11:: Siapa yang Salah?

111 5 1
                                    

Maap semuaa, ya pliss maafin gue yg ceroboh bukan main ini, kenapa ada nama Alice? Itu karena gue suka banget sama nama itu, jadi kehipnotis terus ke nama itu, jadinya tokohnya Aiko tanpa sengaja gue tulis Alice, emang bego ya gue? Hehe sekali lagi maap sayoongg .

***

Iqbaal's POV

Sudah dua hari ini dia tak bersamaku, serasa kepalaku ingin mengeluarkan semua isinya. Ada apa denganku? Mengapa aku begitu mencintainya? Apa dia tidak merindukanku di sini? Semoga aku benar.

Gue sekarang ada di dekat pohon keramat, kenapa gue bilang keramat? Karena pohonnya besar sampai ke akar-akarnya. Puncaknya dihiasi sangat banyak daun dan ranting tak beraturan, dan yang paling mencolok adalah, batangnya yang berlumuran lumut.

Ternyata, kelebihan yang Minie si makhluk bersayap itu gak sepenuhnya berfungsi di semua organ-organ tubuh gue. Tahan sakit? Kuat? Sekarang ini hati gue sakit! Gue gak kuat nahannya! Sepertinya gue terlalu memberi kesan lebay pada kalian, tapi ini benar, real, no hoax, asli, bukan editan ataupun settingan apapun. Ini lebih alami, dan gak dibuat-buat.

Aldi dan Calya berusaha memusnahkan buku aneh itu dari muka bumi ini, sementara gue gak ngelakuin apa-apa. Gue merasa orang yang gak dibutuhkan saat ini. Gue juga gak bisa nutupin perasaan gue kalau...

Gue kangen sama lo, Aiko.

Author's POV

Seoang gadis menatap tajam pria yang berada di seberang meja yang ada di hadapannya kini, Pria itu menjengkelkan! Batin gadis itu.

"Kenapa? Apa sebenarnya mau elo? Gue mau kembali bersama temen-temen gue!" Ucap gadis itu menggebrakkan meja dengan keras sehingga berbunyi.

"Aiko yang cantik, gue cuman mau elo jadiin nih papan dam jadi abu, ngertikan lo, oh ya kita enakan aja pake aku-kamu ya?" Ucap Pria itu sambil tersenyum manis, manis, manis, sangat manis, semut aja gak nahan.

"Yayaya gue ngerti Juaa" ucap Aiko mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Yayaya aku ngerti" ralat Juah.

"Hm"

"O ya, bulan merah itu malam ini kan?" Ucap Aiko mengalihkan pembicaraan.

"Iya" Juah mengangguk, ia melihat ke luar jendela tak lama lagi misinya akan selesai.

"Dan gue masih penasaran di mana lo dapet benda ini? Dan lo sebenarnya siapa sih?"

"Aku Juah"

"Iya gue tau nama lo Juaah, tapi jawab dengan serius pertanyaan gue, plis"

"Hhh, oke"

"Yes"

"Tapi jangan potong penjelasan aku saat aku lagi ngomong ya"

"Iya iya"

"Jadi, aku itu seperti kalian, tapi aku sedikit berbeda hanya tampangku saja yang seperti manusia, aku itu sejenis 'Makhluk bersayap' aku kakaknya Minie"

"Apaa?!"

"Sstt bisa diem gak?. Jadi aku kesini mau nolong kalian, karena benda ini gak ada di sekitar sini, aku ngambilnya di dunia kamu, di dalem gunung api yang masih aktif. Hebatkan aku"

"Gue gak ngerti"

"Lo harus ngerti"

"Em, trus jelasin misi elo, jangan panjang-panjang"

"Misi gue sederhana, ngebantu kalian buaat nemuin dan ngehancurin ini" Juah mengangkat papan dam itu menggunakan tangannya*ialah* dan menurunkannya kembali di atas meja.

"Trus, kenapa elo mau nyulik gue?"

"Gue iseng aja"

"Apa??!"

***

Calya dan Aldi sepertinya sudah pasrah, kekuatan otot dan pikiran mereka terkuras untuk memusnahkan buku kecil menjengkelkan ini.

"Cal" ucap Aldi.

"Hm"

"Lo bisa lihat di mana keberadaan Aiko?"

"Hhh, enggak"

Keduanya menghemhuskan napas panjang, mereka takut, gelisah, dan lelah.

"Ekkhm, maafin gue ya" ucap seorang pria yang datang menemui calya dan Aldi yang sedang putus asa.

"Lo gak usah minta maaf Baal, kita yang salah" ucap Aldi.

Terjadi keheningan yang luar biasa antara ketiga orang ini. Semuanya sibuk dengan perasaan mereka masing-masing. Sepertinya, tanpa Aiko mereka tak bisa melanjutkan petualangan ini. Calya merasa dirinya tak berguna kali ini, matanya sama sekali tidak bisa menangkap di mana keberadaan Aiko. Aldipun sama, Mimpi-mimpi anehnya tak muncul, bayangan-bayangan masa depan sama sekali ia tak bisa melihatnya. Iqbaal? Sama sekali tidak mebgetahui apa yang akan ia lakukan, tanpa Aiko. Mengapa Iqbaal begitu mencintai Aiko? Mereka baru saja bertemu! Ada-ada saja.

***

Aiko's POV

Gue merasa kehilangan yang luar biasa. Di sini gak ada Aldi, Calya dan juga Iqbaal. Gue sangat merindukan nama itu, Iqbaal. Nama saja gue kangen, apalagi orangnya. Gue mengingat pertama kali Iqbaal nembak gue, gue nerima cinta dia karena gue cuman main-main aja. Tapi, lama kelamaan gue suka sama dia, entah kenapa. Ini seperti rasa yang ku alami saat pertama kali jatuh cinta pada si br*ngs*k James. Hhh lupakan orang itu! Setelah malam ini, Juah bakal nganterin gue kembali ke temen-temen gue. Gue rindu mereka, Aldi yang perhatian sama gue, Iqbaal yang suka marah dan pencemburu, dan Calya yang manja dan penakut, tapi rasa takutnya ia simpangkan melalui keceriaannya. Gue jadi terkekeh sendiri ngelamunin itu.

"Udah selesai ngelamunnya?" Suara itu membuyarkan lamunanku, sebenarnya sudah berapa lama aku melamun? Hhh sudah lupakan.

"Eh, gue gak ngelamun"

"Jangan boong, gue bisa baca fikiran. Lo rindu temen-temen lo kan? Tenang aja, gue janji bakal ngembaliin elo ke teman-teman lo" dia tersenyum, Juah tak pernah ku lihat se-tulus ini berbicara, biasanya dia ahanya serius dengan bumbu-bumbu humornya. Gue sepertinya terhipnotis oleh senyumnya hingga guee membalas senyumnya.

"Makasih"

"Gue yang seharusnya bereterima kasih sama elo, lo udah sabar dan setia sama gue meski itu hanya dua hari setelah malam ini, elo bisa pulang. Dan mungkin gue bakal rindu banget sama elo" dia meletakkan tangannya di pipi gue, hangat. Itulah yang gue rasakan. Sekarang wajahnya dia tepat di hadapanku. Dannn

CUP

Dia mencium kening gue, sedetik. Setelah itu dia tersenyum ke arah gue yang masih saja syok melihat tingkah lakuknya. Sehingga dunia seakan milik kita berdua. Hanya cium kening! Itu saja! Tidak lebih. Mengapa jantungku berdetak tidak normal dari sebelumnya. Apakah aku jatuh cinta padnya? Tidak! Tidak mungkin! Dan Astaga kenapa aku melupakan Iqbaal?! Jika begini siapa yang salah??!

-bersambung, ingatkan gue kalo ada lagi tokoh bernama 'Alice' -,-

Love of AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang