Bagian 2

2 2 0
                                    

Bagaimana bisa aku percaya. Jika perjanjian bersama saksi dengan materai dan bahkan kitab suci saja masih sering diingkari.

Lalu apa kabar janji kita yang dilakukan hanya dengan tautan jari kelingking kamu dan aku yang disaksikan oleh angin.

Apakah ada jaminan yang mungkin bisa kau gadaikan untuk bisa buat ku percaya?

—author

_________________________________________

Tidak ada yang berubah bagi perempuan yang berusia 23 tahun itu. kehidupannya tetap sama dalam 4 tahun belakangan ini, berangkat pagi pulang siang atau berangkat siang pulang sore. Bahkan jika jadwal kuliahnya full ia bisa habiskan waktu seharian di kampus.

Kesenangan yang pernah dirasakannya ternyata hanya sementara. Sejak saat itu ia memutuskan untuk tidak bersenang-senang, baginya endingnya akan tetap kesedihan. Seperti ia yang pernah hidup dalam trauma lalu trauma itu disembuhkan oleh pria yang membawa trauma baru di kehidupannya tanpa ia sadari.

Fisyah bukan tidak ingin menghabiskan waktu kuliahnya dengan nongkrong atau jalan-jalan mengusir stress dikala tugas yang menumpuk. Ia lebih memilih ikut terjun di organisasi kampus, kadang juga freelance, atau kadang ia ikut kegiatan volunteer.

Pernah satu kali ia mencoba untuk ikut dengan temannya. Awalnya Fisyah merasa menyenangkan. Mengobrol dan bersenda gurau bersama teman kampusnya, tapi hal itu hanya bertahan sekejap. Sebab ia pernah mendengar teman tongkrongannya itu membicarakan dirinya, saat mereka mengira Fisyah belum datang.

"Gadis budak organisasi itu mau aja ya kita manfaatkan buat kerjain tugas kita. Gue kira anak organisasi pada jenius semua tapi gue salah. Contohnya dia, bego. Mau aja kita kibulin" kata-kata itu masih terngiang-ngiang dalam ingatan Fisyah. Menyakitkan? Jelas sudah, siapa yang tidak sakit mendengar pernyataan itu.

Sejak saat itu Fisyah tidak lagi menunjukkan mukanya kepada orang yang pernah dianggapnya teman itu. Melabrak? Fisyah tidak ingin membuang waktu dan tenaga hanya buat ngurusin hal yang tidak ada manfaatnya.

Memang waktu Fisyah saat ini banyak dihabiskan untuk mencari referensi tugas akhirnya, yaps apalagi kalau bukan Skrip(shit). Bagi mahasiswa baru skripsi seperti hal sepele karena jika sudah memasuki ranah skripsi otomatis tidak ada lagi mata kuliah, terkecuali jika kita gagal atau tidak lulus dibeberapa mata kuliah. Berbeda dengan mahasiswa akhir, meskipun hanya satu namun skripsi mampu melelahkan jiwa dan raga, menurun-naikkan mood, dan rentan di serang stress.

Bagaimana tidak stress. Jika kerjaan yang sudah maksimal kita lakukan malah berujung salah, dan harus mulai dari awal. Terkadang dospem (dosen pembimbing) yang sulit ditemui, saat dibilang bisa dan kita tungguin bisa saja tiba-tiba tuh dosen membatalkan janji. (Yang pernah jadi mahasiswa atau yang lagi jadi mahasiswa akhir mana suaranya🙋).

Meskipun sibuk dengan tugas akhirnya. Fisyah tetap sempatkan untuk berkunjung di sebuah rumah yang dijadikan tempat berkumpul para volenteer. Ia berkunjung untuk menanyakan kegiatan amal dalam waktu dekat, walaupun kegiatan tetap dibicarakan di group WhatsApp tapi dengan mengunjungi langsung bisa memperkuat tali silaturahmi, begitu pikir gadis penyuka Hujan itu.

"Eh Teh Fisyah, tumben datang, Teh. Lagi gak sibuk?" Tanya Ami —rekan sesama Volunteer yang sekarang menjabat menjadi bendahara umum, ia memang lebih mudah satu tahun dari Fisyah.

"Iya, Mi. Ada waktu senggang sikit. Apa kabar? Yang lainnya mana tumben sepi," balas Fisyah yang melihat keadaan di sekretariat yang biasanya ramai tapi sekarang sepi.

Ami hanya mangguk-mangguk menanggapi tuturan Fisyah. "Yang seperti Teteh ketahui, banyak yang pulang kampung. Ada juga yang lagi sibuk kerja. Maklum Teh kan lagi gak ada kegiatan Offline, kalo online mah banyak," ucap Ami.

"Pekerjaan, organisasi, dan skripsi Teteh gimana? Ehmm bukannya aku mau kepo Teh. Cuma Teteh tuh salah satu orang yang inspiratif gitu, disaat orang udah stress dengan skripsi Teteh malah bisa kerjakan skripsi berbarengan dengan organisasi dan kerja. Teteh mah emang paling the best,"

"Apaan sih. Toh kerjaan aku cuma freelance bukan kerja tetap dan di organisasi juga aku bukan yang intinya. Jadi bisalah sambil santai, Mi"

Fisyah memang kadang menggunakan Aku-kamu untuk beberapa orang. Bukan orang yang spesial tapi lebih terkesan lebih sopan aja jika menggunakan Aku-kamu dibanding loe-gue atau saya-anda juga terlalu formal dan baku.

"Walaupun di organisasi Teteh nggak jadi pengurus inti, tapikan Teteh masuk tiga organisasi sekaligus. Pokoknya Teh Fisyah paling keren"

"Udah ih, mujinya. Nanti aku terbang loh"

"Teh Fisyah mah gitu. Suka merendah. Tapi itu sih yang buat aku suka sama teh Fisyah," ucap Ami.

"Eh"

"Maksud aku. Aku suka sama kegigihan Teh Fisyah. Ya kali aku suka sama Teteh, nanti Ayank Beb aku yang dikorsel malah cemburu lagi" ucapan spontan itu sukses membuat Fisyah tertawa.

Usai bersenda gurau dan bercengkrama dengan pengurus volunteer yang diikutinya. Fisyah beranjak menuju ke sebuah taman.

Di sebuah kegiatan volunteer ataupun organisasi Fisyah hanya berteman seperlunya jika ada kebutuhan. Ia tidak ingin terlalu dekat atau menjauh, bisa-bisa ia dicap sombong.

Di taman

Saat ini gadis yang mengenakan baju kemeja berwarna Navy  senada dengan kulot yang dipakainya tak lupa dengan perpaduan hijap warna abu-abu tengah duduk sendiri di sebuah taman.

Taman yang sekarang banyak pengunjung tapi tidak begitu berisik. Itulah mengapa ia memilih mengerjakan kerjaannya di taman. Fisyah merupakan seorang editor di salah satu penerbitan di luar kota. Ia tidak perlu ke kantor atau Ke luar kota untuk melakukan kerjaannya sebab dengan kecanggihan saat ini membuat ia bisa mengirim karya kliennya ke email dan begitu sebaliknya jika ada klien yang ingin karyanya di edit maka penerbit hanya perlu kirim ke email Fisyah.

Hal itu bermula saat Fisyah sedang ingin mencoba hal baru. Lalu sebuah poster dari salah satu penerbitan yang menawarkan posisi layout, design cover,dan editor. Awalnya ia iseng untuk daftar, jika diterima ia bersyukur dan tidak diterima yah tidak masalah. Begitu pikir Fisyah yang melakukan dengan maksimal tanpa berharap lebih.

Belum sampai satu lembar yang diedit Fisyah. Tiba-tiba ada gadis lucu yang berusia 3 tahun terjatuh akibat berlari kejadian itu tepat di depan matanya. Spontan saja ia menolong gadis kecil itu.

"Eh Adek gak apa-apa?" Ucap Fisyah menggendong gadis kecil yang menangis karena terjatuh itu.

"Adek kesini sama siapa? Mamanya mana?" Tutur Fisyah yang tidak melihat siapapun mendatangi gadis kecil ini, bahkan pertanyaannya pun tidak dijawab. "Nama Adek siapa?" Lanjut Fisyah yang tidak menyerah untuk mengetahui gadis kecil itu agar bisa dipulangkan, kata psikologi dan orang sekitar yang Fisyah tahu kalo anak kecil nangis coba tanya sama dia atau tunjuk hal-hal yang tinggi seperti burung di pohon atau awan. Makanya Fisyah gencar menanyakan banyak hal kepada gadis kecil itu.

"Anda" balasnya dengan masih menangis.

"Ooo jadi nama Adek anda? Lucu juga"

"Bukan Anda, tapi Nanda, Ananda, aunty" jelas gadis kecil itu yang sudah berhenti menangis saat namanya salah sebut sama Fisyah.

"Nanda?"

"Ananda?"

Deg

Fisyah yang mendengar nama itu seketika otaknya berhenti bekerja dan dunianya serasa waktu berhenti.





💚💚💚

To be continued

Agak kaku ya? Bosenin ya? Hmm ingatkan kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Maka dari itu kita harus mengenal tokohnya dulu.

Jan bosen ya baca kisah Fisyah.

31.12.21.Pekanbaru.

DIKARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang