CHAPTER VI

382 54 28
                                    

"Aku bahagia bersamamu, Winter. Aku akan selalu berada di sisimu, sampai kapanpun."

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
  KATAOMOI 
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

"Hei, Winter! Maaf sudah membuatmu menunggu."

Lelaki itu datang menghampiri Winter yang sedang duduk santai di atas pasir, kemudian ikut duduk di sampingnya.

"Kak Jaemin!" Winter tersenyum. "Tidak apa, lagipula aku memang sengaja datang lebih pagi. Bagaimana kabarmu?"

"Seharusnya aku yang bertanya padamu. Bagaimana kabarmu? Mengapa kau tidak menjawab semua telepon dan pesanku? Jahat sekali."

Winter merotasikan kedua bola matanya. "Menurutmu, mengapa? Kau sendiri yang membuatku kesal, kak."

"Hehe, maafkan aku." Jaemin mengusap tengkuknya canggung. "Jadi, bagaimana kabarmu? Aku sangat khawatir, kau tahu?"

Winter mendecih. "Khawatir apanya? Kau bisa, tuh, bersenang-senang dengan Minju."

"Siapa yang bersenang-senang dengannya? Sudah kubilang, dia sedang mengalami masalah, dan aku hanya menemaninya." Jaemin berusaha membela dirinya.

"Iya, iya. Aku paham, kak. Tetapi, mengapa kau tidak memberitahuku dari awal? Aku akan memaklumi kok, kak. Aku tahu Minju memang lebih membutuhkanmu."

Winter menatap wajah Jaemin lekat. Pandangannya bertemu dengan kedua mata hitam legam Jaemin, membuatnya terdiam beberapa saat, menyelami keindahan kedua netra milik kekasihnya itu.

Jaemin memutus pandangan itu terlebih dulu. Ia membuang muka sebentar, kemudian kembali menatap Winter.

"Soal itu, maafkan aku. Aku memang hampir lupa memberitahumu. Aku sangat panik mendengar Minju menangis di telepon, sehingga aku terburu-buru datang ke rumahnya. Aku benar-benar minta maaf. Aku berjanji, lain kali, aku tidak akan begini lagi."

Winter menghela napas. "Aku mengerti. Tidak apa, setidaknya, kau mengakui kesalahanmu. Maafkan aku yang sudah marah-marah kemarin."

Jaemin tersenyum lembut, mengusap pucuk kepala Winter pelan. "Bukan salahmu. Itu wajar, kok. Tidak apa, kau bisa menghukumku semaumu, menamparku atau memukulku. Aku yang sudah melakukan kesalahan, bukan kamu."

Winter menggeleng. "Aku tidak seperti cewek-cewek di sinetron yang terlampau dramatis, kak. Untuk apa bermain tampar-menampar denganmu?"

"Baiklah, aku malah beruntung tidak mendapat tamparan darimu." Jaemin terkekeh singkat.

Winter kembali berdecih. "Untung saja kak Karina tidak ada di sini. Jika ia ikut datang, bisa-bisa kau di-tenggelamkan ke dasar laut olehnya."

Jaemin mendesis pelan. "Kekasih Jeno itu memang sangat menakutkan. Aku tidak pernah berani melawannya."

Winter tertawa pelan. "Kau benar. Aku bahkan hampir tidak berani menatapnya ketika ia berubah menjadi singa betina."

Jaemin mengangguk, menyetujui ucapan kekasihnya itu.

"Omong-omong, kau belum menjawab pertanyaanku." Jaemin menatap Winter lekat. Terlihat sedikit kekhawatiran memancar dari kedua matanya.

"Bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini? Apa ada sesuatu yang terjadi? Jarang-jarang kau mengajakku bertemu seperti ini. Dan juga," ia menyisir rambut Winter lembut sembari meneliti wajah gadis itu, "wajahmu terlihat sangat pucat. Apa kau sedang sakit?"

Winter sedikit gelagapan ditatap dengan intens oleh Jaemin. Ia berusaha menetralkan kembali detak jantungnya.

Terkadang ia ragu, apa benar lelaki di hadapannya ini tidak mencintainya? Mengapa ia selalu mendapatkan perhatian lebih? Ia merasa telah diberi harapan palsu.

KataomoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang