Selamat membaca
•
•
•
•
•Elen dan Zio sudah selesai mengerjakan hukuman mereka. Saat ini mereka berdua tengah berada di kantin. Sepertinya mereka sengat haus, bagaimana tidak haus coba berdiri dilapangan selama 2 jam.
Tak lama kedua sahabat Elen serta kedua teman Zio datang menghampiri mereka berdua.
"Wihh lagi pacaran nih bos" ucap Dimas, lalu duduk disamping Zio. Zio hanya melirik Dimas sekilas.
"Orang abis dihukum kok dikira lagi pacaran, bego banget kau Dimas!" ucap Jesica
"Tapi kalo beneran pacaran ga papa kok, pasti kita restuin, ya ga guys?" ucap Dian
"Iya dong."
Pipi Elen bersemu merah mendengar ucapan teman temannya, dan Zio sedang menatap Elen. Zio penasaran bagaimana reaksi Elen jika tau Zio beneran suka dengan Elen, memikirkan itu membuat Zio bingung sendiri.
Apakah nanti Zio akan menembak Elen? Tapi Zio bingung harus melakukan apa, dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Apa dia meminta bantuan kepada Dimas dan Justin saja tetapi ia malas jika harus mendengar godaan dari kedua temannya.
°°°
Sekarang sudah jam pulang sekolah, Elen akan pergi ke cafe bundanya, ia bingung ingin naik apa untuk pergi ke cafe, handphone nya lowbat sedangkan kedua temannya sudah pulang duluan.
Tin tin
Seseorang berhenti didepan Elen dengan motor sport nya. Elen merasa familiar dengan motornya. Saat orang itu membuka helmnya, ternyata orang itu adalah Zio, ingin apa dia berhenti didepan Elen?
"Naik" ucap Zio
"Ga usah, makasih." Tolak Elen
"Keburu ujan nih, lo mau ujan ujanan?" ucap Zio
Terpaksa Elen menaiki motor Zio, dari pada ia terkena hujan, dan besoknya sakit.
Zio pun menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
"Kemana?" Tanya Zio
"Ke flower coffee." ucap Elen. Zio langsung menambah kecepatan motornya karena sekarang sudah mulai gerimis, takut jika tiba tiba hujan menjadi deras. Elen yang kaget dengan Zio tiba tiba ngebut langsung memeluk pinggang Zio, dari pada ia jatoh mending nyari aman saja.
Setelah menempuh waktu untuk ke flower coffee, akhirnya mereka sampai, benar saja saat mereka sampai hujan menjadi sangat deras. Untung saja mereka tidak kehujanan.
"Bunda!" Sapa Elen ketika melihat bundanya disalah satu meja. Sekarang cafe nya tidak terlalu ramai pengunjung.
"Eh, kamu udah dateng, kirain bunda ga jadi kan ujan." ucap Lia
"Tadinya sih mikirnya gitu." ucap Elen
Setelah memarkirkan motornya, Zio langsung menghampiri Elen. Ternyata disitu juga ada bundanya Elen.
Setelah sampai didekat Elen. Lia melihat ke arah Zio.
"Eh, nak Zio kesini juga?" Tanya Lia
"Iya tante, tuh abis nganterin Elen." ucap Zio seraya menyalimi tangan Lia.
"Ohh kamu kesini bareng Zio." ucap Lia kepada Elen
"Iya bun." gumam Elen
"Ayo duduk dulu sini, kalian mau minum apa?" ucap Lia
"Apa aja bun." ucap Elen
"Ga usah repot-repot tan." ucap Zio, merasa tidak enak
"Ga papa nak, sebentar ya." ucap Lia. Selesai memesan, mereka berbincang-bincang.
"Kalian pacaran?" Tanya Lia, dengan tiba-tiba
"Gak!" ucap Elen sedikit ngegas
Zio hanya tersenyum mendengarnya, lalu berucap kata yang bikin Elen deh deg an.
"Belum tan, tapi ga tau kalo besok-besok, doain aja ya tante." ucap Zio dengan tersenyum.
"Tante doain kok Zio, semangat ya. Kalo Elen nya ga mau bilang aja sama tante." ucap Lia. Elen yang mendengar bundanya berbicara seperti itu hanya mendengus kesal.
"Tante restuin nih?" Tanya Zio
"Iya, asal kamu jangan nyakitin anak tante." ucap Lia. Mendengar perkataan Lia membuat senyum Zio mengembang dengan lebar.
"Pasti kok tan." yakin Zio.
Beberapa anak muda yang berada disitu melihat ke arah Zio, satu kata yang ada dipikiran mereka yaitu ganteng. Terpesona mungkin melihat Zio.
Elen menyadarinya jika orang-orang disekitarnya sedang memandang Zio. Elen mendengus tak suka. Apakah dia menyukai Zio? Kenapa ia bersikap seolah-olah ia pacar Zio?
"Sok ganteng." Dengus Elen
Lia yang mendengar ucapan anaknya hanya tersenyum jail.
"Lo kenapa?" Tanya Zio, karena melihat wajah Elen yang masam
"Gak!" Ketus Elen
Zio mernyengit bingung, apakah dia ada salah?
"Elen cemburu kayanya, orang-orang pada liatin kamu tuh." bisik Lia. Zio mengedarkan pandangannya, benar saja sebangian orang-orang sedang menatapnya.
"Lo cemburu?" Tanya Zio tak lupa dengan senyuman nya
"Hah? Gw? Cemburu? ngapain amat." ucap Elen. Zio tak menjawab ucapan Elen, dia hanya memandang Elen dengan intens.
Kenapa Elen sangat gemas jika sedang marah seperti ini? Rasanya Zio ingin membawa Elen pulang dan mengurung nya dikamar, dia tak tahan dengan wajah Elen yang lucu.
"Tante, anaknya boleh aku bawa pulang ga?" Tanya Zio kepada Lia
"Loh kenapa?" ucap Lia dengan bingung, Elen juag bingung mendengar ucapan Zio
"Pengen aku kurung tante dikamar, abisnya gemesin." ucap Zio. Lia terkekeh mendengar ucapan Zio.
"Bisa aja nak Zio nih." ucap Lia. Elen salting mendengar ucapan Zio, pasti sekarang pipinya sedang memerah.
Beberapa menit tidak ada yang bersuara, mereka sibuk dengan urusan masing-masing, Lia tadi pamit sebentar untuk membantu para pekerja dicafe nya. Elen sebenarnya ingin membantu juga tetapi tidak dibolehkan dengan bundanya.
Setelah selesai Lia menghampiri mereka berdua. Sekarang hujan masih snagat deras. Jam sudah menunjukkan pukul 16.45.
"Elen." Panggil Zio
"Apa?" Jawab Elen, Elen tidak melihat kearah Zio, dia sedang sibuk dengan gadget nya. Lia hanya menyimak pembicaraan mereka berdua.
"Mumpung ada tante Lia, Lo mau ga jadi pacar gw?" ucap Zio terdengar santai, padahal Zio tengah menahan kegugupan nya saat ini. Bagaimana tidak? Coba kalian rasakan bagaimana rasanya menembak seseorang dihadapan orang tuanya.
•
•
•
•
•Jangan lupa tinggalin jejaknya
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD MINE
Random[follow dulu sebelum baca] °°° Vielen Safira atau Elen, orang yang hanya tinggal berdua dengan ibunya karena ayahnya telah tiada saat dia masih menduduki bangku SMP kelas 9. Kenzio Aldino atau Zio, mempunyai keluarga yang harmonis tetapi ia memiliki...