Bagian 5

3 2 0
                                    

"seperti angin yang meniup hujan yang disebut tempias. Bisakah kau juga demikian lalu takdir yang yang berperan jadi angin."
—Fisyah
_________________________________________

"Tunggu," itu bukan suara Fisyah. Namun itu suara laki-laki. Tapi suaranya terdengar asing.

Melihat tidak ada orang di sana yang kemungkinan dipanggil membuat Fisyah terpaksa menengok ke sumber suara itu. Ekspresi Fisyah tampak berubah saat melihat orang yang memanggilnya.

***

Kata psikologi merinding bukanlah tanda ada makhluk halus melainkan itu respon tubuh yang dinamakan gerak refleks. Tanpa kita rencanakan tanpa kita sadari, kadang bisa saja kita tiba-tiba merinding.

Gadis dingin yang kata temen kuliahnya anak Ansos bukan Bansos yang terlihat sendirian di parkiran kampusnya. Namun waktu sudah menunjukkan pukul enam alias sudah terlihat semburat jingga penanda senja.

Hal aneh yang dirasakan gadis penyuka hujan tersebut. Ia merasa tidak ada orang yang berkegiatan di sekitar parkiran atau tempat ia sekarang. Hal itu berbanding terbalik dengan yang terjadi. Tiba-tiba ada sebuah suara yang meminta untuk menunggu. Spontan saja gadis itu begitu di tempat kejadian. Kakinya tak mampu melanjutkan jalankan motor dan tangannya tak sanggup menekan starter motor.

"Ampun Mbah. Saya sudah mau pulang. Jangan ganggu saya Mbah," ucap gadis yang bernama Fisyah itu, sambil menangkupkan tangan didepan wajahnya dengan mata tertutup tanpa berbalik ke arah suara.

"Saya tidak berniat mengganggu mba" ujar suara itu.

"Terima kasih Mbah. Alhamdulillah Mbah tau kalo saya anak Baek, rajin nabung, tidak sombong, untuk itu saya izin pulang ya Mbah." Ucap Fisyah langsung melajukan sepeda motornya itu.

Di beberapa titik di kampus masih ada mahasiswa yang berkeliaran. Ada yang menyiapkan acara, ada yang berjalan-jalan santai, dan kegiatan lainnya. Lalu tiba-tiba Fisyah melaju melewati beberapa kumpulan mahasiswa dengan kecepatan tinggi, ia menyalip mahasiswa yang sedang berkendara dan hampir menyenggol orang itu, juga ia hampir menabrak mahasiswa yang sedang menyeberang jika Fisyah tidak membelokkan motornya itu.

Fisyah tidak memperdulikan mahasiswa yang mengumpat tentang dirinya yang melakukan aksi bar-bar itu. Memang, di kampus tidak boleh mengendarai motor atau mobil melebihi kecepatan maksimum.

"Alhamdulillah. Terima kasih banyak Ya Allah karena sudah menyelamatkan Fisyah. Maafkan Fisyah Ya Allah, tadi tidka bermaksud untuk melakukan hal sebar-bar itu. Fisyah juga takut sebenarnya," gumam gadis mahasiswa sastra itu, yang memilih menepikan sepeda motornya setelah keluar dari kampusnya itu.

Usai istirahat berhenti di tepi jalan untuk menenangkan diri. Akhirnya Fisyah memutuskan untuk sholat magrib di sebuah masjid yang tidak jauh dari tempat ia berhenti. Dikarenakan sudah memasuki waktu sholat, jalanan juga macet, terlebih ia masih shock akan kejadian tadi.

Di mesjid itu tidak terlihat banyak orang yang menunaikan ibadah shalat. Hanya terdiri dari imam, 2 makmum laki-laki dan 4 makmum perempuan itu pun termasuk Fisyah.

Meskipun jamaah sholat sedikit, namun sholat ini terasa menenangkan dan khusyuk. Imamnya juga membacakan bacaan sholat dengan merdu dan baik. Fisyah penasaran, dari suaranya terdengar imamnya masih muda. Tapi Fisyah beranggapan sebaliknya karena  melihat bapak-bapak dan ibu-ibu yang berusia senja memasuki mesjid.

"Alhamdulillah. Terima kasih Ya Rabb sudah melindungi hamba. Sudah menenangkan hamba. Hanya kepadamu hamba memohon dan meminta." Ucap Fisyah seusai sholat.

"Neng, mau pulang ya? Rumahnya neng teh jauh ya? Hati-hati di jalan ya jangan buru-buru tetap minta perlindungan pada Allah," ucap seorang ibu yang melihat Fisyah memakai sepatu.

DIKARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang