CHAPTER IX

458 38 40
                                    

"Mengapa harus Jepang?"

Ruangan itu lengang sejenak. Dokter Moon membalik berkas yang dipegangnya.

"Fasilitas di Jepang lebih memadai daripada di Korea. Sarana pengobatan-nya pun lebih lengkap, dan dokter-dokter di sana lebih profesional. Saya yakin Minjeong-ssi bisa sembuh total jika mendapat pengobatan lebih lanjut di Jepang."

Taeyeon menghela napasnya. Ia bahkan tidak tahu-menahu tentang penyakit ini, dan tiba-tiba saja anaknya itu harus diobati di Jepang.

"Apakah pengobatan sudah tidak bisa dilakukan di sini?" Taeyeon bertanya putus asa.

Dokter Moon membungkuk singkat. "Saya mohon maaf, hanya sebatas ini yang dapat saya lakukan. Saya memang sudah mengangkat akar bunga di paru-paru Minjeong-ssi, namun itu hanya bersifat sementara. Saya khawatir bunga itu akan tumbuh lagi, dan penyakit Minjeong-ssi bisa kembali kambuh."

Winter meremas jari-jarinya. Ia pun tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Semua ini karena dirinya yang terlalu memaksakan diri, hingga penyakitnya menjadi se-parah ini.

"Baiklah, saya setuju untuk melakukan pengobatan untuk anak saya di Jepang."

Winter segera menatap Taeyeon dan meng-genggam tangannya erat. "Ma, jika terlalu merepotkan maka tidak perlu, aku baik-baik saja seperti ini."

Tatapan Taeyeon beralih ke anak satu-satunya itu. Ia tersenyum hangat, mengusap pucuk kepala Winter penuh kasih sayang. "Tidak apa, Minjeong. Mama tidak masalah, tuh. Yang paling penting adalah agar kau bisa sembuh total dari penyakit itu."

Winter menunduk. Ia tidak ingin membebani ibunya. Namun, tidak ada hal yang bisa ia lakukan. "Maafkan aku, Ma."

"Tidak apa, jangan meminta maaf. Kau hanya perlu menjelaskan apa yang terjadi padamu selama Mama pergi, agar Mama tidak seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa." Taeyeon terkekeh. Sedangkan Winter hanya bisa mengangguk pasrah.

"Ah, iya. Dokter, saya hanya perlu mengurus biaya dan tiket pesawat, bukan?" Taeyeon bertanya, memastikan.

"Benar. Kami sudah menghubungi pihak rumah sakit di Jepang. Hanya perlu persiapan yang membutuhkan waktu kurang-lebih dua sampai tiga hari. Saya hanya ingin meminta persetujuan dari pasien, sebelum kami melakukan persiapan. Saya akan memberitahukan rincian-nya nanti."

Taeyeon mengangguk-angguk pertanda mengerti. "Baik, Dokter."

"Baiklah, kalau begitu saya pamit terlebih dulu. Terima kasih, semoga malam anda semua menyenangkan." Dokter Moon membungkuk sopan.

"Terima kasih kembali, Dokter Moon." Taeyeon tersenyum dan menbungkuk sopan.

Jaemin, Jeno, dan Karina pun ikut tersenyum dan membungkuk sopan dengan canggung. Winter yang berada di atas ranjang itu hanya bisa memberikan senyumannya.

Jeno dan Karina turut pamit keluar. Mereka yakin ibu dan anak itu memerlukan waktu. Sedangkan Jaemin, ia masih perlu mengakui kesalahannya di hadapan Taeyeon.

"Nah, sekarang. Jelaskan padaku, Kim Minjeong, apa yang terjadi padamu? Apa sebenarnya Hanahaki Byou itu?" Taeyeon bertanya lembut, namun sorot matanya terlihat tegas.

Winter menarik napas dalam. Ia menatap Taeyeon ragu-ragu. "Hanahaki Byou itu penyakit yang disebabkan oleh cinta yang tidak terbalas, Ma."

Penjelasan Winter berhenti sampai disitu. Winter tidak dapat menjelaskan bagian 'memuntahkan kelopak bunga'.

Kedua bola mata Taeyeon membelalak seketika. "Penyakit cinta itu? Yang penderitanya memuntahkan kelopak bunga?"

Wajah Winter berubah pias. Mengapa ibunya bisa mengetahui hal itu?

KataomoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang