CHAPTER IV

318 43 22
                                    

"Aku kecewa padamu, Na Jaemin."

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
KATAOMOI
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

"Sempurna!"

Aku tersenyum puas. Aku baru saja selesai membuat dua kotak bento, satu untukku dan satu untuk kak Jaemin. Aku memasukkan kedua kotak bento itu ke dalam taski, kemudian merapikan meja dapur.

Aku sudah tidak sabar untuk pergi piknik bersama kak Jaemin. Semua sudah kusiapkan, mulai dari makanan, minuman, hingga karpet piknik.

Aku juga sudah berpakaian rapi; kaus dan celana berwarna hijau muda dengan motif kotak-kotak sederhana terpasang sempurna di tubuhku. Tak lupa, aku mengenakan kacamata hitam dan tas berwarna kuning favoritku.

Aku melihat jam dinding. Jarum pendek sedikit lagi menunjuk angka 3, dan jarum panjang menujuk angka 10. Hanya menunggu waktu, kak Jaemin akan menjemputku.

Sambil menunggu, aku memutuskan untuk bermain dengan anjing peliharaan milik ibuku. Zero namanya. Sejak ibuku pergi ke luar kota, beliau menitipkan anjingnya kepadaku.

Aku mengambil bungkus dog feed dan menuangkan sedikit isinya ke mangkuk milik Zero. Tanpa disuruh, Zero segera berlari menghampiriku dan memakan makanan-nya dengan lahap. Menggemaskan sekali.

Zero sangat lucu ketika makan. Aku tidak tahan untuk tidak mengusap-usap bulunya gemas. Aku tersenyum lebar, anjing ini bertumbuh dengan sangat baik.

Ketika aku sedang asyik mengusap-usap bulu halus berwarna abu-abu milik Zero, tiba-tiba ponselku berdering. Tertera nama 'Kak Jaemin' di sana. Aku segera berhenti bermain dengan Zero, kemudian mengangkat telepon itu.

"Halo, kak Jaemin. Ada apa?"

Helaan napas terdengar dari seberang sana. Apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan? Perasaanku tiba-tiba tidak enak.

"Maafkan aku, Winter. Sepertinya, aku harus membatalkan janji piknik kita." Kak Jaemin berkata dengan nada menyesal.

Aku seketika merasa kecewa. Alasan apa lagi, kali ini?

"Mengapa begitu?" Aku bertanya dengan suara bergetar.

"Aku ada urusan mendadak. Aku benar-benar minta maaf, Winter. Kita bisa pergi piknik di lain hari."

"Lantas, bagaimana dengan makanan yang sudah kubuat?" Intonasi suaraku sedikit meninggi.

Aku tidak dapat menahan rasa kesal. Aku sudah capek-capek membuat makanan untuk kami piknik. Dan dia, dengan semudah itu, membatalkannya? Hei, yang benar saja, Na Jaemin?

"Makanannya kau makan untuk makan malam saja, oke? Ini benar-benar mendesak. Sekali lagi, aku minta maaf, Winter."

Aku menghela napas. "Yah, apa boleh buat. Semoga urusanmu cepat selesai, dan jangan lupa makan malam juga, ya."

"Siap, tuan putri. Kau juga, jangan lupa makan malam. Aku tutup, ya, teleponnya. Aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu juga. Semoga harimu menyenangkan."

Tuut.

Telepon ditutup.

Aku merasakan deja vu. Entah sudah yang ke-berapa kalinya kak Jaemin membatalkan janjinya denganku.

Aku mencoba menepis pikiran-pikiran buruk. Mungkin urusan itu sangat sangat penting, hingga ia terpaksa membatalkan janji kami.

Ah, masa bodoh. Aku sangat kesal sekaligus kecewa sekarang. Lebih baik aku membawa dua kotak bento ini ke rumah kak Karina, untuk kami makan bersama.

KataomoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang