Bagian 3

2 2 0
                                    

Tanya yang selalu ku layangkan tanpa tujuan yang jelas bagi mereka. Namun, sangat nyata bagiku. "Apa kabar Biru? Jinggamu ingin bertemu. Kapan kita bisa bertemu secara langsung tanpa perantara mimpi?"
—Fisyah
_________________________________________

"Nanda?"

"Ananda?"

Deg

Fisyah yang mendengar nama itu seketika otaknya berhenti bekerja dan dunianya serasa waktu berhenti.

***

"Nama yang bagus. Orang tua Nanda mana? Nanda kesini sama siapa?" Tanya Fisyah pada gadis kecil digendongannya.

"Nama kita sama. Tapi yang manggil aku nama itu sudah pergi, tidak tahu dia telah tiada atau sudah melupa" batin Fisyah.


Mendadak rindu itu muncul kembali. Jika biasanya rindu itu muncul ketika hujan turun, beda dengan sekarang. Rindu itu muncul ketika ketemu gadis manis berusia 3 tahun. Tidak tahu apa maksud dari semua ini.

Bahkan menafsirkan makna rindu ini saja sudah tak lagi mampu. Apakah rindu ini berharap bertemu, atau hanya sebuah ilusi perasaan yang menyiratkan sebuah penasaran tentang dirimu.

"Tadi Atu ke cini cama om, Uty. Terus omnya pelgi beli es kim tapi gak balek-balek. Telus atu liat kupu lucu dan atu kejal sampai kecini"
Nanda dengan mulut yang monyong-monyong di tambah pipi gembul yang buat Fisyah tidak tahan liat gemesin dan lucunya bocah yang ada dihadapannya.Jelas Nanda dengan mulut yang monyong-monyong di tambah pipi gembul yang buat Fisyah tidak tahan liat gemesin dan lucunya bocah yang ada dihadapannya.

(tadi aku ke sini sama om, aunty. Terus omnya pergi beli es krim tapi nggak balik-balik. Terus aku liat kupu-kupu lucu dan aku kejar sampai ke sini)

Mendengar penjelasan itu serta tidak ada tanda-tanda munculnya seseorang yang akan menjemput gadis menggemaskan ini. Fisyah pun berinisiatif untuk mencoba memulangkannya. Sebuah pekerjaan dan buku-buku yang berserakan milik Fisyah, dirapikan dan dimasukkan ke dalam tas terlebih dahulu.

"Aunty anterin ke tempat Nanda ditinggalin om tadi ya. Siapa tau omnya Nanda sudah balik dan belikan Nanda es krim" gadis itu hanya mengangguk sebagai jawabann. Ia tidak lagi nangis karena pisah dengan pamannya, gadis mungil tidak hanya menggemaskan tapi juga nurut dan pintar, pikir Fisyah.

"Hayo" ajak Fisyah sambil menggandeng tangan Nanda.

Sampai pada tempat yang ditunjuk Nanda tapi Fisyah tidak menangkap siluet seseorang yang kehilangan anak. Bahkan Fisyah mengajak Nanda ke parkiran untuk mengecek kendaraan omnya. Tapi jawaban Nanda justru membuat Fisyah ragu. Apakah Nanda sengaja ditinggalin di sini atau omnya yang dibilang Nanda sudah pulang mengabari orang tua Nanda kalo ia hilang? Hipotesis itu diperkuat bahwa Nanda bilang kalo mobil omnya warna merah dan diparkiran tidak ada mobil dengan warna yang disebutkan Nanda.

"Uty, Nanda aus" pernyataan itu buat Fisyah ingat bahwa omnya Nanda pergi membelikan es krim dan mungkin juga minum karena Fisyah kehausan. "Kasihan sekali kamu dek," gumam Fisyah.

"Hayu kita beli minum" ajak Fisyah yang tentunya disambut antusias oleh Nanda. Setelah itu mereka duduk di bangku taman. Sambil Fisyah celingak-celinguk dan mengendarkan pandangan ke penjuru arah di taman tersebut, berharap ada orang yang kehilangan Nanda dan itu kerabatnya. Namun nihil, semua orang sibuk dengan urusan masing-masing ada yang bersepeda, bercengkrama, jogging, dan ada beberapa kelompok ibu-ibu yang melakukan senam, serta beberapa pedagang yang kewalahan melayani banyaknya pelanggan.

DIKARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang