𝗢5 : THE KLAN'S

257 59 7
                                    

Membasuh mukanya yang terasa panas sebelumnya karena ulah senior yang tak lain adalah Asahi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membasuh mukanya yang terasa panas sebelumnya karena ulah senior yang tak lain adalah Asahi. Jevie menyandarkan tubuhnya ke dinding yang langsung berhadapan dengan cermin yang ada di kamar mandi sekolahnya ini.

Gadis itu menyeka pipinya dengan tangan yang masih basah karena air, mengapa tiba-tiba lelaki yang awalnya tak pernah peduli padanya itu mengatakan hal yang terdengar begitu manis di telinga Jevie.

Setelah mengelap wajahnya yang basah karena air dengan tisu, Jevie kembali ke kelasnya. Gadis itu melihat suasana kelas yang begitu ramai dengan ocehan para siswa-siswi yang sedang mememerkan barang-barang mahal yang mereka kenakan. Bagi orang luar memang sekolah ini di nilai bagus dan begitu menarik, tapi faktanya malah banyak siswa-siswi yang sombong memamerkan kekayaannya yang sebenarnya tak perlu itu.

Ia duduk di samping Dobby yang sibuk membaca buku, buku yang khusus di pegang oleh leader. Isinya mengenai rencana pengembangan sekolah, data-data siswa-siswi, dan hal lain yang mencakup sekolah ini.

Melihat kotak transparan dengan isi bubuk berwarna merah muda membuat Jevie penasaran dan segera menanyakannya pada Dobby. "Ini apa dan dari siapa?" tanyanya sembari menunjuk kotak itu.

Dobby menggeleng. "Enggak tau, tapi di bawahnya ada surat mungkin dari si pengirim," jelas Dobby yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca sebelumnya.

Jevie menyimpan kotak berisikan bubuk pink itu ke dalam tasnya. Pandangan Jevie terfokus pada luar kelasnya, sebelumnya ia seperti melihat sesuatu atau seseorang yang mengawasinya. Namun, tak ada siapapun di sana mungkin itu hanya perasaan Jevie saja.

Haewon yang duduk di depan Jevie berbalik untuk berbicara pada gadis itu. "Ga ada masalah, kan?" tanya Haewon pada Jevie. Ia ingin tahu apakah Jevie di rundung oleh siswa-siswi lain karena peringkatnya yang turun drastis.

Jevie menggeleng. "Berkat Dobby,"ucapnya sembari tersenyum pada Dobby.

Mendengarnya Haewon merasa lega. Ia memegang tangan Jevie lalu tersenyum. "Mungkin ini telat, tapi aku mau berterima kasih sama kamu yang udah nolongin aku selama ini," ucap Haewon dengan nada sendu.

"Setiap manusia itu harusnya saling membantu, tapi tidak buat sekolah ini yang sistemnya menghancurkan sejak Yihan memimpin," bisik Jevie yang disetujui oleh Haewon.

"Sebentar lagi ada event di sekolah ini, lo ga ikutan buat melukis. Selain emang lo berbakat di bidang itu, gue yakin ada Asahi juga," ucap Dobby sembari menunjukkan apa saja event yang segera hadir di sekolah ini.

Jevie merenung sejenak setelah Dobby menanyakan hal itu. "Meskipun gue ikut, ga yakin Yihan ga akan membiarkan gue bisa ikutan event itu," ucapnya yang terdengar tak bersemangat sama sekali.

"Biar gue yang urus, Wang sialan itu sedang takut-takutnya dengan kami para Kim," usul Dobby, lalu beranjak dari tempat duduknya. "Yihan cuma berbakat dalam menindas, gue pastiin tahun ini keluarga Kim yang bakal mengatur semua event sekolah tahun ini."

Haewon menyenggol beberapa kali lengan Jevie yang sontak membuat gadis itu menoleh padanya. "Keren, Dobby berbicara seolah dia pelindung," ucapnya sembari terkekeh kecil.

"Sejak kecil, Dobby selalu bilang mau jaga gue dan apa yang ia katakan benar ia lakukan," ujar Jevie yang merasa beruntung memiliki teman seperti Dobby yang selalu menjaganya selama ini.

Jevie baru menyadari sesuatu tentang kalung yang ia dapatkan ini, kalung ini hanya dapat mengetahui emosi orang di sekitarnya hanya selama sepuluh menit saja lalu semua itu hilang dan mungkin dalam beberapa menit atau jam akan berfungsi lagi.

Kalung ini dan buku usang itu, apa memiliki hal yang serupa atau memang kalung ini bagian dari buku itu. Setelah dipikir-pikir buku itu memang berisikan sihir, bukan?

Entah mengapa jantungnya berdegup begitu kencang seolah seperti sesuatu akan datang padanya entah itu hal baik atau hal buruk. Namun, di lain pemikirannya tentang itu Jevie kembali terpikir akan Asahi. Semakin hari semakin ia menyukainya, kenapa? Padahal ia berniat untuk membuang rasanya pada lelaki itu saja.

Selain itu Jevie juga penasaran mengapa warna emosi Asahi yang terlihat begitu membenci atau memiliki amarah pada Yihan, sebenarnya ada apa di antara mereka?

Tidak mungkin jika Asahi menginginkan kekuasaan untuknya. Lelaki itu tak terlihat rakus dan ingin berkuasa, tapi siapa yang tahu? Bisa saja memang Asahi menginginkannya hanya saja sulit untuk dipercaya lelaki yang bersikap dingin itu gila pada kekuasaan lagipula leader lainnya tak akan membiarkan para eksekutif untuk ikut memimpin.

Tak sedikit setiap tahunnya ada para eksekutif bahkan merka peringkat paling bawah mengincar leader, di angkatan tahun sebelumnya adalah generasi yang paling parah. Berbondong-bondong siswa-siswi peringkat bawah menyerang leader alhasil tentu siswa-siswi itu kalah karena mereka tak tahu seberapa kuatnya leader meskipun mereka hanya ada tiga.

Di antara leader yang berkuasa, Wang selalu nomor satu. Klan yang di kenal kasar itu selalu membuat siswa-siswi peringkat terbawah harus merasakan siksaan, klan Choi yang juga menjadi langanan nomor dua suka tidak ikut campur tenang siswa-siswi mereka lebih memilih menyelediki cara meruntuhkan lawannya yaitu klan Wang. Terakhir Klan Kim merekalah yang membuat para peringkat terbawah merasa tenang dan damai saat ini.

Meskipun setiap tahunnya tak menentu dari klan mana yang akan menjadi seorang pemimpin. Namun, tiga klan itu yang paling prioritas. Klan Wang keturunan Wang Jaeho, Klan Choi keturunan tetua Choi Juwon, dan Klan Kim keturunan Kim Youngjae. Mereka bertiga di kenal sebagai para pendiri bisnis besar Korea, selain mereka masih ada beberapa klan pebisnis dari Jepang yang tak kalah kiatnya seperti mereka. Watanabe, Hamada, dan Kanemoto yang paling sering pergi untuk bersekolah ke Ratherin high school ini.

Selain Korea dan Jepang, banyak murid dari negara lain. Namun, performa keluarga mereka tentu jauh dari masyarakat domestik. Karena koneksinya yang lebih luas.

Sekolah ini memang gila dnega strata sosial yang begitu berantakan, dan akan lebih berantakan jika klan Wang lah yang memimpin. Mereka di kenal memiliki etos kerja yang tinggi dan baik, tapi untuk belas kasihan mereka sama sekali tak memilikinya. Selain itu otak mereka tak sepintar klan Choi ataupun klan Kim, mereka dikenal pekerja kasar bukan pekerja yang cerdas.

 Selain itu otak mereka tak sepintar klan Choi ataupun klan Kim, mereka dikenal pekerja kasar bukan pekerja yang cerdas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

udah nungguin berapa lama?
lama banget ya aku ga update.
jangan kecewa huhuu, pasti pada kangen.
masih ada ga ya pembaca yang stay nungguin cerita ini?
kalo pada ilang jelas sih aku yang salah karena lama update.
sori pren sekarang author ini sedang sibuk pada dirinya sendiri dan sering capek.

jangan lupa vote ya chagii 💗✨

𝐣𝐞 𝐭'𝐚𝐢𝐦𝐞 𐀔 asahi. [ new ver ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang