29

1K 109 3
                                    

" MATI SAJA KAU SANA MARK SIALAN!"

Haechan dengan puas hati memukul tubuh Mark. Mark mengerjainya, ternyata sekarang masih pukul setengah sembilan pagi, sedari tadi selama perjalanan , Haechan benar benar tidak tenang, ia pikir ia akan terlambat. 

Mark hanya bisa terkekeh sambil menahan sakit dari pukulan Haechan, sakitnya tidak seberapa tapi karena bertubi tubi dan terus menerus, Mark tetap merasakan sakit. 

" Iya  iya iya Maaf!" Mark menghindar 

Haechan menghela nafasnya kasar, Mark itu selalu saja merusak mood Haechan, padahal Haechan susah payah menjaga moodnya supaya fokus untuk mengerjakan soal ujian nanti dan Mark bisa bisanya membuatnya kesal di pagi hari. 

Mark hanya bisa tersenyum gemas, Mark akui, akhir akhir ini rahangnya terasa sedikit pegal dan lelah karena  ia terlalu sering tersenyum. Salahkan saja Haechan yang selalu berada di dekat Mark sehingga Mark tidak tahan untuk tidak tersenyum.

"Oh.. Pagi Mark..." Sapa seorang pria tua, menghampiri Mark dan Haechan yang tengah berdiri di depan ruang ujian 

" Pagi Ssaem..." Sapa Mark sopan membungkuk 

Haechan menatap Mark, memiringkan kepalanya seolah menanyakan siapa yang menghampiri mereka berdua. 

" Kepala sekolah..." Bisik Mark, Haechan membulatkan mulutnya dan mengangguk pelan. Kemudian ia membungkuk pelan 

" Mau masuk sekolah di sini ya?" Tanya pria itu dan dijawab anggukan oleh Haechan 

" Hoo...adik mu Mark?" Tanya Kepala sekolah 

Mark menutup mulutnya rapat rapat, menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan suara tawa yang keras, ia pun bisa merasakan aura tidak suka dan kesal dari Haechan yang berdiri di sampingnya. Karena tidak enak dengan kepala sekolah yang menunggu jawabnnya Mark pun mengangguk pelan 

" Adik sepupu..." Tambahnya.

" Hmmm begitu.. semangat yaa, semoga kita kemu lagi disini" Sapanya pada Haechan sambil tesenyum ramah dan pergi lalu begitu saja. 

Haechan  jujur saja tidak ingin tersenyum pada kepala sekolah itu, ia kesal. Tapi Haechan terpaksa tersenyum ramah dan membungkuk pelan, ia takut kualat dan malah gagal mengerjakan soal nantinya. 

Setelah kepala sekolah itu  berjalan menjauh dari mereka, Mark pun melepaskan tawanya. 

"YAK! BERHENTI TERTAWA!" Bentak Haechan 

" Adik? HAHAHHA" tawa Mark keras. 

Haechan akui tubuhnya memang lebih kecil dari Mark, tapi mereka itu seumuran, dan dianggap sebagai adik Mark tentu suatu penghinaan bagi Haechan. 

" Adik apaan! Heol! Dia buta ya? Mana mungkin pria jelek ini jadi menjadi kakak ku!" Kesal Haechan 

" Heol! Siapa juga yang sudi menjadi kakak mu!" Balas Mark 

" Diam kau! dasar menyebalkan!" Haechan pun membuang mukanya sedangkan Mark masih berusaha menahan tawanya. 

Hanya beberapa saat setelah itu, guru pengawas pun masuk kedalam kelas, pertanda ujian sebentar lagi akan dimulai. Haechan beberapa kali menghela nafasnya, ia benar benar gugup saat ini. 

"YAK!"

Protes Haechan pasalnya Mark mendorong kepalanya cukup keras untuk masuk ke dalam kelas. 

" Hush sana sana!" Usir Mark 

Haechan pun dengan geram masuk ke dalam kelas, mengabaikan Mark yang tersenyum jahil padanya. 

" Yak!" Panggil Mark lagi dari depan pintu 

" Apa?!" Tanya Haechan tanpa bersuara, hanya mulutnya yang terbuka 

" Semoga kau gagal!" Mark menjawab tanpa suara, tapi Haechan mengerti dari pergerakan dari mulut Mark. 

Haechan memutar matanya malas mengangkat kepalan tangannya seolah mengancam Mark. sedangkan Mark terlihat terkekeh dari ujung pintu. Mark masih berdiri disana, menatap Haechan yang mulai sibuk mengeluarkan alat tulisnya, hingga pintu ruang ujian ditutup barulah Mark berjalan. 

Haechan sedikit tersenyum sambil mengeluarkan alat tulisnya, pasalnya ia masih bisa melirik pintu dan masih melihat sosok Mark yang bersandar  menatapnya, dan karena hal itu Haechan menjadi sedikit tenang.

Ujiannya dilakukan dua sesi, dan ada istirahat makan siang sebelum sesi kedua dimulai. Saat jam istirahat makan siang, Mark dan Haechan duduk ditaman sekolah menunggu waktu sesi ujian kedua dimulai. 

Haechan benar benar semangat sekaligus gugup setelah mengikuti ujian sesi pertama. Mungkin efek karena ia yang sudah lama tidak merasakan suasana ujian, Haechan merasa ia tadi sedikit kesulitan dalam menjawabnya, walaupun pada akhirnya Haechan bisa mengerjakan semua soal itu dengan baik. Waktu istirahat 1 jam ia gunakan baik-baik untuk kembali membahas soal, beruntung ia membawa beberapa buku dan catatan tadi. Haechan benar benar tertantang untuk mengerjakan soal nantinya

Melihat Haechan yang semangat seperti itu, membuat Mark sedikit lega, pertanda anak itu bisa mengerjakan soal dengan baik. Tapi Mark sedikit risih pasalnya Haechan benar benar fokus belajar. Padahal waktu istirahat digunakan untuk makan siang, tapi anak itu benar-benar lupa untuk makan. 

Mark sudah membelikan mereka makan siang, tapi sejak mereka mendudukan diri mereka di kursi dan Haechan yang membuka buku, makanan itu belum disentuh Haechan. Saat Mark mulai menyantap makanannya dan mengajak Haechan makan, Haechan hanya menggeleng pelan dan menjawab Nanti dengan mata yang masih terfokus pada buku. 

Mark takut perut anak ini keroncongan dan malah tidak fokus pada ujian sesi kedua, Mark sudah mengomeli Haechan, tapi sepertinya anak itu benar benar tenggelam dan fokus belajar, sehingga hanya geplakan yang Mark dapatkan pertanda ia harus diam. 

Mark pun akhirnya mencoba untuk menyuapi Haechan

Awalnya Mark sedikit ragu ragu,  takut Haechan tiba tiba marah, atau mereka malah canggung. Tapi Mark terselamatkan oleh kefokusan Haechan. Saat Mark mendekatkan satu sendok penuh nasi goreng ke dekat mulut Haechan yang tengah mengerjakan soal, mulut mungilnya itu reflek membuka dan menyuap sendok itu. 

Haechan tidak terganggu, masih fokus berkutat pada soal soalnya dan mulutnya yang mengunyah makanan. Mark gemas sekaligus lega melihatnya, anak itu masih bisa belajar dan perutnya juga terisi. 

Mark setia menyuapi Haechan sambil sesekali terpana melihat betapa cantiknya Haechan ketika ia sungguh-sungguh saat mengerjakan sesuatu. Mark beruntung, Haechan tidak melihatnya karena sedari tadi Mark tidak berhenti tersenyum, ia benar benar gemas melihat Haechan, belum lagi saat mulutnya yang penuh mengunyah makanan sambil komat kamit merapalkan rumus-rumus dan itu terlihat sangat menggemaskan di mata Mark. 

" Uhuk..uhukk. uhuuk"

Haechan menepuk pelan dadanya pasalnya ia tersedak. Mark pun dengan segera memberikan sebotol air. 

" Makanya kalo lagi ngunyah jangan ngomong!" Titah Mark 

" Siapa suruh nyupain! Orang lagi belajar juga!" Protes Haechan setelah menenggak hampir setengah air dari botol minum

" Heol... padahal aku sudah berbaik hati menyuapi mu!"

" Hah! Kau pasti ada maunya! Kapan kau berbaik hati tanpa ada ni- hwap"

Mark menutup mulut Haechan dengan meyuapi Haechan. Sekarang Mark tau bagaimana cara membuat mulut Haechan itu berhenti mengomel, masukkan saja makanan kedalam mulutnya, pasti Haechan akan diam.

" Shht! diam! belajar sana!" Perintah Mark

Haechan dengan kesal mengunyah  makanannya, menatap Mark tajam dan kembali fokus pada buku soalnya. Mereka pun kembali pada kegiatan masing masing, Haechan yang belajar dan Mark yang menyuapi Haechan hingga satu bungkus nasi goreng itu habis. 

[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck Where stories live. Discover now