, pergi dengan meninggalkan kenangan teramat dalam di hatinya.

Aldi dan Calya hanya menatap Iqbaal yang jauh ada di depnnya turut bersedih, Calya mulai menangis, berbalik langsung memeluk Aldi. Aldi juga sebaliknya. Alice dengan mudahnya meninggalkan mereka. 'Aiko' hanya tinggal nama.

Nafas Iqbaal memburu, matanya memerah karena marah, ia mengambil buku itu dan keluar dari manara itu, di ikuti Aldi dan Calya yang terus meneriaki namanya. Tapi Iqbaal tak peduli, yang ada di benaknya kini hanya satu 'Aiko.' Aiko benar-benar membuat seorang Iqbaal Dhiafakhri gila.-.

~ eyyt bersambung dulu, maaf part ini pendek... bdw Alice gue kembaliin atau gue matiin aja? hahaa.. becanda gue

Love of AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang