Bagian 1

4 3 0
                                        


Bismillahirrahmanirrahim
Semoga tidak hanya mendapat hiburan tapi juga mendapat inspirasi atau pelajaran ya usai membaca karyaku.

Tokoh dan tempat dalam cerita ini hanya fiktif. Jika ada kesamaan dengan karya orang lain, hanya sekedar kebetulan bukan plagiat.

*JANGAN COPAS (COPY-PASTE) ATAU PLAGIAT KARYAKU ATAU KARYA SIAPAPUN. KARENA SETIAP KITA PASTI BISA BERKARYA. SEBAB KITA HEBAT MELEBIHI DARI YANG KITA PIKIRKAN.

*MARI SERUHKAN ~GPKBCP (GERAKAN PERBANYAK KARYA BULAN COPY-PASTE)

LET'S DO IT



Terima kasih
Happy reading 🤗

.
.
.

........……………………………………………………

"Bisa-bisanya ada manusia kek dia yang mampu buat ketakutan yang sudah parah itu hilang, bahkan tidak sampai dalam tiga bulan"
—Fisyah Ananda
_________________________________________

Tentram dan tenang perpaduan rasa yang meninggalkan kesan kenyamanan. Kesan yang dibuat oleh pertemuan dengan hal yang paling mengesankan.

Hari ini jingga tidak menampakkan wujudnya, sebab ia tertutupi oleh pekatnya awan hitam yang menghiasi langit sore di sebuah kota kecil yang terletak di salah satu provinsi di Indonesia.

Rutinitas hampir seluruh manusia di kota ini untuk hari ini dan di jam yang sama seperti kemarin-kemarin telah usai. Di sepanjang jalan sudah terlihat kemacetan, suara klakson yang bersaut-sautan menjadi musik latar pada sore ini.

Tampaknya langit sudah tidak bisa menahan untuk mengguyur kepala manusia yang panas akibat amarah di tengah kemacetan tersebut. Setetes demi setetes hingga menjadi deras hujan mengguyur jalanan yang macet itu.

"Kenapa hujannya mesti turun sekarang sekarang sih"

"Oh sh*t"

"Mampus, laptop gua bisa basah"

"Baju ini masih dipake besok, ah elah malah hujan"

Begitulah beberapa komentar manusia yang terjebak di kemacetan yang bertepatan dengan hujan turun membasahi bumi.

Hampir seluruh pengendara sepeda motor mengeluh hujan turun, yang dibilang diwaktu yang tidak tepat. Tapi hal itu berbeda dengan seorang wanita yang menggunakan motor matic dan helm berwarna pink. Ia tampak senang dengan guyuran hujan yang membasahi cardigan coklat yang digunakannya.

Senyum wanita itu tak pernah luntur sejak rintik hujan mulai turun lalu lama kelamaan jadi deras oleh guyuran hujan. Meskipun menggunakan masker, tapi senyum itu masih bisa dilihat dari netranya yang sedikit sipit membentuk bulan sabit.

"Seperti biasa Menyejukkan" begitu gumamnya. Ditengah guyuran hujan dan gerutu manusia kesal.

Hampir setengah jam kemacetan melandah disertai oleh hujan yang cukup deras. Terlihat dari pengendara sepeda motor yang sudah basah kuyup bahkan ada yang sampai menggigil.

Wanita yang memakai helm berwarna pink itu sudah sampai di rumah. Ia tak lantas masuk, malah mentelentangkan tangan seraya menghirup bau tanah yang basah oleh hujan.

Hujan memang sudah berhenti sejak lima menit yang lalu, hanya menyisakan kesejukkan dan kenangan (upss genangan). Orang-orang bilang suasana seperti ini enaknya makan indomie (not endorse, guys😂) namun hal itu berbeda dengan wanita yang kira-kira berusia 23 tahun itu, ia lebih memilih duduk di tangga rumah yang sederhana dengan mengguratkan pena di atas sebuah note bersampul panda yang berada dipangkuannya.

DIKARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang