"Aku tahu, semua orang datang dan pergi. Namun, mengapa aku tidak rela saat melihatmu pergi?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
✧ KATAOMOI ✧
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀BRAK!
Pintu Unit Gawat Darurat rumah sakit dibuka kasar. Terlihat seorang lelaki berdiri di sana, menggendong seorang perempuan yang bersimbah darah di kedua lengannya. Ia berlari masuk, membuat seluruh atensi pengunjung rumah sakit tertuju padanya.
"TOLONG! Ada yang terluka disini!" Jaemin berteriak panik. Napasnya memburu, keringat bercucuran dari kedua pelipisnya.
Kebetulan sekali, Dokter Moon melihat Winter yang tak sadarkan diri di dalam pelukan Jaemin. Ia segera berlari menghampiri mereka.
"Siapkan ruang operasi!" Ia berkata tegas, setengah membentak. "SEKARANG!"
Dua orang perawat datang menghampiri mereka sembari mendorong sebuah ranjang pasien. Jaemin segera membaringkan tubuh Winter di atas ranjang itu.
Tanpa berlama-lama, mereka mendorong ranjang itu menuju ruang operasi. Jaemin diminta untuk menunggu di ruang tunggu, tidak diperbolehkan untuk masuk. Jaemin hanya bisa pasrah dan menurut.
Ia menatap Winter beserta para perawat yang mulai menghilang ke dalam ruang operasi, hingga pintu ruangan itu tertutup sempurna. Lampu indikator ruang operasi pun menyala, menandakan operasi sudah dimulai.
Jaemin mendesah lega. Tubuhnya hampir roboh. Ia refleks menopang tubuhnya dengan tembok. Kedua kakinya entah mengapa terasa lemas. Jantungnya berdegup kencang, napasnya terasa terengah-engah.
Jaemin mengusap wajahnya. Perasaan-nya kini campur-aduk. Ia menarik napas dalam dan membuangnya perlahan, berusaha menenangkan diri.
Bayangan akan Winter yang memuntahkan kelopak bunga kembali menghantuinya. Ia bertanya-tanya, apa yang terjadi pada kekasihnya itu? Apakah benar ia mengidap penyakit Hanahaki?
Lamunan-nya buyar ketika ia mendengar derap langkah seseorang. Ia menoleh, mendapati Jeno dan Karina yang berlari menghampirinya. Ia memang sudah menghubungi sepasang kekasih itu untuk datang.
"Jaemin! Dimana Winter?" Karina bertanya tanpa basa-basi. Suaranya bergetar, sorot matanya menyiratkan kekhawatiran.
"Sekarang ia sedang di-operasi." Jari telunjuk Jaemin menunjuk ke arah ruang operasi. "Tadi, ia memuntahkan kelopak bunga dalam jumlah banyak. Bahkan ada setangkai bunga mawar utuh yang keluar dari mulutnya."
Jaemin menelan ludahnya kasar. "Katakan padaku. Apakah Winter mengidap Hanahaki Byou?"
Jaemin menatap Karina dan Jeno bergantian. Ia membutuhkan jawaban. Ia benar-benar cemas setelah melihat Winter yang kesakitan.
Karina mengangguk patah-patah. Jaemin menghela gusar. Ia menunduk, mengacak rambutnya frustasi.
"Mengapa ia tidak memberitahu-ku tentang itu?" Jaemin bergumam lirih.
Kini, ia semakin merasa bersalah. Ia tentu sadar, Winter mengidap penyakit itu karena dirinya. Ia tidak akan pernah memaafkan dirinya jika sesuatu yang buruk terjadi pada Winter.
"Tidak apa, Jaemin. Ini bukan salahmu. Kau tahu, kekasihmu itu kuat, bukan? Jangan khawatir, Winter akan baik-baik saja setelah di-operasi." Jeno tersenyum teduh, hingga kedua matanya turut tersenyum. Ia menepuk bahu sahabatnya itu, memberi kekuatan.
Jaemin tidak memberikan reaksi. Ia hanya menatap kosong lantai rumah sakit. Raut wajahnya menunjukkan penyesalan.
Karina menatap lelaki di hadapannya itu tak tega. Ia yang tadinya ingin menyalahi Jaemin, mengurung niatnya. Ia paham, Jaemin pasti merasa bersalah. Jaemin tidak tahu ini semua akan terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi
RomansaAku sangat mencintaimu, Na Jaemin. Sampai ingin mati rasanya. Karenamu, bunga-bunga terus bermekaran. Tentu, sangat menyakitkan. Menyesakkan. Menyayat hatiku. Namun, aku bahagia. Kataomoi (かたおもい) (n.) cinta yang tak terbalas. © 2022, Kireiverse.